Mengenang Derby County, Kesebelasan Terburuk Sepanjang Masa Premier League

10 tahun yang lalu, Premier League kedatangan kesebelasan yang sudah cukup lama tidak bermain dalam kompetisi tersebut. Tim ini mempunyai tekad untuk bisa berprestasi setidaknya bertahan di kompetisi tersebut. Sayangnya tim ini justru menjadi bulan-bulanan kontestan lain di Liga Inggris. Klub berseragam putih ini kemudian kembali terdegradasi dengan predikat tim terburuk.

Sudah lima musim bagi Derby County untuk tidak merasakan manisnya bermain di Premier League. Akan tetapi mereka tidak ingin terburu-buru memasang target untuk promosi mengingat sejak musim 2002/2003 The Rams dua kali finis di urutan 20 alias setingkat di atas zona degradasi.

Musim panas 2006, Pria Skotlandia bernama Billy Davies pun didatangkan dari Preston North End. Davies dikontrak selama tiga musim dengan target yang berbeda setiap musimnya. Musim pertama mereka ditargetkan finis di papan tengah, masuk 10 besar pada musim berikutnya, serta promosi ke Premier League dalam tahun terakhir Davies di Pride Park.

Akan tetapi berkah justru datang lebih cepat bagi mereka. Hingga Februari 2007, Derby bahkan sempat berada di puncak klasemen sepanjang Februari. Meski di akhir musim mereka hanya finis di posisi ketiga, namun kesempatan Rams promosi masih terbuka lewat jalur Play Off. Southampton yang mengandalkan Gareth Bale muda pun mereka singkirkan di semifinal.

Wembley kemudian menjadi panggung bagi Derby dan West Brom untuk mendapat satu tiket terakhir ke Premier League. Inilah final Play Off pertama di stadion yang ketika itu sudah berubah wajah menjadi New Wembley. Hampir 75 ribu penonton menjadi saksi ketika gol Stephen Pearson membuat Derby keluar menjadi pemenang.

Kesuksesan yang mereka raih terbilang sangat luar biasa. Mereka berhasil promosi ke Premier League meski musim sebelumnya mereka nyaris terdegradasi ke League One. Davies sendiri bahkan tidak percaya bahwa tiket promosi berhasil diraih hanya dalam kurun 11 bulan dari target tiga tahun yang dibebakan manajemen.

Sayangnya perayaan mereka hanya berlangsung singkat. Sesaat setelah memastikan diri promosi, mereka diisukan akan berganti kepemilikan dari Peter Gadsby ke Adam Pearson. Masalah ini muncul disebabkan karena Peter menolak menghabiskan banyak uang untuk mengarungi Premier League. Di saat Davies menginginkan nama-nama macam Matthew Etherington dan Carlton Cole, Peter justu menginginkan uang 10 juta pounds untuk mendapatkan lebih dari lima pemain.

Mereka pun kemudian hanya mendapat pemain dengan kualitas seadanya. Alih-alih mendapatkan Cole, mereka justru mendatangkan pemain-pemain kurang terkenal macam Robert Earnshaw, Claude Davis, dan Andy Todd. Satu-satunya pemain dengan nama yang setidaknya lebih besar hanyalah Kenny Miller yang direkrut dengan 2,25 juta pounds dari Celtic.

Akan tetapi, mereka memulai Premier League 2007/2008 dengan optimisme yang tinggi. Portsmouth mereka tahan imbang di Pride Park dengan skor 2-2. Satu poin didapat melalui gol Andy Todd enam menit sebelum pertandingan kelar. Kekalahan tipis dari Manchester City pun tidak terlalu dihiraukan mengingat mereka tampil cukup solid saat itu.

Pekan ketiga mulai menjadi kiamat kecil bagi para pendukung Derby. Kekalahan 4-0 dari Tottenham Hotspur sudah diprediksi ketika mereka sudah tertinggal tiga gol hanya dalam waktu 14 menit. Mereka bahkan memulai bulan September dengan dihancurkan Liverpool 6-0 di Anfield.

“Fernando Torres bermain luar biasa dan anda keluar lapangan dengan rasa beruntung bahwa hanya kebobolan enam, bukan 10 apalagi 11,” ujar Craig Fagan yang seolah menunjukkan bagaimana lemahnya mentalitas Derby pada musim tersebut.

Gol dari Kenny Miller dalam debutnya di Premier League melawan Newcastle United membawa Rams akhirnya meraih kemenangan perdananya. Sepakan volinya pada Senin malam membuat kepercayaan diri mereka kembali lagi meski masih terjebak di posisi paling bawah. “Kami berpikir bahwa musim kami baru saja dimulai,” ujar Ryan Smith.

Sayangnya ucapan Smith tersebut justru membuat musim Derby County menjadi lebih buruk lagi. Mereka dikalahkan Arsenal 0-5 sebelum ditahan Bolton 1-1. Yang lebih buruk lagi, mereka tidak bisa mencetak gol selama dua bulan sejak laga melawan Reading pada 7 Oktober. Laga menghadapi Manchester United pada awal Desember menjadi momen pertama kalinya dimana mereka bisa kembali membuat gol.

Di tengah frustrasinya para penggemar Derby, mereka pun kemudian berganti kepemilikan dari Peter Gadsby ke Adam Pearson. Kedatangan Pearson pun menimbulkan isu bahwa Davies akan menjadi bagian dari revolusi yang dibawa olehnya. Benar saja, selepas dikalahkan Chelsea 0-2, Davies dipecat.

“Untuk bersaing di Liga dan di level yang tinggi dibutuhkan investasi untuk beberapa pemain. Saya belum pernah berbicara dengan pemilik baru selama tiga minggu. Tim ini memang tidak cukup baik untuk Liga Primer, tapi itu bukan karena kesalahan pemain. Sedari awal mereka sudah tahu kalau mereka tidak cukup baik bermain di Premier League,” ujarnya.

Derby kemudian mengganti Davies dengan Paul Jewell, Jewell adalah otak dari keberhasilan Bradford dan Wigan Athletic naik kelas ke Premier League. Penunjukkan Jewell juga diikuti dengan pembelian beberapa pemain pada bulan Januari seperti Roy Carroll, Robie Savage, dan Danny Mills.

Akan tetapi, itu semua yang dilakukan Pearson dan Jewell tidak memberikan dampak yang berarti bagi Derby. Dari awal penunjukkan Jewell, Derby hanya meraih lima poin saja dan tidak bisa meraih kemenangan satu pun dari 24 pertandingan setelah pemecatan Davies. Mereka juga sering mengalami kekalahan dengan margin lebih dari tiga gol.

Vonis degradasi pun datang lebih cepat bagi mereka. Hasil imbang 2-2 melawan Fulham membuat mereka kembali bermain di Divisi Championship musim berikutnya. Enam pertandingan terakhir mereka pun ditutup dengan kekalahan. Mereka finis di posisi terakhir dengan membawa pulang beberapa rekor buruk seperti:

  • Kemenangan tersedikit dalam satu musim: 1
  • Kemenangan kandang tersedikit dalam satu musim: 1
  • Tidak pernah meraih kemenangan tandang.
  • Rekor tanpa kemenangan terpanjang: 32 laga
  • Mencetak gol paling sedikit dalam satu musim: 20
  • Gol kemasukkan terbanyak Dalam satu musim: 89
  • Gol kemasukkan terbanyak di kandang: 43
  • Gol memasukkan paling sedikit di laga away: 8
  • Jumlah poin paling sedikit dalam satu musim: 11

Sumber: FourFourTwo, FootballTimes