Memahami Keputusan Golovin Menolak Chelsea dan Juventus

Aleksandr Golovin bisa dibilang salah satu bintang dari Piala Dunia 2018. Gelandang muda Rusia tersebut menjadi pemain paling bersinar di tim tuan rumah bersama Igor Akinfeev dan Denis Cheryshev. Tak ayal, banyak klub ingin meminang jasanya.

Arsenal, Chelsea, dan Juventus, ingin mendapatkan jasa Golovin. Bahkan The Gunners sudah mengincar Golovin saat Arsene Wenger masih menangani klub. Namun, akhirnya Golovin menolak ketiga klub tersebut dan memilih AS Monaco.

Dia tidak memilih liga dengan eksposur terbesar di dunia. Dirinya juga menolak berbagi lapangan dengan salah satu pemain terbaik dunia, Cristiano Ronaldo. Kontrak selama lima tahun akhirnya ditandatangani Golovin bersama klub dari negeri bebas pajak.

“Saya sangat senang bergabung dengan AS Monaco. Mereka mendekati saya dengan ambisi tinggi. Ini adalah petualangan baru dan saya tak sabar untuk memulainnya,” kata Golovin.

Keputusan Golovin mungkin bisa dibilang aneh jika kita melihat klub lain yang meminati dirinya. Juventus adalah raja sepakbola Italia dan baru mengontrak Cristiano Ronaldo. Arsenal sedang membuat dinasti baru pasca Arsene Wenger dan tak sedikit yang ingin masuk ke dalam catatan sejarah tersebut. Chelsea memiliki rekor positif setiap kali ganti kepemimpinan di ruang ganti. Tapi dia memilih AS Monaco.

Klub yang dimiliki oleh pengusaha Rusia, Ekaterina Rybolovleva itu memang bukan tim sembarangan. AS Monaco mantan finalis Liga Champions serta produsen pemain muda Prancis; dari Thierry Henry hingga Kylian Mbappe memulai karir mereka di AS Monaco.

Namun setelah gagal ‘membeli prestasi’ dengan mendatangkan James Rodriguez, Joao Moutinho, Rademel Falcao, dan lain-lain, mereka mulai membentuk ulang timnya. Nama-nama baru dari akademi sendiri seperti Mbappe mulai menjadi andalan. Mereka selalu bisa mempertahankan status sebagai salah satu klub top di Prancis. Namun masih ada di bawah Paris Saint-Germain (PSG).

AS Monaco bisa dikatakan seperti Atletico Madrid. Selalu menjadi perusak persaingan tapi jarang menjadi juara. Selalu tertutup oleh Lyon atau PSG. Layaknya Atletico Madrid tertutup oleh Real Madrid atau FC Barcelona.

Prestasi bukan jaminan untuk Golovin di AS Monaco. Namun, piala adalah hasil kerja keras dari sebuah usaha. Dibandingkan Juventus, Arsenal, dan Chelsea, Golovin dapat kesempatan lebih banyak untuk berusaha di AS Monaco.

Pilihan Utama di AS Monaco

Berbeda jika Golovin memilih peminat lainnya, komposisi AS Monaco saat ini seperti memberi jaminan untuk dia bermain. Mereka baru kehilangan Joao Moutinho, Thomas Lemar, dan Fabinho, di bursa transfer musim panas. Golovin yang berposisi sebagai seorang gelandang bisa mengisi tempat yang ditinggalkan oleh tiga pemain tersebut.

Andai kata Golovin memilih Chelsea, dia harus bersaing dengan Cesc Fabregas, Kante, Bakayoko, Ross Barkley, dan empat gelandang lainnya. Tidak termasuk Jorginho yang merupakan pemain kunci Maurizio Sarri.

Apabila dirinya memilih Arsenal, ia merupakan gelandang ketiga yang didaratkan The Gunners di bursa transfer musim panas 2018. Unai Emery sebelumnya mendatangkan Matteo Guendouzi dan Lucas Torreira dari Lorient serta Sampdoria.

Sementara Juventus memberi tantangan berbeda. Pasalnya lini tengah Si Nyonya Tua ramai pemain veteran yang bukan hanya memberikan pengalaman tapi juga pengaruh di ruang ganti. Claudio Marchisio, Sami Khedira, dan Blaise Matuidi mungkin akan jadi guru Golovin lebih dulu sebelum dirinya bisa merumput.

AS Monaco juga bukan tanpa gelandang. Mereka punya pemain-pemain yang dapat jadi penyeimbang lapangan seperti, Yourri Tielmans dan Adama Traore. Tetapi hanya kedua nama itu yang bisa ‘mengancam posisi Golovin. Lainnya masih terlalu muda atau sama-sama dalam masa pembuktian. Jam terbang tentu penting bagi tiap pemain dan Golovin telah memilih tempat yang tepat untuk mengakomodasi hal tersebut.

Memprioritaskan Darah Muda

Keraguan Golovin terhadap Liga Premier sudah sempat diutarakan oleh Presiden CSKA Moscow, Evgeniy Giner. “Saya yakin dia bisa jadi bintang besar. Akan tetapi hal itu harus dilakukan di luar Liga Rusia. Sementara level dari Liga Premier Inggris ataupun Spanyol jauh lebih tinggi,” kata Giner seperti dikutip TalkSports.

Bergerak ke Liga Premier tepat setelah pamornya naik di Piala Dunia bukan hal bijak. Akan ada ekspektasi besar untuk dirinya langsung memberikan dampak positif ke tim. Baik itu Arsenal ataupun Chelsea.

Sementara klub-klub Liga Premier dikenal tak terlalu bersahabat dengan pemain muda. Terutama Chelsea. The Blues mungkin punya deretan pemain muda potensial di skuad mereka. Namun sangat sulit bagi mereka mendobrak ke tim utama. Ruben Loftus-Cheek bahkan baru bermain 567 menit bersama tim senior Chelsea sejak pertama diorbitkan di 2014. Gelandang Brasil, Lucas Piazon bertahun-tahun dipinjamkan ke klub lain. Bahkan mengaku depresi dengan sistem Chelsea.

Dari Stamford Bridge di London Baratdaya, kita pindah ke Utara, tempat Arsenal. Meski The Gunners cukup terkenal untuk memberikan ruang pemain muda, hal itu sudah mulai jarang dilakukan. Saat ini, Unai Emery hanya memiliki delapan pemain yang berusia di bawah 23 tahun. Dua baru dibeli musim panas 2018, Torreira (22) dan Guendouzi (19). Satu, Chuba Akpom (22) baru pulang dari masa pinjaman di Belgia.

Juventus tidak berbeda dengan Chelsea. Pemain-pemain muda mereka lebih sering jadi pinjaman klub lain. Bahkan ketika kepemilikan bersama masih berlaku di Italia, Juventus memiliki banyak pemain muda yang akhirnya hanya jadi penambah dana bagi klub. Hal seperti ini tidak terjadi di AS Monaco.

Semenjak mengubah pendekatan mereka untuk meraih prestasi, AS Monaco sangat peduli kepada pemain-pemain muda. Bahkan saat ini skuad besutan Leonardo Jardim diisi oleh 24 pemain di bawah 23 tahun. Tujuh di antara mereka baru dibeli musim panas kali ini, termasuk Golovin. Empat diorbitkan dari akademi dan dua menyelsaikan masa pinjaman mereka.

Sistem Permainan yang Mendukung Golovin

AS Monaco bukan hanya peduli dan memberi peluang lebih besar untuk Golovin. Tapi sistem permainan Jardim juga sesuai dengan kekuatan terbaik pemuda Rusia tersebut.

Golovin bisa bermain sebagai gelandang tengah ataupun serang. Gelang serang adalah posisi terbaiknya. Hal ini terbukti di Piala Dunia 2018 dan juga selama permainannya di CSKA Moscow selama dua musim terakhir.

Dengan begitu, Golovin tidak akan bisa maksimalkan potensinya jika memilih Chelsea dan Juventus yang menggunakan sistem 4-3-3. Sementara Arsenal berpeluang untuk mengenakan sistem yang sama dengan Chelsea dan Juventus di bawah Unai Emery.

Emery familiar dengan peran gelandang serang. Akan tetapi di PSG ataupun Sevilla, ia seperti lebih nyaman dengan 4-3-3, 4-1-4-1, atau 4-4-2. Sistem yang tidak memberikan tempat untuk gelandang serang seperti Golovin.

Sementara Jardim sudah empat tahun menangani AS Monaco dan sistem terbaiknya adalah 4-2-3-1. Walau terkadang menggunakan 4-3-3, 4-4-2, ataupun 4-5-1, Jardim lebih sering menggunakan tiga pemain di belakang ujung tombak dan salah satunya adalah gelandang serang, posisi terbaik Golovin.

Pada akhirnya, meski AS Monaco bukanlah klub penguasa liga atau memilki pamor yang lebih rendah dari peminat-peminat Golovin lainnya, mereka adalah pilihan terbaik untuk gelandang Rusia itu. Seperti yang dikatakan Evgeniy Giner, Golovin akan menjadi pemain besar, tapi Liga Premier masih terlalu sulit untuknya. AS Monaco adalah tempat terbaik untuk dirinya berkembang dan jangan heran jika tiga atau empat tahun lagi, saat usianya sudah matang, kita akan melihat Golovin bermain untuk klub ‘super elit’ dunia.