Kevin Mbabu, “Anak Juara Dunia” yang Dibuang Newcastle

Foto: Irish Mirror.ie

Rambut keritingnya menuai kontroversi sejak pertama dipanggil ke Tim Nasional Prancis. Membela Les Blues bersama Fabian Barthez dan Youri Djorkaeff tak membuatnya dianggap sebagai pemain Prancis. Bagi sebagian orang, dia dan beberapa pemain lainnya hanyalah imigran. Tak layak di tim nasional.

“Saya melihat ada beberapa pemain tidak menyanyikan lagu kebangsaan Prancis. Tim nasional saat ini hanyalah kumpulan rekrutan artifisial,” ungkap politisi partai nasionalis Prancis, Jean-Marie Le Pen.

Tapi gelandang kelahiran Kaledonia Baru, Christian Karembeu, punya alasan tersendiri untuk diam saat lagu kebangsaan Prancis dikumandangkan. Bagi Karembeu Prancis tak lebih dari penjajah yang merusak daerahnya.

Karembeu terpaksa pergi meninggalkan Kaledonia Baru dan mengungsi ke Prancis karena negara yang dia bela di Piala Dunia itu memicu perang. “Prancis telah melakukan genosida budaya,” ungkap Pemimpin Gerakan Kemerdekaan Kanak, Jean-Marie Tjibaou. Oleh karena itulah Karembeu diam tiap kali ‘La Marseillaise’ diputar. “Saya tidak akan menyanyikan itu. Saya peka dan paham akan sejarah,” katanya.

Meskipun saling benci, Karembeu tetap berhasil memberikan yang terbaik untuk Les Blues. Menyumbang Piala Dunia (1998), Eropa (2000), dan Konfederasi (2001), sebelum gantung sepatu di level internasional. Karembeu juga menjuarai Ligue 1 bersama Nantes dan dua kali mengangkat piala Liga Champions saat membela Real Madrid.

Pada 2004, Karembeu pindah ke Servette, Swiss. Hanya semusim di sana, Kerembeu tetap meninggalkan kesan positif. Terutama karena rambut gimbalnya yang membuat ia dijuluki ‘Si Nyamuk’.

Sekitar tujuh tahun setelah Karembeu pergi dari Servette, tepatnya 26 September 2012, seorang pemuda gimbal kembali muncul. Menjalani debut profesional pada usia 17 tahun kontra Lausanne. Namanya Kevin Mbabu, tidak ada punya darah dengan Karembeu, tapi rambut gimbalnya membuat dia selalu dijuluki sebagai anak Karembeu.

“Saya selalu dikira anak Karembeu di Servette. Bahkan dipanggil ‘Si Nyamuk’ juga seperti saat dia bermain di sana,” kata Mbabu.

Gaya permainan Mbabu muda juga mirip dengan Karembeu. Mengandalkan fisik yang atletis dan determinasi tinggi sebagai senjata utama di atas lapangan. Sama seperti Karembeu, Mbabu juga tidak lama main untuk Servette. Usai debut melawan Lausanne, ia mendapat tawaran ke Inggris dari Arsenal dan Newcastle United.

“Saya masih sangat muda ketika datang ke Inggris. Mungkin kesalahan salah ada menerima Newcastle dan menolak Arsenal. Namun di sisi lain, berkat pengalaman di sana, saya matang secara mental. Saya akan selalu berterimakasih pada Newcastle,” katanya.

Pamor Karembeu di tahun 90-an tidak bisa menyelamatkan Mbabu di Newcastle. Ia hanya bermain sebanyak lima kali dalam tiga setengah tahun berseragam the Magpies. Talenta Mbabu sebenarnya diakui di level akademi. Saat Steve McClaren mengalami krisis pemain, asisten pelatih Newcastle, Paul Cathro, mengorbitkan Mbabu ke tim senior.

Bermain sebagai bek kanan, tidak sesuai dengan kaki terkuatnya, Mbabu meredam Eden Hazard dan membantu Newcastle United imbang 2-2 melawan Chelsea. Sialnya, cedera membuat dirinya tersingkir dari Newcastle.

“Saya cedera selama dua tahun selama tiga setengah tahun di Newcastle. Saya cedera enam atau tujuh kali. Tidak siap secara fisik. Pergantian manajer juga berarti penilaian baru. Perbedaan opini mengakhiri karier saya di sana,” akunya. Diberi kesempatan oleh Rafael Benitez untuk membuktikan diri di Glasgow Rangers, Mbabu justru tidak pernah main bersama the Geers.

Pembuktikan Bersama Young Boys

Foto: Berner Zeitung

Akhirnya Benitez membuang Mbabu ke BSC Young Boys dengan dana 120 ribu euro. Pulang ke Swiss, Mbabu mulai menunjukkan kualitas yang sebenarnya. Pada musim keduanya di BSC, pertama sebagai pemain permanen klub, Mbabu membantu klub itu buka puasa gelar liga Young Boys yang sudah berlangsung 32 tahun.

Berkat gelar juara Swiss Super League 2017/2018 itu, BSC juga lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub. September 2018, Mbabu dipanggil ke tim nasional Swiss untuk UEFA Nations League.

Penampilannya bersama BSC dan tim nasional akhirnya membuka jalan untuk kembali ke Premier League. Manchester United, Fulham, dan Newcastle disebut meminati jasa Mbabu. Beberapa kesebelasan dari negara lain seperti Real Betis, Valencia, dan Girona juga disebut meminatinya.

“Mbabu menujukkan dirinya sudah dewasa. Ia seperti mesin di lapangan. Bisa mengisi semua pos di lini belakang dan selalu memberikan kontribusi ketika memilih untuk maju membantu serangan,” kata mantan bek Newcastle asal Swiss, Marc Hottiger.

Memilih Jerman Sebagai Pelabuhan Berikutnya

Foto: Blic

“Bek sudah menjadi kunci dalam sepakbola modern. Saat saya masih kecil, 50 tahun lalu, tak ada yang tahu harus bagaimana di posisi itu. Mbabu memperlihatkan ketangguhannya dengan pergi ke Inggris di usia muda, kembali dan masuk ke tim senior,” kata mantan bek tim nasional Swiss, Claude Ryf.

Sekitar enam bulan setelah menjalani debut di tim nasional, Mbabu mempertahankan gelar juara liga bersama BSC. Mereka tidak pernah tergeser dari peringkat pertama sejak pekan kedua Swiss Super League 2018/2019.

Mbabu masih menaruh harapan untuk kembali ke Inggris. Tapi dia memilih jalur panjang, meninggalkan BSC untuk VfL Wolfsburg untuk musim 2019/2020.

“Saya selalu ingin main di Premier League lagi. Tapi terkadang hal itu tidak terlaksana, setiap pemain punya jalur masing-masing,” kata Mbabu.

“Saya tidak sabar mengarungi Bundesliga dan menambah pengalaman sebagai pemain. Fasilitas Wolfsburg sangat membantu saya untuk menjadi lebih baik lagi,” akunya.

Entah kapan Mbabu kembali mewarnai Premier League. Tapi yang jelas, dia telah membuktikan bahwa jasanya lebih mahal dari 120 ribu euro.