Sepanjang sejarahnya, Premier League hanya pernah lima kali kedatangan pemain asal Peru. Akan tetapi, dari lima nama tersebut hanya satu saja yang pantas dikategorikan sebagai yang terbaik. Dia adalah Nolberto Solano, pemain pertama dan satu-satunya dari Peru yang bisa menaklukkan Premier League.
Pada 2012, FourFourTwo melabeli Solano sebagai pemain asing terbaik Newcastle United. Mereka mendeskripsikan Solano sebagai pemain yang bisa menghadirkan umpan-umpan mulus dan tendangan bebas mematikan. Torehan 48 gol dari 315 pertandingan bersama The Magpies menjadi bukti betapa hebatnya sosok yang hari ini berulang tahun ke-44 tersebut.
Sepanjang kariernya, Newcastle adalah tim yang paling lama dibela Solano. Banyak kenangan yang ia rasakan ketika memperkuat kesebelasan yang bermarkas di St James Park tersebut. “Aku adalah Geordie (sebutan orang-orang yang berasal dari Newcastle) yang diadopsi,” tuturnya.
***
Tidak terbersit dalam benak Solano untuk menjadi pemain sepakbola sampai akhirnya ia melihat kiprah Peru bermain di Piala Dunia 1982 di Spanyol. Di usia ke-17, ia mendapatkan kontrak profesional dari Sporting Cristal. Solano membawa klub ini tiga kali menjuarai Liga Peru dan sempat melangkah ke final Copa Libertadores meski akhirnya kalah.
Kiprah Solano menarik perhatian Boca Juniors yang akhirnya merekrut mereka pada 1997. Bermain bersama Boca adalah impian Solano karena saat itu mereka masih diperkuat Diego Maradona. Siapa yang menyangka kalau pemain yang ingin Solano lawan di tim nasional justru menjadi rekan setimnya.
“Saya selalu berharap dia (Maradona) bisa saya lawan saat memperkuat tim nasional. Tetapi agen saya menelepon kalau Boca tertarik mendatangi saya dan ternyata dia menjadi rekan satu tim saya. Hal itu sulit dipercaya.”
Solano mungkin tidak bisa melawan Maradona. Akan tetapi, ia sukses membuatnya terkesan berkat kelihaiannya menendang bola mati. Tidak jarang pelatih Boca saat itu meminta Maradona menemani Solano yang sedang berlatih mengasah teknik bola matinya tersebut.
“Pelatih terkadang meminta Diego (Maradona) menemani saya dan itu membuat saya gugup. Namun, ia selalu memberi semangat dan memuji saya. Bahkan saya dijuluki Little Master dan itu membuat saya sangat bangga.”
Kebersamaan Solano bersama Boca hanya semusim. Pada musim panas 1998, Newcastle mengeluarkan uang 2,4 juta paun untuk membawanya ke Inggris. Bermain di Eropa adalah impian berikutnya dari seorang Solano. Akan tetapi, Inggris bukan tempat yang ia inginkan untuk berkarier. Solano kurang paham dengan sepakbola Britania dan lebih menginginkan berkarier di Jerman, Prancis, Italia, maupun Spanyol.
Solano mungkin buta dengan Premier League, tapi tidak dengan para pendukung Newcastle. Mereka paham kalau telah kedatangan pemain hebat dari Amerika Latin. Ribuan penggemar Newcastle berduyun-duyun hanya untuk melihat Solano bermain meski laga yang ia mainkan adalah pertandingan tim cadangan hingga sepak mula harus ditunda.
Ketika Solano datang, Newcastle sedang mengalami masa-masa transisi bersama Ruud Gullit yang menggantikan Kenny Dalglish. Akan tetapi, legenda Belanda tersebut hanya setahun saja menangani tim sebelum digantikan Sir Bobby Robson. Bersama mantan pelatih Barcelona ini, karier Solano semakin bersinar.
Musim terbaik Solano hadir pada 2001/02. Solano bermain dalam 52 pertandingan dan hanya satu kali absen di kompetisi Premier League. Catatan golnya pun menanjak dari sebelumnya yaitu 12 buah yang membuat namanya keluar sebagai pemain terbaik klub. Newcastle juga mengakhiri kompetisi dengan finis di urutan keempat dan berhak bermain di Liga Champions.
Akan tetapi, karena Robson juga hubungan antara Solano dan The Magpies sempat merenggang. Pada musim 2003/2004, ia lebih banyak dicadangkan dan hanya bermain 20 kali saja. Catatan golnya pun hanya sebiji. Seringnya Solano bolak-balik ke Peru ketika jeda internasional disebut Robson berpengaruh kepada permainannya yang semakin menurun. Pada Januari 2004, ia dilepas ke Aston Villa.
Newcastle pun menyesal ketika melihat kipranya di Aston Villa yang justru semakin meningkat. Pada musim penuh pertamanya, Solano mencetak sembilan gol sekaligus keluar sebagai top skor dan kembali menjadi pemain terbaik klub. Atas dorongan Alan Shearer, Solano akhirnya kembali ke Newcastle pada Agustus 2005. “Teman saya yaitu Alan yang ikut serta dalam transfer ini. Saya begitu emosional bisa kembali ke sini.”
Solano baru benar-benar berpisah bersama Newcastle pada 2007. Ia terpaksa pindah karena keluarganya memilih untuk menetap di London. West Ham menjadi klub Inggris ketiga yang ia perkuat. Kepindahannya meninggalkan sebuah utang yang tidak bisa dibayar Solano yaitu titel yang tidak bisa ia berikan kepada pendukung Magpies.
Penyuka Terompet
Selain sepakbola, Solano adalah penyuka musik. Bagi Solano, musik adalah sesuatu yang bisa mengangkat jiwanya. Salah satu alat musik yang fasih ia mainkan adalah trompet. Barang ini adalah yang pertama kali diberikan oleh ayahnya sebelum sepatu bola. Memainkan alat musik tiup ini menjadi keahlian Solano selain mengeksekusi bola-bola mati.
Trompet dan Solano adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Trompet adalah barang yang ia bawa ketika latihan selain perlengkapan yang berkaitan dengan sepakbola. Trompet juga yang bisa mengusir kesepian dalam diri Solano ketika ia tidak bisa berlatih karena mengalami cedera.
“Saya selalu membawa trompet dan memainkannya ketika sedang mengalami cedera atau saat jeda istirahat latihan. Ada ruang musik di tempat latihan Newcastle jadi saya suka membawa trompet saya dan bermain di sana.”
Kelihaian memainkan trompet membawa Solano kepada sebuah band bernama The Geordie Latinos. Ia pun tergabung bersama grup band ini dan kerap tampil dalam acara-acara amal. “Ketika di Newcastle, saya bertemu para pemusik profesional yang mengajak saya berlatih salsa bersama mereka dan disitulah The Geordie Latinos muncul. Nama itu kami pilih karena separuh band kami berisi orang-orang Geordie dan sisanya berasal dari Amerika Latin.”
Seringkali trompet menjadi sarana Solano untuk bercanda. Salah satu yang pernah ia lakukan adalah saat ia mengerjai pelatihnya, Bobby Robson. Solano menelepon Bobby Robson melalui telepon genggam dan ketika telepon sudah diangkat, tidak ada suara Solano melainkan suara trompet yang ia mainkan agar bisa didengar oleh si pelatih.