Setelah dua musim dan memberikan masing-masing satu trofi Premier League dan Piala FA, Chelsea pun memecat Antonio Conte. Isu ini sebenarnya sudah terdengar sejak lama, dan memecat pelatih memang merupakan tabiat Chelsea. Sebenarnya, alasan apa yang membuat Conte dipecat?
Mencoba Peruntungan Maurizio Sarri
Calon pengganti Conte kemungkinan besar adalah Maurizio Sarri yang sebelumnya melatih Napoli. Dan ini ternyata benar-benar terjadi. Sarri pun menjadi pelatih utama kesembilan sejak Roman Abramovich membeli Chelsea pada 2003.
Akan tetapi, sepanjang tiga tahun bersama Napoli, tidak ada trofi utama yang berhasil diraih manajer kelahiran 10 Januari 1959 tersebut. Akan tetapi, Sarri mampu membawa Napoli bertengger di peringkat kedua, ketiga, dan kedua. Mantan pelatih Empoli tersebut pun pernah meraih penghargaan Pelatih Terbaik Serie A pada 2016/2017.
Kehadiran Sarri diharapkan bisa membawa Chelsea lebih stabil lagi di liga. Apalagi, melihat kinerjanya di Napoli, kans Sarri untuk mendapatkan prestasi lebih terbuka. Sarri kini punya pemain berkualitas di setiap lini juga dana transfer yang bisa mendukungnya mendapatkan pemain yang tepat buatnya.
Prestasi yang Diberikan Conte Tidak Cukup
Satu gelar liga dan Piala FA sejatinya tidak buruk-buruk amat buat pelatih yang baru menapaki karier di Premier League. Akan tetapi, Chelsea bukanlah kesebelasan yang selalu puas akan prestasi yang diraih.
Musim lalu, Chelsea berhasil mengalahkan Manchester United di final Piala FA. Akan tetapi semua berubah setelah Conte gagal mengangkat Chelsea dari peringkat keenam, yang artinya mereka tak lolos ke Liga Champions.
Selain itu, trofi juga bukan jaminan buat setiap pelatih yang menangani Chelsea bahwa karier mereka akan panjang. Sejak era Abramovich, tidak ada pelatih yang tinggal lebih lama dari Claudio Ranieri selama empat musim. Padahal, beberapa di antaranya meraih trofi utama di musim terakhirnya, sebut saja Jose Mourinho dan Roberto Di Matteo.
Chelsea Bukan Klub untuk Conte
Conte adalah pribadi yang keras dan teguh pada pendiriannya. Ini yang membuat jurnalis Italia bingung mengapa Conte mau menerima tawaran dari Chelsea. Pasalnya, Chelsea dikenal sebagai kesebelasan yang kekuasaan mutlaknya dipegang oleh sang pemilik, Roman Abramovich. Ini yang membuat jurnalis Italia ramai-ramai meramalkan secepat apa Conte akan kembali ke Italia.
BBC menggambarkan Conte sebagai sosok yang dikenal karena sumbu pendek. Salah satu contohnya saat ia mengundurkan diri dari Juventus sebulan sebelum musim 2014/2015 bergulir. Ia disebut marah karena kebijakan transfer klub yang tak sesuai keinginannya, kesal gara-gara jadwal pramusim, juga jengkel karena tekanan dari pihak di balik layar.
Pada musim pertama di Chelsea, satu-satunya masalah utama Conte hanya pada saat ia berseteru dengan Jose Mourinho. Yang diperasalahkan pelatih Manchester United tersebut adalah gaya berlebihan Conte saat menang 4-0 atas The Red Devils di Stamford Bridge.
Akan tetapi masalah soal Conte sudah jauh-jauh hari diberitahu oleh orang-orang Italia. Bahwa dengan seseorang yang mudah terbakar di balik kemudi klub, maka ketenangan tak akan bertahan lama. Di musim kedua, jelas itu benar.
Awalan Salah Antonio Conte
Segala hal butuh awalan, termasuk kegagalan Antonio Conte di London. Yang disorot pertama kali saat itu adalah saat Conte ingin menyingkirkan Diego Costa. Tentu, manajer punya hak penuh untuk menentukan pemain yang ingin mereka tangani. Akan tetapi, Costa berbeda. Ia adalah bagian integral Chelsea selama tiga tahun terakhir di mana ia bermain 89 kali di Premier League dan mencetak 52 gol.
Kehadiran Costa juga sering bikin jengkel bek lawan. Tugas dia bukan cuma mencetak gol, tapi bikin lawan terpancing dengan aksi-aksinya. Ini yang bikin dia dianggap sebagai salah satu penyerang yang paling ditakuti di Inggris.
Konon, salah satu alasan Conte melepas Costa adalah kepribadiannya yang sulit dikontrol. Satu musim sudah cukup bagi Conte untuk bekerja sama dengan penyerang berkebangsaan Spanyol tersebut.
Akan tetapi yang membuat petinggi-petinggi Chelsea marah adalah metode yang dilakukan Conte untuk memberi tahu Costa: lewat SMS! Costa yang sebal pun memberi tahu publik soal kejadian ini.
Chelsea, secara finansial, kian terpojok karena Costa enggan pindah selain ke Atletico Madrid. Di sisi lain, Atleti bukanlah kesebelasan yang mau mengeluarkan puluhan juga euro untuk seorang pemain. Mereka mungkin lebih memilih mengembangkan pemain dan menjualnya semahal mungkin.
Hal ini dianggap memengaruhi ruang ganti Chelsea karena Costa adalah salah satu pemain senior The Blues, tetapi tidak mendapatkan respek yang cukup dari sang pelatih.
Merenggangnya Hubungan dengan Para Pemain
Hubungan Conte dengan pemain lain memang adem ayem. Akan tetapi, semuanya berubah usai Chelsea memenangi Piala FA pada 19 Mei silam. Kala itu, Willian, memosting foto di ruang ganti, tetapi menutupi Conte dengan gambar tiga piala.
Chelsea tidak merespons hal ini secara publik. Akan tetapi, konon mereka merasa kalau yang dilakukan Willian adalah sesuatu yang tidak wajar. Bayangkan saja, Willian adalah salah satu gelandang Chelsea yang populer karena dirinya yang mudah bergaul. Di atas lapangan, dia juga menjadi Pemain Terbaik Chelsea Musim Ini. Chelsea pun berpikir, kalau hubungan Conte dengan Willian sudah rusak, bagaimana hubungan Conte dengan para pemain lain?
Salah satu yang terlihat adalah soal David Luiz yang hanya bermain empat kali dalam tiga bulan setelah mempertanyakan keputusan pemilihan pemain oleh Conte di Liga Champions. Pun dengan Eden Hazard yang justru dipertanyakan komitmennya buat klub.
Di tempat latihan pun Conte tanpa ampun memberikan latihan berat buat para pemain, meski di pekan yang sibuk. Di sisi lain, hal ini tidak dilakukan oleh Mourinho. Meskipun Mou kerap serius di depan media, tapi di tempat latihan, Mou kerap menunjukkan sisi lucunya dan rutin membuat prank pada staf pelatih. Tapi Conte tidak.
Keputusan pemecatan Conte ada pada tiga orang berkuasa di Chelsea: Chairman Bruce Buck, CEO Guy Laurence, dan Direktur Marina Granovskaia dan Eugene Tenenbaum. Juga, tentu saja sang pemilik, Roman Abramovich.
Dengan menurun drastisnya performa Chelsea di musim kedua bersama Conte, faktor-faktor di atas amat mungkin menjadi alasan. Petinggi klub mungkin menilai kalau Conte sudah tak lagi sehat untuk berada di skuat The Blues.
Ada dua pemikiran buat petinggi Chelsea untuk mempertahankan Conte. Pertama, apakah Chelsea akan berkembang di bawah manajer yang kontraknya hanya tersisa satu musim? Kedua, apakah para pemain bisa tahan dengan hubungan yang renggang untuk 12 bulan selanjutnya? Sayangnya, jawaban dari dua pertanyaan itu adalah “tidak”. Sehingga keputusan untuk memecat Conte pun adalah sesuatu yang tepat.