Kisah Gianluigi Donnarumma Kabur Tinggalkan Gawangnya Saat Bertanding

Gianluigi Donnarumma kini telah menjadi suksesor Gianluigi Buffon, setelah sang senior pensiun dari karier internasional. Hanya berselang tiga tahun, dia membuktikan pantas jadi pemegang tongkat estafet daftar penjaga gawang hebat dari Italia, setelah menjuarai Euro 2020 pada Juli 2021. Dia pun sekaligus menjadi pemain terbaik turnamen, dan juga kiper pertama yang pernah memenangkannya.

Kini, pemain yang akrab disapa Gigio itu tampil sebagai andalan Paris Saint-Germain di bawah mistar gawang. Dia bergabung setelah meninggalkan AC Milan dengan status free transfer menjelang awal musim 2021/2022. Juara liga domestik pada musim itu menjadi persembahan pertamanya, ditambah dengan piala Trophee des Champions 2022 usai menekuk juara bertahan Coupe de France, Nantes.

Takut Kembang Api

Tak salah menyebut Gigio sebagai kiper masa depan Italia, karena usianya masih 24 tahun. Bahkan, dia pun digadang-gadang sebagai salah satu penjaga gawang terbaik dunia pada masanya nanti. Tapi siapa sangka, kiper jangkung kelahiran 25 Februari 1999 silam itu dulu ternyata adalah seorang bocah penakut. Bahkan, dia pun pernah kabur meninggalkan gawangnya karena takut dengan kembang api.

Momen itu terjadi dalam turnamen sepak bola pertamanya ketika masih belia. “Dalam turnamen sepak bola pertama yang diikutinya, dia malah menyebabkan bencana bagi tim. Saya selalu tertawa mengingat peristiwa itu,” cerita sang ayah, Alfonso kepada media Italia, La Stampa pada tahun 2017, dikutip dari laman Football Italia.

Ketika diwawancarai itu, Gigio menjelang ulang tahunnya ke-18.

Dia sendiri mulai mulai menekuni sepak bola di usia 4,5 tahun, bersama kakak laki-lakinya, Antonio yang juga seorang kiper.

“(Turnamen) itu adalah liburan Natal, dan di dekat lapangan ada kembang api yang meledak, Gianluigi ketakutan, lari dari gawang. Saya mengejarnya dan meyakinkannya untuk kembali, bagaimana kamu akan melakukan penyelamatan kalau tak ada di sana?” sambung Alfonso.

Bocah Cengeng

Cerita Gigio yang cengeng di masa kecil rupanya bukan hanya itu saja. Dia pun dulu sempat menangis di sekolah, karena teringat ibunya, Marinella. Saat itu, pemain asal Castellammare di Stabia, Provinsi Naples, asal klub Napoli tersebut dikirim untuk sekolah asrama bersama adik perempuannya, Nunzia Donnarumma. Mereka pun harus tinggal di asrama, dan hanya sesekali saja bisa bertemu orang tua.

“Kami memasukkannya ke sekolah yang dijalankan oleh biarawati bersama saudara perempuannya,” kenang Alfonso.

“Pada hari pertama sekolah, dia menangis dan tak mau ibunya pergi. Dia baik-baik saja, tetapi dia selalu ingat istri saya. Dia pun kabur, dan berkata pada Nunzia, telepon ibu,” katanya menambahkan.

Dua momen itu selalu membuat sang ayah tertawa ketika mengingatnya kembali.

Mungkin karena itu pula, Alfonso pernah sempat meragukan bakat Gigio di masa kecilnya. Namun, sikapnya itu malah menuai kemarahan dari pelatih sang anak di tim mudanya.

“Pelatih sekolah sepak bola Napoli, Ernesto Ferrara marah kepada saya. Dia berkata, Alfonso, kamu tak tahu seberapa hebat anakmu. Dia sudah ditakdirkan untuk itu (jadi bintang sepak bola),” ucapnya mengenang masa itu.

Produk AC Milan

Sang pelatih memang tak salah. Hanya beberapa tahun kemudian, ketika masih usia 14 tahun pada 2013, Gigio berhasil mendapatkan kontrak profesional. Dia direkrut oleh AC Milan dengan bayaran 250 ribu euro, setelah 10 tahun menimba ilmu di klub kota kelahirannya, ASD Club Napoli. Ketika itu, kakaknya, Antonio yang sembilan tahun lebih tua sudah lebih dulu bergabung selama delapan tahun.

“Dia memilih AC Milan untuk bersama saudaranya Antonio, yang main di tim junior, dan itu adalah tim favoritnya sejak kecil,” tambah Alfonso lagi.

Meski memulai kariernya di akademi, namun Gigio hanya menghabiskan waktu dua tahun sebelum dipanggil ke tim utama AC Milan musim 2015/2016. Saat itu, pelatih mempercayainya sebagai kiper ketiga tim setelah Diego Lopez dan Christian Abbiati.

“Kemudian di suatu Sabtu malam Oktober, datang panggilan telepon yang paling tidak terduga,” kata Alfonso melanjutkan.

“Ayah, Ibu, pertandingan besok, maukah kalian datang dan menonton saya? Saya pikir itu lelucon. Pada usia 16, di Serie A melawan Sassuolo. Kami tidak mengerti apa-apa, hanya saja mereka memberi kami tiket untuk pergi. Saya bahagia dan meneteskan air mata,” ucapnya lagi.

Debut kompetitif Gigio terjadi hari itu, di San Siro, 25 Oktober 2015 dalam pekan sembilan Serie A 2015/2016; langsung starter. Hasilnya, dia tercatat sebagai kiper termuda kedua di laga kompetitif dalam sejarah sepak bola Italia dengan usia 16 tahun 242 hari, hanya 13 hari lebih tua dari Giuseppe Sacchi yang dulu juga membuat rekor ketika debut di AC Milan pada tanggal sama, 73 tahun silam.

Usai starter keempat dengan membawa AC Milan menghindari kekalahan dari Atalanta, media Italia Gazzetta dello Sport pun menulis, “Donnarumma melakukan keajaiban”. Sejak itu, Gigio benar-benar tidak tergantikan di bawah mistar gawang. Sayangnya, selama enam musim membela I Rossoneri, hanya satu trofi yang diraihnya; itu pun hanya Piala Super Italia 2016, sebelum dia pindah ke Paris.

Sumber: Football Italia, Wikipedia.