Sari van Veenendaal terpilih sebagai pemain pertama yang mendapat penghargaan penjaga gawang perempuan terbaik versi FIFA. Penghargaan ini sebenarnya sudah diberikan Asosiasi Sepakbola Dunia tersebut sejak 2017. Tapi hanya di divisi pria saja dengan Gianluigi Buffon jadi pemenang pertamanya.
Buffon ketika itu mengantarkan Juventus ke final Liga Champions, menjuarai Serie-A dan Coppa Italia di 2016/2017. Prestasi tersebut membuat Buffon ada di atas Manuel Neuer (Bayern Munchen) dan Keylor Navas (Real Madrid) yang juga jadi finalis penjaga gawang terbaik FIFA 2017.
Penjaga gawang perempuan untuk pertama kalinya mendapatkan penghargaan yang sama. Sari van Veenendaal mengalahkan Christiane Endler (Paris Saint-Germain) dan Hedvig Lindahl (Chelsea/VfL Wolfsburg) setelah mengantarkan Belanda ke final Piala Dunia 2019. Pada turnamen itu, ia berhasil meraih sarung tangan emas untuk melengkapi medali perak di lehernya. Ia mencatat 23 penyelamatan sepanjang turnamen di Prancis.
Setelah namanya dipanggil ke atas panggung, van Veenedaal mengucap rasa syukurnya dan mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang terlibat dalam karier dia sejauh ini. “Saya sangat senang dapat meraih penghargaan individual ini. Apalagi setelah Piala Dunia,” buka van Veenedaal.
“Akan tetapi, saya tidak bisa melakukannya tanpa teman-teman satu tim. Mereka yang melakukan banyak pekerjaan di atas lapangan. Saya hanya mengambil sedikit peran saja. Saya mungkin menjadi peraih penghargaan ini, tapi di atas lapangan semuanya adalah kerja sama. Terima kasih atas semua orang telah terlibat dalam karier saya. Terima kasih atas pengakuan ini,” ungkap kapten tim nasional Belanda tersebut.
Memilih Aman di Paling Belakang
Met Anouk, Lineth, Lenie, Sari, Shanice, Lorca, Jill, Stefanie en Yana liefst 9 speelsters bij 🇳🇱 & 🇧🇪 met een FC Twente verleden #WEURO2017 pic.twitter.com/Ocpg61yL2J
— FC Twente Vrouwen (@FCTwenteVrouwen) July 24, 2017
Mencatatkan namanya ke dalam buku sejarah FIFA, van Veenedaal sebenarnya bukanlah anak baru di bawah mistar gawang. Ia memulai karier profesionalnya pada 2007 bersama FC Utrecht. Membela tim selama tiga tahun, van Veenedaal memang jarang main. Namun itu lebih dikarenakan usianya yang masih tergolong muda ketika itu.
Mulai serius main sepakbola sejak berusia 12 atau 13 tahun, van Veenedaal sebenarnya tidak ingin menjadi penjaga gawang. Akan tetapi, baginya berada di bawah mistar adalah peluang terbaik menjadi seorang profesional. “Saya mulai jadi profesional saat berusia 17 tahun. Ketika itu saya sadar, jadi penjaga gawang adalah pilihan terbaik. Dengan begitu saya ada di paling belakang, tidak akan ada banyak bola yang datang karena kehadiran pemain-pemain lain,” aku van Veenedaal.
Ucapan van Veenedaal itu mungkin terlihat sebagai pilihan yang aman. Tapi kenyataannya, ia memang memiliki talenta untuk menjadi seorang penjaga gawang. Dari Utrecht, van Veenedaal direkrut oleh FC Twente. Bersama Twente, van Veenedaal menjuarai Eredivisie, KNVB Beker, dan BeNe League –Liga antar kesebelasan Belgia (Be) dan Belanda (Ne)-.
Saat membela Twente inilah van Veenedaal dipantau tim nasional Belanda. Ia menjalani debutnya bersama Leeuwinnen di 2011 melawan Swiss pada Piala Siprus. Setelah itu, van Veenedaal mulai jadi bagian reguler dari tim nasional Belanda. Walaupun hanya sebagai pilihan kedua di bawah Loes Geurts, van Veenedaal berangkat ke Piala Eropa (2013) dan Dunia (2015).
“Sari [van Veenedaal] adalah pemain yang memiliki mental kuat. Oleh karena itulah saya senang ketika pertandingan Twente diselesaikan dengan adu penalti,” aku nakhoda Twente ketika itu, Arjan Veurink.
“Dia sudah banyak berkembang sejak pertama datang ke Twente. Dirinya menjadi bagian penting di tim ini. Namun, masih banyak ruang untuk bertumbuh baginya. Menurut saya bermain di luar Belanda akan jadi pilihan terbaik untuk Sari,” tambah Veurink.
Tidak Butuh Lampu Sorot
FOTO: FIFA
Saran Veurink itu sejalan dengan keinginan van Veenedaal. Setelah menjuarai semua piala di Belanda, van Veenedaal mengakui keinginannya untuk pergi ke luar negeri. Sepulangnya dari Piala Dunia 2015 di Kanada, van Veenedaal pun mendapatkan kontrak dari Arsenal. Ia menjuarai FA Cup 2015/2016 dan FA WSL di musim pertamanya. Sebelum kembali ke Piala Dunia (2019), van Veenedaal juga menutup musim dengan FA WSL 2017/2018. Tapi ia tetap tidak melupakan pengaruh Twente dalam kariernya.
“Twente memiliki banyak pemain hebat. Pasalnya, di sana kami dibekali dengan level edukasi yang sangat baik. Saya hanya beruntung bisa jadi salah contoh yang membawa nama Twente ke panggung dunia,” kata van Veenedaal yang ketika itu sudah berseragam Arsenal.
Dikenal sebagai sosok yang pemalu, van Veenedaal membuktikan bahwa dirinya dapat mencapai level tertinggi meski tergolong terlambat memulai karier di sepakbola. Dirinya bahkan telah bertransformasi menjadi seorang pemimpin. Sekalipun ia mengaku tidak ingin mendapat banyak sorotan.
“Saya paham apa tugas di atas lapangan. Saya sangat senang ketika orang-orang bertanya apakah akan ikut terlibat lagi pada pertandingan selanjutnya. Akan tetapi, saya tidak butuh sorotan. Hal paling penting adalah menjalankan tugas Anda sebaik mungkin dan menang,” kata van Veenedaal.
“Saya senang dengan skuad tim nasional Belanda saat ini. Saya dihargai di sini. Bahkan saat tidak main sekalipun, saya tetap menjadi pemimpin mereka,” lanjutnya.
Masih Berstatus Cadangan
Namun setelah mencatatkan 23 penyelamatan sepanjang Piala Dunia 2019, sorotan itu tentu akan datang dengan sendirinya. Sama seperti di 2015, seusai Piala Dunia dirinya kembali dapat tawaran untuk pindah. Kali ini, seragam Arsenal ditukar dengan Atletico Madrid. Pemilik penghargaan kesatria Belanda (Knights of the Order of Orange-Nassau) itupun dengan senang hati menerima Atletico Madrid.
“Mereka sudah membuktikan diri bahwa Atletico Madrid merupakan tim yang perlu diperhitungkan di dunia sepakbola. Mereka juga memberi saya jaminan untuk terus berkembang sebagai penjaga gawang,” kata van Veenedaal menjelaskan keputusan membela Rojiblancos.
Bersama Atletico Madrid van Veenedaal masih berstatus cadangan. Terlepas dari sarung tangan emas dan status kapten tim nasional Belanda yang dimilikinya, ia masih berada di bawah Lola Gallardo.
Mungkin dengan penghargaan dari FIFA, van Veenedaal dapat memperkuat posisinya di bawah mistar Rojiblancos. Apalagi Gallardo baru saja kebobolan enam kali di laga penting lawan FC Barcelona pada pekan ketiga Primera Iberdrola 2019/2020.