Wolfsburg bernafas lega setelah memenangi babak play off atas Holstein Kiel. Wolfsburg mesti berterima kasih kepada penjaga gawang mereka, Koen Casteels. Meskipun kemasukan 48 gol dari 34 penampilan musim ini, namun Casteels tetap menjadi pemain penting bagi Wolfsburg. Penampilan apik Casteels musim ini tentu merupakan hasil kerja keras dan jalan panjang selama berkarier sebagai pemain professional.
Courtois, Rekan Sekaligus Rival
Casteels merupakan jebolan akademi klub Belgia, Racing K.R.C. Genk. Casteels masuk ke akademi ketika berusia 10 tahun. Di saat yang sama, Courtois juga masuk ke akademi Genk. Selama 3 tahun di akademi mereka berkompetisi untuk menjadi kiper utama. Dalam persaingan tersebut, Casteels lebih unggul.
”Ketika berusia 13 atau 14 tahun, Courtois diragukan untuk bisa berkembang di sini, beberapa staf dan pelatih akademi sempat ingin membiarkan Courtois untuk pergi,” ungkap Gilbert Roex, pelatih penjaga gawang akademi Genk dikutip dari The Telegraph. “Dan di saat yang sama Casteels berkembang pesat dan tampak menjanjikan.”
Uniknya keraguan akan Courtois juga diakui oleh sang ibu, Gitte. “Saya mengkahwatirkan secara mental dirinya (Courtois) tidak mampu untuk bersaing. Namun ia bertahan karena dorongan sang ayah,” ungkap Gitte, di The Guardian.
Courtois kemudian berkembang. Namun tetap di bawah bayang-bayang Casteels. Performa Casteels ketika masih muda, dianggap lebih berkembang dibandingkan Courtois.
Semua berubah ketika memasuki dunia profesional, Courtois sukses menggeser Casteels. Manajer Genk saat itu, Franky Vercauteren, menyatakan sulit untuk memilih salah satu antara Casteels atau Courtois.
“Sangat sulit dan menyenangkan ketika Anda memiliki 2 penjaga gawang dengan kualitas yang sama baiknya,” ungkap Vercauteren. “Namun kemudian saya lebih memilih Courtois sebagai pilihan utama, dan saya akan selalu mengingat keputusan itu, sangat tepat.”
Casteels kemudian kesulitan menemukan tempat di tim utama. Uniknya keduanya memutuskan untuk menerima tawaran dari klub lain di waktu yang sama, yakni pada bursa transfer musim panas 2011/2012. Ketika itu usia keduanya masih sangat belia 19 tahun. Courtois menerima tawaran Chelsea sebesar 7.9 juta paun, sedangkan Casteels melanjutkan karirnya bersama Hoffenheim dengan mahar 686.000 Paun.
Kehilangan Kepercayaan Diri dan Tim Wiese Sang Mentor
Hoffenheim yang sukses mendatangkan Casteels menyambut hangat kehadirannya. “Kami dengan bangga mendatangkan Koen Casteels, sosok yang potensial dan talenta papan atas Eropa”, ungkap Ernest Tanner, Direktur Olahraga Hoffenheim kala itu.
Setelahnya Casteels masih harus membuktikan dirinya. Kedatangannya ke Hoffenheim tidak serta merta membuatnya menjadi pilihan utama. Justru ia menjadi pilihan ketiga, di bawah Tom Starke dan Daniel Haas.
Kembali menjadi cadangan membuat Casteels sedikit tertekan. Ia lebih pendiam dan menutup diri. Interaksi dengan rekan-rekannya hanya ketika latihan. “Tidak diragukan Casteels merupakan sosok yang bertalenta, ia berlatih cukup keras, namun ia harusnya lebih agresif dan harus lebih percaya diri,” ungkap Zsolt Petry, pelatih penjaga gawang Hoffenheim dikutip dari situs resmi klub.
Musim 2012/2013, Tim Wiese, mantan penjaga gawang Werder Bremen sekaligus pemilik 6 caps bersama Tim Nasional Jerman, didatangkan ke Hoffenheim untuk mengisi kekosongan kiper utama pasca hengkangnya Tom Starke ke Bayern Munich. Wiese langsung menjadi pilihan utama sekaligus kapten tim.
Casteels yang kala itu tertutup dan pendiam belajar bagaimana menjadi penjaga gawang yang kokoh dari Tim Wiese. Sosok Wiese yang keras, agresif, dan tidak segan-segan untuk melakukan kontak fisik, sedikit banyak dipelajari oleh Casteels. Casteels yang awalnya kehilangan kepercayaan diri, berubah menjadi sosok yang lantang dan keras ketika latihan. Hal yang diakui sendiri oleh Casteels, “saya senang dengan kehadirannya (Wiese), saya belajar banyak dari sosoknya dan akan terus berkembang.”
Wiese sendiri kemudian tampil buruk dan mengalami cedera cukup panjang, Hoffenheim kemudian mendatangkan Heurelho Gomes, yang sialnya mendapatkan cedera yang cukup parah. Casteels kemudian didaulat menjadi kiper utama dari Hoffenheim. Sayangnya penampilannya tidak cukup baik. Kicker kala itu membuat daftar 19 penjaga gawang Bundesliga dari penampilan terbaik hingga terburuk. Casteels menempati posisi ke 19, atau menjadi kiper terburuk di Bundesliga musim 2012/2013.
Kesempatan Kedua Bersama Wolfsburg
Musim 2014/2015 kemudian melepas Casteels ke Wolfsburg dengan mahar 1,2 juta Paun. Alasan pelepasan Hoffenheim karena cedera parah yang dideritanya selama 1 musim penuh. Cedera inilah yang memupus impian Casteels berlaga di Piala Dunia 2014.
Bersama Wolfsburg, peruntungan Casteels membaik. Dieter Hecking yang dikenal mampu mengembalikan performa pemain menjadi lebih baik, memutuskan meminjamkan Casteels ke Werder Bremen pada tengah musim. Langkah yang tepat bersama Werder Bremen, performanya mengkilap. Musim 2014/2015 bersama Werder Bremen, ia mencatatkan 4,3 penyelamatan per pertandingan selama masa pinjaman.
Sejak kembali ke Wolfsburg pada musim 2015-2016 performa Casteels kembali ciamik, meskipun harus bersaing dengan Diego Benaglio, Casteels konsisten menunjukkan penampilan gemilangnya. Puncaknya musim lalu, ia memaksa Diego Benaglio kehilangan tempat di tim utama dan pindah ke AS Monaco. Musim ini merupakan penampilan terbaik Casteels, ia tidak tergantikan dibawah mistar gawang Wolfsburg satu kali pun, mencatatkan 8 clean sheets dan 2,19 saves per pertandingan.
Arsenal kini mengincar Casteels untuk menjadi pengganti David Ospina dan Petr Cech yang dianggap angin-anginan musim ini, Casteels dianggap sosok yang tepat menjadi kiper utama Arsenal. Apalagi kini dibawah Sven Mislintat, Arsenal kemungkinan akan membawa banyak nama Jerman ke Emirates Stadium. Apaibila Casteels pindah ke Arsenal, akan menarik musim depan melihat persaingan antara Courtois menghadapi Casteels di ajang premier League. Sebagai rival sejak kecil tentu ada misi pembuktian diri yang akan dibawa masing-masing penjaga gawang.