FC Barcelona berhasil merebut jasa Malcom Oliveira dari pelukan AS Roma. Barcelona mengontrak Malcom dengan jangka waktu lima tahun setelah membayar 40 juta Euro pada Girondins Bordeaux. Itu belum termasuk bonus andai kata penampilan Malcom memuaskan di mata Blaugrana.
Nama Malcom sudah mencuat sejak beberapa musim lalu. Datang saat bursa transfer musim dingin 2016, Malcom mulai bersinar di bawah arahan Willy Sagnol. Bersama Sagnol, Malcom menjadi salah satu dari trio mematikan Bordeaux. Malcom, Gaetan Laborde, dan Valentin Vada menyumbang 18 dari 51 gol Bordeaux di Ligue 1. Hanya Diego Rolan yang lebih produktif dari Malcom saat itu dengan raihan sembilan gol.
Menurut Squawka, musim lalu Malcom berkontribusi dalam 19 gol Bordeaux. Dirinya juga memenangkan 92 pelanggaran dan sukses melewati penjagaan lawan sebanyak 93 kali. Nama Malcom sempat menjadi incaran Fulham, Everton, Inter Milan, dan AS Roma, berkat penampilannya bersama Bordeaux.
Ia akhirnya memilih FC Barcelona. Menyebut Barcelona adalah klub impiannya. “Ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. Saya bergabung dengan klub terbesar di dunia. Saya tidak sabar untuk segera bergabung dengan tim. Belajar tentang gaya main tim dan membuat para pendukung senang,” kata Malcom ke situs resmi Barcelona.
Malcom dan agennya, Fernando Garcia, mengubah haluan mereka di menit akhir. AS Roma yang sudah siap menyambut Malcom mengaku kecewa dengan keputusan itu. Direktur Olahraga AS Roma, Monchi, bahkan mengatakan dirinya sangat sedih setelah gagal mendapatkan Malcom.
“Kami sudah menyetujui segalanya dengan Bordeuax. Seharusnya Malcom dan Garcia mendarat di Roma. Namun, ketika kami sudah siap menyambut mereka, Bordeuax serta Garcia meminta Roma untuk menaikkan tawaran mereka.”
“Saya memberi tahu mereka, cukup. Kami tidak mau bermain di lelang menit akhir. Kami sudah penawaran yang lebih baik. Itu juga karena komitmen dari presiden klub. Saat ini, kami sedang melihat opsi yang tersedia. Mungkin juga jalur hukum.”
“Kami tahu memang belum ada apapun yang ditandatangani. Namun pembicaraan kami dengan Garcia sepertinya layak untuk diteliti,” jelas Monchi meluruskan situasi transfer Malcom ke situs resmi klub.
Duel dengan Dembele
Kehadiran Malcom di Camp Nou tak lepas dari kegagalan FC Barcelona mendapatkan Willian dari Chelsea. Meski dikabarkan sudah memberi tiga penawaran pada The Blues, Maurizio Sarri tak ingin melepas Willian ke Barcelona.
Malcom jelas sebuah investasi untuk Barcelona. Dia jauh lebih muda dibanding Willian. Malcom masih berusia 21 tahun. Sementara Willian akan berkepala tiga pada Agustus mendatang. Namun, usianya tersebut bisa menjadi masalah tersendiri di Camp Nou.
Jika Barcelona mendatangkan Willian, secara logika dirinya akan menjadi pilihan utama. Melihat pengalaman dan jam terbang yang dia miliki dibandingkan pesaingnya di posisi serupa.
Sementara Malcom sepantaran dengan Ousmane Dembele yang sama-sama bermain di sisi kanan lapangan. Penampilan Dembele musim lalu memang tidak meyakinkan. Ia hanya bermain 17 kali di La Liga. Namun hal itu dikarenakan masalah cedera.
Mendapat waktu 930 menit saja, Dembele dapat menyumbang tujuh gol di liga. Itu sama dengan 132 menit per gol. Lebih baik dari Antoinne Griezmann (133), Iago Aspas (133), ataupun Gerard Moreno (213). Dengan catatan seperti itu, Malcom hanya memberikan persaingan terbuka untuk Dembele. Peluang pemain Prancis itu jadi pilihan utama lebih besar dibandingkan bila bersaing dengan Willian.
AS Roma memang tidak menyebutkan harga yang mereka sepakati dengan Bordeaux. Namun menurut laporan Guardian, dana tersebut sekitar 36.5 juta Poundsterling atau 40.000.000 (dalam Euro). Sama seperti yang diberikan oleh Barcelona. Pada akhirnya, Malcom memilih Barcelona karena ia ingin berkostum biru-merah. Bukan karena uang yang diberikan AS Roma ke Bordeuax lebih sedikit.
Beban Besar
Malcom memilih jalur yang sulit untuk dirinya. Pada satu sisi, ini adalah tantangan. Ia sempat disebut sebagai penerus Neymar dan tak semua pemain yang dilabeli ‘penerus’ berhasil mengikuti jejak pendahulunya.
Penyerang Inter Milan, Gabriel Barbosa sempat mendapat label tersebut. Tetapi kini dirinya masih belum bisa bersaing dengan Mauro Icardi dan harus rela dipinjamkan ke Santos. Yoann Gourcuff pernah dilabeli penerus Zinedine Zidane setelah tampil bagus bersama Bordeaux. Sekarang, dia harus rela bermain untuk tim papan bawah Ligue 1, Dijon.
Malcom mungkin tergolong murah. 40 juta Euro untuk pemain berusia 21 tahun saat yang lain bisa dilabeli dua kali lipat atau lebih, Malcom murah. Namun, dirinya bukan pemain populer. Mungkin dia adalah pemain incaran banyak klub. Tapi tidak semua pendukung dari klub tersebut pernah melihat Malcom bermain kecuali dari rekaman. Begitu juga untuk Barcelona.
Mereka hanya tahu bahwa Malcom ada pemain potensial dan diperebutkan banyak tim. Ini adalah kemenangan secara bisnis untuk Barcelona. Namun, Malcom datang dengan pemberitaan positif dan ekspektasi besar. Padahal, selama di Prancis sekalipun dirinya belum bisa membuktikan dirinya.
Malcom tergolong bagus. Bagus ketika bermain dengan tim yang performanya sedang satu atau dua level di bawah Bordeaux. Sementara ketika melawan klub seperti Paris Saint-Germain, Olympique Marseille, ataupun AS Monaco, Malcom masih inkonsiten.
Ini adalah jalur yang sulit. Jika berhasil, dia akan membuat Ousmane Dembele sebagai kegagalan seharga 100 juta Euro. Jika tidak, dirinya merupakan ‘penerus’ gagal seperti nama-nama lainnya yang sebatas sensasi.
Tidak Merasakan Efek Monchi
Bukan hanya beban, keputusan Malcom memilih Barcelona juga membuat dirinya tidak terdaftar di kumpulan pemain muda terbaik yang dikumpulkan Monchi. Mantan Direktur Olahraga Sevilla itu merupakan otak dibalik kesuksesan Unai Emery mendominasi Liga Europa.
Sebelumnya ia juga menemukan berbagai talenta berharga dengan harga terjangkau dan sukses bersinar dengan Sevilla. Mulai dari Juan Antonio Reyes hingga rekan satu tim Malcom saat ini, Clement Lenglet, adalah temuan Monchi. Kepergian Monchi juga menjadi alasan utama Lenglet hengkang dari Sevilla.
Kini bersama AS Roma, Monchi kembali melakukan berbagai transaksi tidak terduga. Mulai dari mendatangkan Lorenzo Pellegrini, Patrick Schick, dan Cengiz Under musim lalu. Hingga Ante Coric dan Justin Kluivert di musim panas kali ini.
Mereka adalah pemain-pemain yang dapat disebut sebagai gambaran sepakbola masa depan Eropa. Talenta-talenta itu juga mendapat dukungan dari De Rossi, Kolarov, dan Gonalons yang sudah berpengalaman. Sebuah proyek yang tepat untuk Malcom agar bisa membawa dirinya ke level lebih tinggi.
Sayang, dia lebih memilih untuk mewujudkan mimpinya. Padahal mimpi tak selalu indah.