Berhasil mengalahkan Real Madrid di fase 16 besar Liga Champions, anak-anak asuh Erik ten Hag kembali menjadi sorotan. Dusan Tadic, Frenkie de Jong, Hakim Ziyech, semuanya mendapat pujian. Tapi tak ada yang dapat mengalahkan sinar yang menyoroti kapten de Godenzonen, Matthijs de Ligt.
Belum genap berusia 20 tahun, bek kelahiran 12 Agustus 1999 tersebut telah memimpin Ajax sejak Maret 2018, menjadi kapten termuda sepanjang sejarah klub setelah dipercaya ten Hag untuk menggantikan Joel Veltman yang menderita cedera.
Kepercayaan yang dia dapat juga tidak disia-siakan. Dirinya langsung jadi tembok utama Andre Onana di barisan pertahanan Ajax, hingga jadi pemain termuda yang tampil 100 kali bersama Ajax. Penampilannya saat bertamu ke Bernabeu (6/3) hanya memperkuat status ‘Golden Boy‘ yang ia dapat pada 2018.
Opta mencatat selama pertandingan itu, de Ligt 10 kali memenangkan bola yang hilang dari penguasaan Ajax. Membuang bola dari daerah berbahaya sebanyak lima kali, serta memenangkan empat dari lima duel udara yang ia lakukan.
Media asal Prancis, L’Equipe menilai performa de Ligt 9/10. Hanya kalah dari Dusan Tadic (10/10) yang mencatatkan dua asis dan satu gol selama 90 menit di Bernabeu. Wajar jika akhirnya banyak kesebelasan lain yang mengincar jasanya.
Legenda Ajax, Johnny Rep, meminta de Ligt untuk bertahan satu musim lagi di Amsterdam Arena. “Dia masih berusia 19 tahun. Tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan. Saya harap dirinya bertahan di Amsterdam setidaknya satu musim lagi,” kata penyerang Ajax di era 70-an itu.
Namun dengan rumor dana 70 juta euro yang disiapkan Real Madrid, sulit rasanya melihat de Ligt tetap bersama de Godenzonen. Pertanyaannya, mampukah bek 189 centimeter itu tetap bersinar jika hengkang dari Ajax pada 2019/2020?
Golden Boy Bukan Jaminan
Penghargaan ‘Golden Boy’ merupakan bentuk apreasiasi para jurnalis kepada talenta-talenta muda di bawah 21 tahun yang bersinar di liga elit Eropa. Media-media ternama Benua Biru seperti Marca, Mundo Deportivo, Bild, L’Equipe, France Football, merupakan jurinya.
Maatthijs de Ligt menjadi bek pertama yang memenangkan perhargaan itu sejak pertama dicetuskan pada 2003. Ia mengikuti jejak Wayne Rooney (2004), Lionel Messi (2005), Paul Pogba (2013), dan lain-lain. Sebelum de Ligt, para jurnalis memberi predikat ‘Golden Boy’ kepada Kylian Mbappe.
Melihat nama-nama di atas, masa depan de Ligt memang terlihat cerah. Tapi ‘Golden Boy’ juga pernah disandang oleh Renato Sanches, Mario Balotelli, Alexandre Pato, Rafael van der Vaart, dan Anderson. Pemain-pemain hebat yang gagal memenuhi ekspektasi kepada diri mereka. Terutama ‘Golden Boy’ 2008, Anderson.
“Alex, dia lebih hebat dari Rooney,” kata adik Sir Ferguson, Martin saat merekomendasikan Anderson pada 2007. Martin tak sepenuhnya salah, setahun kemudian gelandang Brasil itu mendapat predikat ‘Golden Boy’ dari para jurnalis. Namun setelah mendarat di Old Trafford ekspektasi yang diberikan kepada dirinya terlalu besar.
pada dasarnya, banyak hal yang perlu dilakukan de Ligt agar bisa memenuhi ekspektasi. Setidaknya dari nama-nama pendahulunya, ada dua hal yang bisa ia pelajari. Bebas dari cedera agar tidak berakhir seperti van der Vaart, Sanches, dan Anderson. Serta menjaga sikap agar terhindar dari nasib Balotelli dan Pato.
DNA Barcelona
Berbagai kesebelasan kini ingin meminang de Ligt. Paris Saint-Germain (PSG), Barcelona, Atleti, Real Madrid, Manchester United, Juventus, semua menginginkan de Ligt. Semuanya memiliki modal untuk mendatangkannya.
Namun, de Ligt harus berpikir keras agar tidak salah melangkah. Seniornya di Ajax yang juga merupakan mantan ‘Golden Boy’, Rafael van der Vaart harus jadi pembelajaran bagi de Ligt. Meninggalkan Hamburg untuk Real Madrid nyatanya merupakan lompatan yang terlalu besar untuk van der Vaart.
Sekalipun karirnya kembali bersinar di Tottenham, vdV akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain yang gagal memenuhi potensi terbaiknya. Kariernya berakhir di Denmark dan sempat dirumorkan akan mendarat di Indonesia. Itu jelas sebuah penurunan kualitas.
Sejauh ini Barcelona disebut sebagai pelari terdepan untuk jasa de Ligt. Kapten Ajax itu juga mengaku tertarik berlabuh di Camp Nou dan bermain bersama Frenkie de Jong. “Ia ingin mengikuti de Jong ke Barcelona,” klaim jurnalis De Telegraaf, Valentijn Driessen.
Hal serupa juga diutarakan penjaga gawang Ajax, Andre Onana. “De Ligt juga ingin pergi [ke Barcelona], saya sudah beberapa kali membicarakan hal ini kepada dia dan de Jong,” kata Onana.
Blaugrana nampaknya memang opsi terbaik untuk pemain-pemain Ajax. Bukan hanya de Ligt. Koneksi antara kedua kesebelasan itu dibangun oleh Johan Cruyff dan tidak ada tim yang bermain sesuai filosofi Ajax lebih baik ketimbang Barcelona.
Legenda Barcelona, Xavi Hernandez sendiri mengakui koneksi antara kedua tim tersebut akan membantu de Ligt dan de Jong. “Mereka berdua akan sangat bagus untuk Barcelona. Mereka memiliki DNA Barcelona dari Ajax. Amsterdam selalu menjadi sekolah yang bagus bagi kami,” aku Xavi.
Pilihan Terbaik ?
Sekalipun Barcelona dan Ajax memiliki kedekatan. Bukan berarti Camp Nou tempat terbaik untuk de Ligt. Dalam beberapa tahun terakhir, pemain-pemain muda (U23) yang membela Barcelona membutuhkan waktu cukup lama agar bisa mendapat kesempatan di tim utama.
Ousmane Dembele, Malcom, Jean-Clair Tobido, semua harus berusaha ekstra keras untuk bisa satu lapangan dengan Lionel Messi. Status bintang yang dimiliki Dembele dan Malcom sebelum mendarat di Camp Nou tak berpengaruh saat mereka sampai di tanah Catalunya.
Hal ini tentu akan mematikan momentum de Ligt yang tampil brilian dalam dua musim terakhir. Apalagi Gerard Pique, Clement Lenglet, dan Samuel Umtiti akan jadi pesaingnya.
Hal serupa bisa dikatakan untuk Juventus, kecuali Si Nyonya Tua ingin melakukan sebuah penyegaran di lini belakang, de Ligt akan kalah saing dengan Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.
Real Madrid disebut menyiapkan dana besar untuk de Ligt. Mereka juga memperlihatkan pembinaan pemain muda yang baik sejak era kepelatihan Zinedine Zidane.
Sayangnya, Raphael Varane dan Sergio Ramos masih tidak tersentuh di lini belakang Los Blancos. Bila de Ligt mendarat di Bernabeu saat kedua pemain itu masih berseragam Real Madrid, dirinya tak akan lebih dari seorang pelapis.
Matthijs de Ligt membutuhkan sebuah kesebelasan yang bisa langsung memberi tempat utama bagi dirinya. Itu yang ia lakukan di Ajax. Masuk ketika Davinson Sanchez hengkang ke Totenham dan tidak tergantikan hingga saat ini.
🔎 El Atlético también sigue de cerca a De Ligt. #Atleti #Fichajes
➡ https://t.co/z4Ez7Qn6Io pic.twitter.com/zlCXEEzMFJ
— Atlético de Madrid (@Atletico_MD) March 6, 2019
Atletico Madrid disebut akan melepas Diego Godin dan memulai era baru pada 2019/20. Itu bisa menjadi opsi terbaik de Ligt. Pasalnya, tanpa Godin, Jose Gimenez tak memiliki rekan permanen di lini belakang Atleti.
Tetapi andaikan De Ligt memang ingin menyusul de Jong dan bermain untuk Barcelona, mengikuti saran Johnny Rep untuk bertahan satu musim lagi di Ajax bukanlah hal yang buruk. Hitung-hitung menunggu Gerard Pique gantung sepatu.