Michael Carrick, Gelandang Hebat yang Kurang Diapresiasi

Michael Carrick akan pensiun pada akhir musim ini. Dia telah menjadi bagian penting bagi Manchester United sejak satu dasawarsa silam. Namun, agaknya Carrick tak pernah mendapatkan pengakuan lebih seperti gelandang hebat lainnya macam Paul Scholes.

Tanyakan pada diri Anda, siapakah pemain tengah papan atas Inggris dalam 20 tahun terakhir? Jika benar-benar melihat ke belakang dan memberi tahu generasi berikutnya tentang kemampuan serba bagus, pasti kebanyakan akan menunjuk Steven Gerrard sebagai contohnya. Lalu, jika melihat catatan sekaligus waktu mencetak gol yang luar biasa mungkin Frank Lampard akan menjadi cerminannya, dan kecakapan teknis Paul Scholes mungkin juga menjadi gambaran yang paling spesial di antara keduanya.

Namun, ada satu gelandang lain yang pantas mendapat tempat diantara para legenda ini. Pemain dengan kemampuan luar biasa dan kemampuan untuk mendikte aliran permainan dengan penempatan posisi yang baik dan kecerdasannya. Kemampuannya kurang dianggap terutama di level internasional. Dialah Michael Carrick.

Setiap kali tampil di lini tengah selama bertahun-tahun untuk Manchester United, ia selalu membuat decak kagum para suporter dengan membuat permainan terlihat begitu sederhana. Tidak hanya membuat umpan yang ciamik, tetapi juga memiliki insting yang membantu para rekan satu timnya untuk menerima kepemilikan bola sebagai sebuah tanda, sehingga rekannya tersebut tidak perlu repot-repot terlalu berjibaku di lni tengah sehingga mereka tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Ketika melihat generasi pemain muda lini tengah Inggris, tidak ada seni menerima kepemilikan seperti yang ditunjukkan Carrick, yang memungkinkan garis pandang lebih dalam membuka lapangan sehingga ia tahu kemana umpan akan diberikan. Tidak ada Pemain Inggris yang selalu konsisten dalam hal ini selain Carrick. Masih belum ada pemain yang bisa bermain bola cepat, dengan kedua kaki, di antara garis-garis lapangan untuk menyerang pemain dengan umpan tajam yang pendek dan tidak terlihat semewah umpan diagonal 60 yard (meski Carrick juga sebenarnya bisa memainkan itu dengan mudah).

Ketika banyak para pecinta sepakbola Inggris melihat “generasi emas” dan bertanya mengapa mereka tidak pernah memaksimalkan potensi pemain kelas dunia yang terdapat diantara mereka, ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa ‘alih-alih mengajukan pertanyaan tentang Lampard dan Gerrard bermain di tim nasional yang sama, semua orang seharusnya bertanya mengapa Carrick tidak menjadi salah satu nama yang ada di tim tersebut?’.

Permainan Carrick akan sangat memungkinkan membantu kedua superstar lini tengah itu untuk lebih memiliki kebebasan dalam bermain lebih maju dan memanfaatkan sebaik-baiknya kemampuan mereka untuk menciptakan peluang serta mencetak gol. Jika melihat kembali musim yang luar biasa baik yang dimiliki Gerrard maupun Lampard di Premier League dan Liga Champions, anda tidak dapat membantah fakta bahwa di belakang posisi mereka terdapat pemain dengan kecerdasan yang disiplin seperti Claude Makélélé ataupun Javier Mascherano. Dalam kasus serupa, Carrick adalah pemain yang bisa menjadi pemain seperti itu dengan memberi tim bentuk keseimbangan defensif dan gerakan mulus ke area depan.

Selama 40 tahun terakhir, budaya sepakbola dan filosofi taktis yang dikembangkan di negara yang menjadi kiblat sepakbola dunia ini memiliki ketertarikan dengan permainan tempo tinggi, yang menarik penuh pemain dengan tipikal penanganan kuat di lini tengah. Faktor inilah yang menempatkan Carrick. Pada posisi yang kurang menguntungkan, ia kadang-kadang menjadi pemain terabaikan di negaranya, yang sekaligus menjadi sebuah hal merugikan untuk tim nasional itu sendiri. Syukurlah, melalui pandangan yang lebih kosmopolitan dan juga keterlibatan pelatih progresif, gagasan lawas telah berevolusi dalam beberapa tahun terakhir dengan sebuah pendekatan pembinaan yang telah berubah secara dramatis seperti halnya kualitas kompetisi Premier League.

Tak terkecuali Michael Carrick yang secara langsung tumbuh dengan baik di atas semua keahliannya yang seharusnya bisa lebih dihargai. Padahal, tidak terdapatnya pujian untuk Carrick justru menjadi lebih besar di mata Pep Guardiola, yang telah mengatakan bahwa Carrick adalah satu-satunya pemain yang pantas masuk ke tim Barcelona miliknya yang saat itu sukses di Liga Champions dengan mengalahkan United di Wembley pada 2011. Carrick mungkin akan menjadi pemain dengan karakter spesial dalam peran yang dibuat Guardiola sendiri, dan hal ini menjadi satu-satunya pujian tinggi untuknya selama ini.

Carrick memenangkan banyak piala di Manchester United, baik secara domestik maupun di kancah kejuaraan Eropa. Namun selama kariernya yang luar biasa, ia hanya bisa mengoleksi 34 penampiannya untuk timnas Inggris. Tidak ada yang bisa membayangkan apa jadinya jika Carrick adalah pemain kelahiran Spanyol, Italia atau Jerman, penghitungan penampilannya di tim nasional mungkin akan jauh lebih tinggi di atas sebuah penghargaan atas kapabilitasnya menjadi playmaker di lini tengah tim. Mungkin, Carrick merasa jika keputusan pensiunnya ini bukanlah akhir dari kariernya yang luar biasa dalam permainan, tapi juga menjadi sebuah awal yang lebih menakjubkan lagi.

Pernyataan yang dibuat oleh José Mourinho bahwa setelah akhir musim ini ia mengharapkan Carrick untuk langsung bergabung dengan staf kepelatianh Manchester United tidak membuatnya shock. Jika ia berhasil tampil dalam peran peran barunya itu, kecerdasan sepakbola dan pemahaman teknis seperti yang ia lakukan sebagai pemain, mungkin akan menjadi sebuah cara dalam mengembangkan pemain muda terbaik milik United. Dan mungkin juga, suatu hari nanti banyak yang mulai bisa menghargai ia seperti yang seharusnya, meski nanti Carrick sudah bukan menjadi pemain lini tengah.