Pada pekan ke-33 Premier League 2018/2019, Crystal Palace berhasil meraih kemenangan penting 1-0 kontra Newcastle United. Gol semata wayang the Eagles lahir dari titik penalti lewat sepakan Sang Kapten, Luka Milivojevic. Itu merupakan gol ke-10 Milivojevic selama 2018/2019 dan semuanya berasal dari titik putih. Hanya Andrew Johnson pada 2004/2005 yang mencetak gol penalti lebih banyak daripada Milivojevic dalam satu musim kompetisi (11).
Didatangkan dari Olympiacos pada musim panas 2017, Milivojevic langsung jadi pemain penting dalam skema permainan Sam Allardyce. Memberi keseimbangan dan rasa nyaman, hingga menyelamatkan Crystal Palace dari degradasi.
Crystal Palace kehilangan sosok pemimpin setelah Mile Jedinak pergi ke Aston Villa. Tidak lama setelah Milivojevic membuktikan diri di Selhurst Park, ban kapten diserahkan Jason Puncheon ke gelandang Serbia tersebut. Tugas penalti yang selama ini telah menjadi milik Jedinak juga dibebankan kepada Milivojevic.
Talenta Milivojevic sebagai pemimpin memang sudah terlihat sejak dirinya membela FK Rad pada 2008. “Sejak muda dirinya sudah menjadi pemimpin sejati. Selalu jadi impiannya untuk tampil membela Red Star (FK Crvena zvezda) jadi itu bukan keputusan sulit,” tutur Presiden FK Rad saat itu, Ranko Stojic.
“Ketika Robert Prosinecki ditunjuk sebagai pelatih Red Star, dia langsung menelpon saya dan meminta Milivojevic. Ia berjanji akan menjadikan Milivojevic sebagai kapten di sana,” lanjut Stojic.
Stojic adalah sosok yang menemukan talenta Milivojevic. Awalnya gelandang kelahiran 7 April 1991 itu dilihat sebagai pengatur serangan. Tapi dia tidak heran dengan transformasi Milivojevic sebagai gelandang bertahan Crystal Palace.
“Saya melihatnya sebagai salah satu gelandang nomor 10 terbaik yang dimiliki Serbia. Tapi kondisinya sekarang bukan hal yang mengejutkan. Memang tak perlu waktu lama baginya untuk beradaptasi,” jelas Stojic.
Diusir dari Serbia
Foto: FSS
Musim 2017/2018 menjadi masa-masa sulit bagi Milivojevic. Melihat Crystal Palace tak meraih satupun kemenangan dalam tujuh pertandingan. Namun menurutnya, itu bukan salah para pemain, melainkan Frank de Boer sebagai nakhoda the Eagles.
“Tujuh pertandingan tanpa satupun poin ataupun gol, itu adalah hal yang sangat sulit untuk dijalani. Frank [de Boer] punya ide yang bagus, banyak hal yang dia ubah. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa dia harus membayar perjudian tersebut,” kata Milivojevic.
Kondisi Crystal Palace saat ini berbeda. Bersama Roy Hodgson, para pemain dikembalikan ke posisi asli mereka. “Hodgson punya pengalaman dan menggunakan hal tersebut untuk mempercayakan pemain ke posisi terbaik,” puji Milivojevic.
Frank de Boer bukan satu-satunya nakhoda yang ia kritik selama menjadi pemain. Memiliki status pemain tim nasional sejak masih berusia 18 tahun, Milivojevic diasingkan Serbia dari kompetisi internasional karena memprotes cara kepala pelatih, Mladen Krstajic, ketika Piala Dunia 2018.
“Kami tidak menemukan kesepekatan dengan Luka [Milivojevic]. Masalah ini tidak bisa dilupakan dan dirinya sudah tidak lagi menjadi bagian tim nasional. Serbia lebih besar daripada seorang Luka Milivojevic,” kata Krstajic. Milivojevic menolak untuk minta maaf dan Serbia kehilangan raja penalti dan salah satu talenta terbaik yang mereka miliki.
Bukan Sekadar Penalti
Foto: HITC
Sekalipun menyandang status raja penalti di Premier League, Milivojevic juga pernah gagal mengeksekusi bola dari 12 pas. “Saat bertemu Manchester City di partai terakhir, kami tahu ini adalah laga penting. Mendapatkan penalti dan saya gagal mengeksekusinya. Itu adalah momen terburuk sepanjang karier saya,” aku Milivojevic.
Beruntung bagi Milivojevic, ia telah membantu Crystal Palace bertahan di Premier League. Penalti bukanlah nilai yang membuat dirinya begitu dihargai oleh suporter the Eagles, tapi kerja kerasnya di atas lapangan.
“Mereka tahu bahwa saya mengarahkan semua tenaga di atas lapangan. Selalu berusaha membantu tim. Sangat senang melihat hal itu diakui dari tribun,” aku Milivojevic merespon nyanyian dari suporter Crystal Palace.
Begitu disayangnya Milivojevic oleh suporter Crystal Palace, suporter the Eagles sampai ikut memprotes keputusan Serbia yang mencoret pahlawan mereka dari tim nasional. Roy Hodgson sampai harus turun tangan untuk membuat mereka diam.
“Kita tahu bahwa Luka sangat kecewa dengan perlakuan Serbia. Dirinya seakan dijadikan kambing hitam oleh tim nasional. Tapi hal paling penting bagi kami adalah fakta bahwa ia bahagia di sini. Ia pasti akan sangat senang jika kembali dipanggil. Masalahnya, itu adalah urusan Serbia. Bukan urusan kita,” kata Hodgson.
Berada di Persimpangan
Foto: ITV
Luka Milivojevic masih memiliki kontrak hingga 2020 bersama Crystal Palace. Akan tetapi jasanya sudah menarik kesebelasan lain. Calciomercato mengatakan bahwa AC Milan yang memiliki pamor lebih mendunia ketimbang the Eagles disebut meminati jasanya.
Pihak Rossoneri menyiapkan Milivojevic sebagai pengganti Tiemoué Bakayoko dan Riccardo Montolivo. Bakayoko kabarnya akan dipulangkan ke Chelsea, tak diberi kontrak permanen. Sementara Montolivo akan pergi setelah kontraknya habis di musim panas 2019.
Bermain di AC Milan mungkin akan lebih membuka mata Serbia bahwa Milivojevic adalah salah satu talenta terbaik yang mereka miliki. Namun dengan status pahlawan di Crystal Palace dan potensi the Eagles bersama Wan-Bissaka serta Wilfried Zaha, sayang apabila Milivojevic pergi meninggalkan Selhurst Park.