Michail Antonio, Si Kaki Kaca, Si Mental Baja

Foto: SI.com

Tottenham Hotspur akhirnya telan kekalahan pertama di stadion baru mereka. Menjamu West Ham United pada pekan ke-36 Premier League 2018/2019, the Lilywhites ditekuk 0-1 oleh the Hammers. Sejak pertama digunakan pada awal April 2019, Dele Alli dan kawan-kawan mencetak 10 gol dan tidak pernah kebobolan di empat pertandingan. Sekalinya bobol, mereka kalah.

Nama Michail Antonio akan selalu tercatat dalam buku sejarah Tottenham. Bukan sekadar menjadi pencetak gol pertama dari tim yang berkunjung ke Tottenham Hotspur Stadium, dirinya juga menjadi biang kerok kekalahan pertama the Lilywhites di stadion itu.

Antonio memang tidak asing dengan gawang Tottenham. Sebelum mencatat sejarah di Tottenham Hotspur Stadium, dirinya sudah dua kali merobek jala gawang Hugo Lloris. Pertama di Boleyn Ground pada 2016. Lalu satu lagi di White Hart Lane pada tahun yang sama.

Mematikan di Depan Gawang

https://www.youtube.com/watch?v=NSUE9gwp_Qc

Musim 2016/2017 memang menjadi sebagai musim terbaik Antonio. Mencetak sembilan gol dan arsiteki lima lainnya dari 37 laga. Meski masih kalah dari musim sebelumnya, saat ia terlibat dalam 19 gol dari 38 pertandingan, catatan Antonio pada 2016/2017 itu patut diapresasi.

Penampilannya selama 2015/2016 berhasil memberikannya tempat di tim nasional Inggris. Namun pada 2016/2017, Antonio tiga kali mengalami cedera. Total absen 152 hari dan tak bisa tampil dalam 12 pertandingan West Ham. Namun dirinya masih tetap konsisten di atas lapangan. Musim 2016/2017 juga yang membuat nama Antonio diperbincangkan dan jadi incaran Manchester United dan Chelsea.

Pasalnya pada musim itulah muncul fenomena unik di mana Antonio terlihat handal main sebagai penyerang. Padahal dirinya lebih sering menjadi gelandang atau bek kanan. Tapi krisis pemain membuatnya pindah menjadi ujung tombak West Ham selama sembilan kali, terlibat dalam dua gol, termasuk membobol gawang Loris Karius di Anfield.

Antonio memang merupakan pemain serba bisa. Asalkan tidak ditempatkan sebagai bek atau gelandang tengah, dirinya siap untuk menjalankan tugasnya. Dengan gaya main yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan fisik dibandingkan apapun, meminta Antonio untuk diam, menunggu memang mustahil.

Dibuang Reading

Foto: Zimbio

Determinasi adalah kunci utama Antonio di atas lapangan. “Michail [Antonio] adalah sosok pekerja keras. Ia juga kuat,” puji Mark Noble. “Tidak mudah bagi pemain yang lama cedera bisa tampil luar biasa seperti Antonio. Tapi ia terus menunjukkan bahwa dirinya masih bisa dan akan terus berkembang,” tambah Manajer West Ham Manuel Pellegerini.

Antonio mungkin bukan Marko Arnautovic ataupun Javier Hernandez. Ia bukan juga Declan Rice. Dirinya sering kali terlihat tidak menonjol. Padahal pengaruhnya di lapangan sangat penting bagi West Ham. John Ward, yang pernah menangani Antonio di Colchester United menyebut pemain kelahiran 28 Maret 1990 itu sebagai ‘cahaya’ dalam timnya.

“Ia merupakan sinar bagi tim kami, meski terkadang penyelesaian akhirnya terlalu jauh dari sasaran,” kata Ward. “Antonio adalah pemain yang sangat lincah, memiliki lemparan ke dalam bagai sepak pojok, dan begitu atletis,” tambah Martin Allen yang juga menangani Antonio di Colchester.

Perjalanan Antonio dimulai dari kesebelasan semi-profesional, Tooting and Mitcham. Lalu ia mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan akademi Reading. Pada 2008, Antonio naik ke tim senior the Royals. Membela Reading selama empat tahun, Antonio hanya main 33 kali di sana. Itupun sebagai pemain rotasi sisi kanan lini tengah Reading. Belum serba guna seperti di West Ham.

Antonio lebih sering ‘disekolahkan’ ke kesebelasan lain oleh Reading. Cheltenham Town, Colchester, hingga Southampton pernah merasakan jasanya. Baru di Sheffield Wednesday nama Antonio diperhitungkan. Main 84 kali dan terlibat dalam 36 gol di tiga musim. Masa-masa terbaik Antonio adalah 2012/2013, saat dirinya mengarsiteki 11 gol the Owls dalam 37 pertandingan di Championship.

Lembaran Baru di Nottingham

Foto: Nottingham Post

Performa Antonio menurun di musim berikutnya. Hanya terlibat dalam 10 gol dari 27 laga. Ia pun sadar bahwa sudah saatnya untuk mengubah pemandangan. “Saya seakan terlalu nyaman di Sheffield. Pindah ke Nottingham Forest, saya merasa bisa belajar banyak dari Stuart Pearce,” aku Antonio.

Harapan Antonio itupun terkabul. Diasuh Pearce, ketajaman Antonio semakin jadi. Cetak 10 gol dari 31 penampilan di bawah arahan ‘the Psycho’. Ketajaman yang dimaksimalkan oleh manajer-manajer West Ham di Premier League. Mulai dari Slaven Bilic, David Moyes, hingga Manuel Pellegrini mengaku insting tajam Antonio.

Sejak masih muda, Antonio memang memiliki atribut-atribut penting untuk mencetak gol. “Dia cepat dan kuat. Mungkin tidak sekuat sekarang, tapi ada masanya ia melawati lawan seperti tidak ada apa-apa di depannya,” kata mantan manajer Tooting and Mitcham, Billy Smith.

Antonio pun sadar akan kemampuan terbaiknya itu. “Saya selalu mengandalkan kecepatan dan kekuatan. Teknik masih perlu harus saya perbaiki. Saya dapat memperbaikinya. Saya juga siap untuk bermain di mana saja, meski posisi aslinya adalah penyerang sayap,” kata Antonio saat pertama mendarat di West Ham.

Michail Antonio sudah membuktikan bahwa dirinya tidak hanya kuat di kata-kata. Meski sering cedera, dirinya selalu bisa bangkit dan kembali ke performa terbaiknya. Kaki boleh kaca, tapi mentalnya baja!