Martin Odegaard, Talenta yang Terlalu Cepat Dihakimi

Foto: Mirror.co.uk

Ingat ketika mantan pemain tim nasional Inggris, Joey Barton, menyebut Neymar sebagai Justin Bieber pada 2013? “Hanya bagus di Youtube,” katanya. Lalu tiga tahun kemudian, ia mengaku salah karena telah melihat perkembangan pemain Brasil tersebut di Barcelona?

Hampir di waktu bersamaan, label Justin Bieber tersebut diberikan kepada pemain lainnya. Pemain yang didatangkan Real Madrid di bursa transfer musim dingin 2015 dari Norwegia, Martin Odegaard. Label Justin Bieber lebih diberikan kepada Odegaard karena kemiripan fisik mereka. Bukan karena sekedar bagus di Youtube seperti alasan Barton memberikan label Neymar sebagai Bieber di dunia sepakbola.

Didaratkan ke Santiago Bernabeu oleh Carlo Ancelotti pada usia 15 tahun, paralel antara Bieber dengan Odegaard kian menjadi. Sama seperti Odegaard, paggung besar Bieber juga didapat ketika berusia 15 tahun. Namun berkat Barton, label ‘Justin Bieber’ bukan sesuatu yang diinginkan di dunia sepakbola. Sudah lebih dari empat tahun sejak datang ke Madrid, Martin Odegaard baru tampil dua kali untuk Los Blancos.

Odegaard mulai dipinjamkan ke peserta Eredivisie sejak 2017. Membela Heerenveen dan Vitesse sejak 2017. Label sebagai pemain gagal, hanya bagus dalam rekaman video, atau sekedar strategi pemasaran Real Madrid muncul.

Khusus untuk asumsi dirinya tidak lebih dari strategi pemasaran, hal itu juga pernah diberikan kepada pemuda asal Indonesia, Egy Maulana Vikri ketika dikontrak Lechia Gdansk. Asumsi itu ditolak oleh pihak klub dan Egy terlihat produktif di tim cadangan. Sementara Carlo Ancelotti yang jadi nakhoda Los Blancos ketika datangkan Odegaard setuju dengan asumsi tersebut.

“Ketika Florentino Perez mendatangkan pemain dari Norwegia, Anda harus menerimanya. Perez juga yang menentukan pemain di tim utama untuk tiga pekan awal sebagai uji coba pemasaran. Dia [Odegaard] bisa jadi pemain kelas dunia. Namun saya tidak peduli, dirinya tetap didatangkan karena alasan pemasaran,” kata Ancelotti.

Gaji Tinggi Sejak Usia 15 Tahun

Foto: Numero Diaz

Namun jika melihat gaji yang diberikan Real Madrid untuk Odegaard ketika pertama datang dari Norwegia, sedikit sulit melihatnya hanya sebagai alat pemasaran. Odegaard diberikan gaji 80 ribu pauns per pekan oleh Los Blancos. Angka itu tinggi di level akademi. Sebelum Jadon Sancho hengkang dari Manchester City, ia disodorkan kontrak dengan gaji 30 ribu per pekan dan itu adalah angka tertinggi dalam sejarah akademi Manchester City!

Odegaard hampir mendapatkan tiga kali lipat dari apa yang ditawarkan Sancho dan Pep Guardiola sudah tahu kualitas pemain tim nasional Inggris tersebut. Sancho, Foden, dan Brahim Diaz adalah tiga pemain yang disiapkan tempat tim utama oleh Pep. Sementara Odegaard baru 15 tahun mendapatkan 80 ribu pauns per pekan, mustahil dirinya hanya kucing dalam karung seperti Bebe.

Baru tiga bulan membela Heerenveen pada musim 2017/2018, Real Madrid memberikan perpanjangan kontrak kepada Odegaard hingga 2021. Odegaard hanya terlibat dalam empat gol sepanjang musim, tapi ia memperlihatkan semua kemajuan.

“Dia jelas punya kualitas. Namun masalahnya Heerenveen jadi tak seimbang dengan kehadiran Odegaard. Jurgen Streppel -pelatih Heerenveen saat itu- harus membuat keputusan. Dirinya kini memiliki Sam Larsson, Arber Zaneli, dan Odegaard yang gemar menguasai bola,” jelas jurnalis Belanda, Leo Driessen.

Keputusan tersebut kemudian diambil oleh Heerenveen pada musim panas 2018. Mereka menginginkan Odegaard kembali meski Streppel telah pergi ke Siprus untuk menangani Anorthosis. Sayangnya, Odegaard memilih Vitesse ketimbang kembali ke Heerenveen.

Banjir Pujian di Belanda

Foto: Sport Bible

Nahkoda Vitesse, Leonid Slutsky, yang mengorbitkan talenta Aleksandr Golovin di CSKA Moscow mengaku bahwa Odegaard telah siap untuk level berikutnya. “Saya sebenernya ingin dia tetap di sini [Vitesse]. Tapi itu mustahil, karena dia sudah siap untuk tantangan berikutnya. Saya tidak tahu di mana ia akan bermain, mungkin Real Madrid,” kata Slutsky.

Pol Llonch, mantan gelandang Girona yang juga mewarnai Eredivisie bersama Willem II mengaku senang melihat perkembangan Odegaard. “Dirinya sudah terlihat lebih dewasa. Bahkan menjadi salah satu pemain terbaik di Eredivisie. Ketika dirinya diberi kebebasan serta ruang berekspresi, Odegaard benar-benar membuat perubahan,” aku Lloch.

Hal serupa juga diutarakan oleh alumni La Fabrica -akademi Real Madrid-, Adrián Dalmau. “Odegaard telah jadi ketua di Vitesse. Menjadi pengatur serangan dan memanggul tim di pundaknya,” ungkap Dalmau.

Pertanyaannya, apa itu cukup untuk menjadikannya anggota tim utama Real Madrid?

19 Tahun di Real Madrid?

Foto: Ok Diario

Real Madrid selalu menjadi tujuan akhir Odegaard dari masa sekolahnya di Belanda. Ia pun mengincar tempat di lini tengah Los Blancos pada 2019/2020. “Saya sudah belajar banyak di sini. Semoga saja mendapatkan tempat di Real Madrid,” kata Odegaard.

Hingga pekan ke-29 Eredivisie 2018/2019, Odegaard telah tampil 26 kali. Terlibat dalam 12 gol dengan enam diantaranya ia cetak sendiri. Kembalinya Zinedine Zidane sebagai kepala pelatih Los Blancos membantu Odegaard untuk menembus tim utama.

“Saya rasa Zidane memberi dampak positif untuk Real Madrid. Semua telah mengenalnya. Begitu juga dengan saya yang main di bawah komandonya selama bertahun-tahun,” kata Odegaard. Namun, dia juga realistis. “Ada berapa pemain berusia 19 tahun di tim senior Real Madrid?,” katanya.

Sebuah kalimat tanya itu seharusnya sudah menjadi pengingat bagi mereka yang memberi label negatif kepada Odegaard. Entah itu ‘Justin Bieber’ atau ‘strategi pemasaran’, berapa pemain muda yang dipertahankan dan bersinar oleh Real Madrid?

Castilla ataupun La Fabrica menghasilkan berbagai pemain hebat. Berapa yang mendapat tempat di tim utama Real Madrid?

Marcos Alonso, Pablo Sarabia, Juan Mata, Dani Parejo, Denis Cheryshev? Mereka semua pemain hebat dan diakui oleh dunia. Mungkin Odegaard juga sama. Mungkin beberapa di antara kita terlalu cepat untuk menilai. Sama seperti kasus Joey Barton dengan Neymar.

Ajax Amsterdam bahkan meminati jasa Odegaard. Jika sejarah bisa dipercaya, Ajax punya mata yang lebih bagus untuk menilai talenta daripada Barton. Mungkin juga lebih dari Real Madrid.