Nomor punggung “7” memang merupakan nomor paling keramat milik Manchester United. Nama besar dan kesuksesan selalu membayangi siapapun yang mengenakan nomor tersebut. Mulai dari George Best, Eric Cantona, David Beckham, hingga Cristiano Ronaldo, sukses membangun image mereka sebagai pemain kelas dunia dan membawa banyak gelar ke Old Trafford. Namun setelah hengkangnya Ronaldo ke Real Madrid, belum ada satupun pemain yang menunjukkan performa gemilang menggunakan nomor punggung 7. Mulai dari Michael Owen, Antonio Valencia, Memphis Depay, Angel Di Maria, hingga Alexis Sanchez. Mereka belum mampu menjukkan performa gemilang mereka menggunakan nomor keramat tersebut.
Memphis Depay merupakan sosok yang paling disorot ketika menggunakan nomor 7 ketika di United. Ia datang sebagai winger dengan prospek menjanjikan. Penampilan gemilangnya bersama PSV mampu direplikasi Depay ketika Piala Dunia 2014. Namanya langsung melambung tinggi dan menjadi incaran banyak klub. PSG, Juventus, Chelsea, hingga Tottenham Hotspur, dikabarkan tertarik mendapatkan sosok bertinggi 176 cm ini.
Musim yang Buruk di Manchester United
Pada akhirnya Manchester United mendapatkan tanda tangan Memphis Depay pada bursa transfer musim panas 2015/2016. Depay diprediksi akan sukses bersama Setan Merah. Prediksi ini bukan tanpa sebab. Selain performa gemilangnya bersama PSV, United kala itu di bawah asuhan Louis van Gaal, yang notabane nya adalah Manajer Tim Nasional Belanda. Ketika Piala Dunia 2014 bergulir, Van Gaal sukses mengoptimalkan peran Memphis Depay di Tim Nasional. Karenanya Depay langsung didaulat menggunakan nomor punggung “7”.
Sempat menjanjikan di awal penampilannya bersama United, Depay justru kesulitan untuk tampil konsisten. Kesulitan beradaptasi dengan sistem kompetisi di Inggris ditengarai membuat Depay gagal menunjukkan performa terbaiknya. Memphis Depay kemudian jarang ditampilkan oleh Louis Van Gaal. Tekanan pun juga menjadi sebab buruknya performa Memphis Depay.
“Saya bekerja keras, tapi tekanan membuat saya tidak bahagia di Manchester. Saya mendapat banyak tekanan ‘Memphis itu gila’ atau ‘Memphis melakukan hal buruk’. Itu tidak menyenangkan bagi saya. Saya hanya bisa menjadi diri saya sendiri”, ungkap Memphis Depay di Canal+.
Pergantian nahkoda dari Van Gaal ke Jose Mourinho membuat semuanya lebih buruk. Depay semakin kesulitan mendapatkan menit bermain. Hasilnya Depay kemudian memutuskan untuk meneruskan karirnya di klub lain.
Kembali Bersinar di Lyon
Olympique Lyonnais menjadi destinasi berikutnya bagi Depay. Mahar 16 Juta Euro dikeluarkan Lyon untuk mendatangkan Memphis Depay. Kedatangan Depay pada tengah musim 2016/2017 diharapkan mampu mendongkrak performa Lyon, sekaligus mengembalikan nama besar Lyon di persepakbolaan Prancis.
Target utama Lyon kala itu mampu menembus zona Liga Champions. Sayangnya kedatangan Depay belum mampu mengantarkan Lyon untuk berkompetisi di Liga Champions. Lyon harus puas duduk di peringkat keempat klasemen, tertinggal 11 angka dari OGC Nice diperingkat ketiga.
Musim 2017/2018 menjadi pembuktian bagi Memphis Depay. Dirinya menjadi pemain kunci bagi Lyon. Di bawah asuhan Bruno Genesio, performa Depay kembali garang. Tusukan-tusukan ke dalam kotak penalti, tendangan jarak jauh khas Memphis Depay ketika masih berseragam PSV kembali muncul. Tentu saja Lyon menerima tuahnya. Mereka mengakhiri musim ini di posisi ketiga klasemen. Pencapaian ini semakin manis karena mereka berhasil finis di atas seteru abadi mereka, Olympique Marseille.
Performa Memphis Depay yang cemerlang musim ini bukan tanpa sebab. Awal kedatangannya ke Lyon, Depay kesulitan bermain melebar. Formasi 4-3-3 yang digunakan Genesio musim lalu, menuntut Depay bermain melebar dengan melepaskan umpan-umpan silang ke kotak penalti.
Perubahan Formasi dan Gaya Main
Hal yang membuat Depay kesulitan adalah ia bukanlah pemain yang suka bermain melebar. Dirinya adalah sosok pemain yang lebih suka menusuk ke jantung pertahanan lawan dan melepaskan tendangan.
Selain permainan melebar, Genesio juga menuntut Depay membantu pertahanan, hal yang membuat permainan Depay kurang optimal. Musim ini Genesio memutuskan mengakomodasi kemampuan Depay.
Formasi 4-3-3 menyerang yang biasa diturunkan Genesio, diubah menjadi 4-2-3-1 atau 4-3-1-2. Alasannya jelas: Genesio memberikan ruang bagi Depay melakukan tusukan. Lebih jauh lagi peran Depay menjadi second striker di belakang striker tunggal.
Genesio memilih mengorbankan Nabil Fekir untuk mengisi ruang yang ditinggalkan Depay apabila bergerak menusuk. Hasilnya sukses besar. Memphis Depay sukses menciptakan 19 gol dan 13 asis, pencapaian yang membuatnya menjadi pencetak gol dan asis terbanyak bagi Lyon musim ini.
“Saya menyukai posisi ini. Bisa melepaskan banyak tendangan dan mencetak gol untuk membantu tim, ini yang saya inginkan,” ungkap Depay di The Guardian.
Permainan ciamik Depay juga membuat Lyon cukup subur, musim ini Lyon mencetak 87 gol, jumlah ini hanya kalah dari PSG dengan 109 gol.
Apa yang dicapai Memphis Depay musim ini membuatnya kembali menjadi incaran banyak klub. Duo Milan dikabarkan berminat mendatangkan pemain berusia 24 tahun ini. Selain itu, opsi buy back yang dimiliki Manchester United mungkin saja diaktifkan melihat penampilannya musim ini. Namun Depay merupakan opsi terakhir apabila United gagal mendatangkan Gareth Bale dari Real Madrid.
Memphis Depay kini telah membuktikan bahwa dirinya bukanlah pemain sembarangan. Dirinya hanya membutuhkan penanganan dan formasi yang tepat unruk mengakomodasi dirinya untuk menunjukkan performa terbaiknya.