Piala Dunia sudah mendekati akhir. Dua negara terkuat yaitu Prancis dan Kroasia akan berhadapan pada pertandingan ke-64 yang akan diselenggarakan di Luzhniki Moskow. Menarik untuk melihat siapa yang akan mengangkat trofi karya Silvio Gazzaniga tersebut. Apakah Luka Modric atau Hugo Lloris.
Selain membicarakan kedua kesebelasan, menarik juga untuk membahas siapa wasit yang akan memimpin partai puncak tersebut. Memimpin final Piala Dunia akan menjadi salah satu prestasi tertinggi bagi si wasit itu sendiri. Pada Piala Dunia 2018 ini, FIFA menunjuk wasit asal Argentina yaitu Nestor Pitana sebagai pengadil pada laga Senin dini hari nanti.
Dari Aktor Menuju Lapangan Hijau
Nestor Pitana lahir di Corpus, tepatnya di Provinsi Misiones yang letaknya di timur laut Buenos Aires. Selain menjadi wasit, Pitana adalah seorang guru senam. Yang menarik, sebelum benar-benar terjun sebagai wasit Pitana pernah berkarier sebagai seorang aktor. Pada 1997, ia pernah bermain dalam sebuah film bergenre action Argentina berjudul The Fury.
9 tahun kemudian, Pitana akhirnya memilih untuk menjadi seorang wasit dengan memimpin laga Primera B Nacional Argentina antara Huracan melawan Aldosivi. Kesempatan memimpin laga divisi tertinggi kemudian datang pada 2 November 2007. Ketika itu, ia memimpin pertandingan Liga Apertura Argentina antara Arsenal de Sarandi melawan Rosario Central.
Tiga tahun berselang, Pitana mendapatkan lisensi FIFA. Hal ini membuat ia bisa memimpin pertandingan-pertandingan level Internasional. Laga uji coba antara Uruguay melawan Argentina pada 8 Juni 2011 merupakan pertandingan Internasional pertama yang ia pimpin.
Setelah menerima lisensi FIFA, total Pitana sudah mengikuti enam turnamen Internasional diantaranya Piala Dunia U17 2013, Copa America 2015, cabang sepakbola Olimpiade Rio 2016, Piala Konfederasi 2017 dan dua Piala Dunia yaitu pada 2014 (Brasil) dan 2018 (Rusia). Pitana juga pernah beberapa kali memimpin pertandingan tertinggi di level klub seperti Copa Sudamericana dan Copa Libertadores.
Kiprah di Piala Dunia
Pertandingan Piala Dunia pertama yang dipimpin Pitana adalah laga pertama grup H antara Rusia melawan Korea Selatan di Cuiaba, Brasil. Sepanjang turnamen, ia memimpin empat pertandingan dengan salah satunya adalah laga perempat final antara Prancis melawan Argentina.
Sementara itu, pada Piala Dunia kali ini, Pitana sudah memimpin empat pertandingan. Laga final nanti adalah tugas kelimanya sekaligus menjadikan pria 43 tahun ini sebagai wasit dengan jumlah pertandingan terbanyak yang ia pimpin mengalahkan wasit terkenal lain macam Cuneyt Cakir maupun Bjorn Kuipers.
Rerata pelanggaran yang ia berikan per laganya pun terbilang rendah yaitu hanya 28,25 per laga saja. Catatan ini membuat dirinya berada di posisi ke-11 dari 28 wasit yang sudah memimpin Piala Dunia 2018. Hal ini mengindikasikan kalau Pitana bukan orang yang mudah terpancing untuk memberikan pelanggaran.
Pitana sendiri dikenal sebagai wasit yang irit untuk mengeluarkan kartu. Dari empat pertandingan yang sudah dipimpin, hanya ada 12 kartu kuning saja yang keluar dari sakunya atau hanya tiga kartu per partai. Jumlah ini terbilang sedikit jika membandingkan dengan kepemimpinan Alireza Faghani asal Iran yang sudah mengeluarkan 15 kartu kuning dari tiga pertandingan.
Catatan kepemimpinan Pitana pun menunjukkan hal tersebut. Dari 424 pertandingan yang sudah ia pimpin sepanjang kariernya, ia hanya mengeluarkan total 1969 kartu kuning atau hanya 4,6 kartu kuning per laga. Ia pun baru mengeluarkan 124 kartu merah saja di semua kompetisi yang sudah ia jalani.
Meski dikenal sebagai wasit yang irit kartu dan jarang memberi pelanggara, bukan berarti Pitana tidak bisa berlaku tegas. Pada 2009, ia sempat menghentikan jalannya pertandingan yang dimainkan Boca Juniors dikarenakan adanya chant-chant bernada diskriminatif. Keputusannya saat itu mengundang pujian dari berbagai pihak. Salah satunya adalah INADI yang merupakan sebuah lembaga yang melawan diskriminasi dan rasisme.
Argentina Kedua
Dengan terpilihnya Pitana sebagai wasit partai final maka ia menjadi orang Argentina kedua yang bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Sebelumnya ada nama Horacio Elizondo yang memimpin laga Prancis melawan Italia pada final Piala Dunia 2006. Ia juga menjadi wasit kedua yang bisa memimpin partai pembukaan sekaligus final dalam satu Piala Dunia. Lagi-lagi catatan ini menyamai torehan Elizondo 12 tahun lalu.
Argentina kini sudah menyamai catatan Brasil dan Prancis yang mengirimkan dua wasitnya sebagai pengadil di final Piala Dunia. Sementara itu, negara yang paling sering mengirimkan wasitnya memimpin final Piala Dunia adalah Italia dan Inggris yaitu tiga kali.