Kisah Bora Milutinovic dan Lima Piala Dunia

Sepanjang sejarah Piala Dunia, tercatat ada dua nama pelatih yang sanggup membawa lima negara berbeda bermain pada ajang empat tahunan tersebut. Dua nama itu adalah Carlos Alberto Pareira dan Velibor “Bora” Milutinovic. Nama pertama memiliki prestasi yang terbilang sangat baik. Ia sanggup membawa Brasil juara ketika Piala Dunia 1994. Akan tetapi, apa yang dilakukan Bora terbilang jauh lebih sensasional ketimbang Pareira.

Bora membawa lima negara berbeda dalam lima Piala Dunia secara beruntun. Negara-negara itu adalah Meksiko (1986), Kosta Rika (1990), Amerika Serikat (1994), Nigeria (1998), dan Cina (2002). Negara-negara tersebut memang tidak ada yang keluar sebagai juara dunia. Akan tetapi, empat dari mereka berhasil mencatatkan prestasi minimal lolos dari fase gugur pada ajang empat tahunan tersebut.

Sejarah Bora dimulai di Meksiko 1986. Tuan rumah tampil meyakinkan di Grup B dengan memenangi dua dari tiga laga babak penyisihan. El Tri finis sebagai juara grup dan melangkahi negara lainnya seperti Belgia, Paraguay dan Irak.

Pada babak 16 besar mereka mengalahkan Bulgaria dengan skor 2-0. Langkah Meksiko baru terhenti ketika mereka berhadapan dengan Jerman pada babak 8 besar. Mereka tampil sangat solid dan menahan imbang Der Panzer tanpa gol hingga laga harus dilanjutkan ke babak adu penalti. Sayangnya pada babak tos-tosan, sepakan Fernando Quirarte dan Raul Servin gagal sehingga Meksiko takluk 4-1.

Prestasi Meksiko saat itu adalah yang terbaik bagi mereka setelah 1970. Sebelum 1986, prestasi terbaik mereka hanya satu kali bermain pada putaran final yaitu pada 1982. Sisanya mereka selalu gagal melangkah ke putaran final.

Bersama Kosta Rika dan Amerika

Jelang Piala Dunia 1990, Bora menangani Kosta Rika yang ditinggal oleh pelatih sebelumnya Marvin Rodriguez jelang turnamen dimulai. Berbeda dari empat tahun sebelumnya, saat itu pesaing Kosta Rika terbilang berat.

Mereka tergabung di Grup C bersama Brasil, Swedia, dan Skotlandia. Kosta Rika kalah melawan Brasil 1-0, tetapi mereka meraih dua kemenangan ketika melawan Skotlandia dan Swedia. Mereka finis sebagai runner up di bawah Selecao.

Pada babak gugur, Bora harus merasakan ganasnya Cekoslovakia. Mereka harus pulang setelah trigol Thomas Skuhravy membawa Cekoslovakia menang 4-1. Meski perjalanan mereka begitu singkat, namun perdelapan final menjadi prestasi terbesar Kosta Rika yang saat itu berstatus tim debutan.

Setelah menangani Kosta Rika, Bora diangkat sebagai pelatih sepakbola Amerika Serikat. Mereka butuh sosok yang sanggup memberikan hasil yang positif setelah kegagalan mereka di tangan Bob Gansler pada Piala Dunia sebelumnya. Pada tahun 1991, Bora diangkat jadi pelatih The Yanks dengan target minimal lolos dari penyisihan grup.

Pria kelahiran Bajina Basta ini kembali menunjukkan tangan dinginnya dalam melatih. Amerika Serikat yang sebelumnya hanya mentok pada fase grup menjadi satu dari empat peringkat tiga terbaik. Kemenangan mereka melawan Kolombia menjadi tiga poin pertama USA di Piala Dunia sejak 1950.

Naas bagi Amerika, pada babak perdelapan final mereka harus bertemu Brasil. Meski tersingkir, namun saat itu Dunga cs hanya sanggup mengalahkan mereka dengan skor tipis 1-0 melalui gol Bebeto.

Perjalanan Mengejutkan Bersama Nigeria

Skuat yang jauh lebih baik dirasakan Bora ketika menangani Nigeria pada 1997. Ketika itu, skuad Elang Super diisi oleh pemain yang membawa mereka meraih medali emas sepakbola Olimpiade 1996. Bora menangani pemain bertalenta semisal Taribo West, Tijani Babangida dan Nwanko Kanu.

Semangat Nigeria tidak luntur meski berada satu grup dengan Spanyol, Bulgaria, dan Paraguay. Sebaliknya, mereka justru tampil sebagai protagonist dengan finis sebagai juara grup. Justru Spanyol yang saat itu diunggulkan karena sosok Raul Gonzales tampil buruk dan hanya finis pada posisi ketiga.

Langkah Nigeria baru terhenti pada perdelapan final oleh ledakan dinamit milik Denmark. Empat gol yang masing-masing dicetak Peter Moller, Brian Laudrup, Ebbe Sand dan Thomas Helveg, hanya bisa dibalas satu lewat Tijani Babangida. Bora memang kembali gagal, namun prestasi mereka saat itu mengulangi pencapaian yang telah mereka lakukan empat tahun sebelumnya di Amerika Serikat.

Perjalanan Bora kemudian berlanjut ke Asia. Setelah gagal menangani klub Amerika, Metrostars, Bora kemudian diangkat sebagai pelatih kesebelasan negara Cina pada 2001 dan sukses membawa Sun Jihai cs., berlaga pada Piala Dunia untuk pertama kalinya. Berbeda dengan empat negara sebelumnya, kali ini Bora gagal membawa Cina finis pada dua teratas. Mereka tidak mencetak satu gol pun dan kebobolan sembilan gol.

***

Satu hal yang menarik dari karier Bora sebagai pelatih adalah dia tidak terlalu banyak menekankan dalam hal taktik. Baginya yang lebih penting ketika menangani sebuah kesebelasan adalah persiapan sekaligus visi bagaimana klub ini ke depannya. Hal itu menjadi dasar dari kepelatihan Bora mengingat negara yang ia datangi memiliki bahasa yang berbeda dengannya.

“Orang-orang bertanya kepada saya kalau bahasa akan menjadi faktor. Akan tetapi, yang paling penitng adalah bagaimana sikap kita ketika melatih. Saya melakukan segalanya secara spontan dan menekankan intuisi. Memang ada metode, tetapi cara penafsirannya yang lebih penting. Lebih baik anda membuat visi serta penyesuaian apa yang akan anda lakukan di tempat anda melatih. Sisanya, hanya berdasar naluri dan tidak banyak bicara,” ujarnya dilansir dari Remezcla.

Kebebasan yang diberikan Bora inilah yang membuat ia dicintai oleh anak-anak didiknya. Sunday Oliseh mengungkapkan kalau Bora memberikan kebebesan kepada skuadnya untuk bermain lepas tanpa melupakan detail kecil. “Bora memberikan kehidupan baru kepada tim kami. Kami diberikan kebebasan ketika bermain tapi ia menekankan untuk fokus pada hal-hal kecil yang seringkali kita lupakan,” tuturnya.

Langkah kaki Bora tidak berhenti di Cina. Setelah 2002, ia tercatat mengunjungi Honduras, Qatar, Jamaika dan Iraq. Peran yang dijalani pun berbeda seperti pelatih kepala, pelatih klub, hingga menjadi direktur olahraga. Sejak Januari 2018, Cina kembali mengontrak Bora sebagai penasihat tim nasional. Bukan tidak mungkin beberapa tahun yang akan datang, negeri Tirai Bambu kembali menginjakkan kakinya di ajang terbesar dunia tersebut.