Kisah Thomas Strakosha, Sosok di Balik Kebangkitan Lazio

Laga Juventus melawan Lazio pada Sabtu (14/10) sudah memasuki menit ke-96 ketika Paolo Dybala bersiap mengeksekusi penalti. Dengan percaya diri bola kemudian ditendang ke arah kiri striker Argentina tersebut. Sayang eksekusi Dybala dengan mudah dibaca dengan baik oleh Thomas Strakosham, penjaga gawang yang beberapa musim sebelumnya masih berstatus sebagai kiper keempat Lazio.

Sosok Thomas Strakosha pada laga tersebut benar-benar mencuri perhatian. Berkat tepisan krusialnya tersebut, Lazio mengakhiri laga dengan kemenangan 2-1. Mereka menghentikan rekor Juventus yang tidak terkalahkan selama dua tahun di kandangnya sendiri. Berkat Strakosha pula (serta Ciro Immobile pastinya) Si Elang berhasil meraih kemenangan perdana atas Juve sejak 2002.

“Tuhan membantu saya untuk menyelamatkannya. (Penyelamatan) Ini masuk dalam salah satu dari lima penyelamatan terbaik saya sepanjang karir. Tim sudah berjuang keras dan kami layak mendapatkannya karena sangat memalukan jika kami hanya mendapatkan satu poin,” ujar Strakosha kepada Football-Italia.

Sejak dini Thomas memang dilahirkan untuk menjadi seorang penjaga gawang. Ayahnya, Foto Trakosha adalah mantan penjaga gawang tim nasional Albania. Selama 15 tahun kesebelasan negara Albania dijaga oleh pria yang sekarang berusia 52 tahun tersebut. Foto pula yang menjadi penjaga gawang Olympiacos ketika mereka menjuarai Liga Yunani 1997.

Sang Adik, Dhimitri Strakosha juga merupakan pesepakbola. Ia sekarang tercatat memperkuat klub Divisi II Albania KF Himara. Meski berkewarganegaraan Albania, namun Thomas sendiri adalah kelahiran Yunani. Penjaga gawang kelahiran 19 Maret 1995 ini lahir di ibukota Yunani, Athena.

Karir sepak bola Thomas dimulai ketika dirinya masuk akademi Panionios pada 2011. Selang setahun, ia kemudian memutuskan untuk hijrah ke akademi Lazio dengan harga 75 ribu Euro. Thomas menjadi penjaga gawang utama tim Primavera Lazio saat mereka menjuarai Campionato Nazionale Primavera pada musim 2012/2013.

Tidak butuh waktu lama bagi Thomas untuk naik tingkat ke tim senior. Hijrahnya Juan Pablo Carrizo ke Inter Milan membuat namanya didaftarkan oleh manajer Vladimir Petkovic pada paruh kedua musim 2012/2013. Ketika itu ia naik pangkat menjadi penjaga gawang ketiga setelah Federico Marchetti dan Albano Bizzari.

Akan tetapi, hingga musim 2012/2013 berakhir, Thomas tidak satu kalipun mencicipi nikmatnya lapangan Olimpico. Prestasi terbaiknya hanyalah bolak balik bangku cadangan Biancoceleste. Kepindahan Albano Bizzari pun tidak serta merta membuat statusnya naik karena manajemen Lazio justru mendatangkan rekan sesama Albania, Etrit Berisha dari Kalmar.

Meski beberapa kali mengalami kekecewaan, namun Lazio percaya bahwa Thomas adalah salah satu talenta terbaik yang pernah mereka punya. Kontraknya diperpanjang ketika itu hingga musim panas 2019 mendatang.

Musim 2015/2016, karir sepakbola Thomas di level senior mulai dirajut. Lazio mengizinkan klub promosi Salernitana untuk meminjam talentanya. Hal ini sangat berguna baginya untuk menimba pengalaman bermain di level tertinggi. Debutnya di klub runner up Coppa Italia 1980 tersebut ditandai dengan clean sheet ketika mereka menghadapi Pisa di Coppa Italia. Bersama Salernitana, ia turun di 13 pertandingan musim tersebut.

Berakhirnya musim 2015/2016 juga menjadi akhir dari  karir Thomas Strakosha di Salernitana. Ia harus kembali ke Lazio. Akan tetapi Thomas sempat bimbang untuk menentukan masa depannya. Dia ingin bertahan di klub yang mendidiknya sejak junior. Namun di sisi lain, ia juga mendapat tawaran menggiurkan dari klub Championship Division Inggris, Cardiff City. Thomas pun akhirnya memilih bertahan bersama rival AS Roma tersebut setelah mendapat saran dari Foto.

“Semuanya akan berjalan baik apabila ia tetap di Lazio dan dia akhirnya membuat keputusan yang tepat karena jika tidak, dia bisa saja bergabung dengan Cardiff. Kami memutuskan untuk bertahan di Italia di mana sepak bola memiliki level yang sangat tinggi,” ujar Foto kepada Wales Online.

“Tidak banyak nasihat yang saya berikan. Saya hanya menyuruhnya untuk tetap tenang dan tidak membiarkan dirinya dipengaruhi oleh fakta bahwa dia harus bersaing dengan kiper lain di sana (Lazio).”

Buah kerja keras Thomas menemui hasil ketika di Musim 2016/2017, Lazio memutuskan untuk melego Berisha ke Atalanta. Cederanya Federico Marchetti juga membuat namanya naik menjadi kiper utama. Debutnya berbaju biru muda ditandai dengan menghadapi AC Milan. Meski kalah 2-0 namun penampilan Thomas mendapat pujian.

Sejak saat itu kostum Lazio nomor satu menjadi identik dengan Thomas Strakosha. Selain ia turun sebanyak 25 kali, berkat Lazio jugalah ia mendapat kesempatan mencicipi debut Internasional. Kontraknya pun sudah diperpanjang hingga musim 2022 berakhir.

Musim ini dirinya selalu turun dalam delapan pertandingan Serie A. Berkat keberadaannya di Bawah mistar, Lazio untuk sementara berada di peringkat keempat klasemen sementara. Bukan tidak mungkin apabila Lazio bisa terus konsisten berada di papan atas, dirinya akan menjadi rebutan klub-klub besar dan menapaki karir setinggi Gianluigi Buffon dan Manuel Neuer, dua penjaga gawang yang merupakan idola dari Thomas Strakosha.