Memiliki 11 divisi sepakbola, Inggris memang menjadi negara dengan kolam talenta paling banyak di antara liga-liga top Eropa lainnya. Jumlah itu hampir tiga kali lipat dari sepakbola Prancis (4) yang merupakan jawara Piala Dunia 2018. Dengan jumlah sebanyak itu, wajar apabila Inggris memiliki tiga tim nasional.
Selain Harry Kane dan kawan-kawan, ada pula Inggris B yang pernah diperkuat legenda Southampton, Matt le Tessier, dan tim C dengan DJ Campbell (eks-Birmingham) tercatat sebagai alumni. Inggris C ini khusus untuk pemain-pemain semi-profesional, alias mereka yang bermain di divisi lima ke bawah.
Selain Campbell yang berhasil tampil di Premier League setelah bersinar bersama Yeading, ada pula nama-nama lain seperti Michael Kightly (eks-Wolverhampton) dan Andre Gray (Burnley) juga merasakan hal serupa. Setelah mengantarkan Leicester City ke tahta juara, Jamie Vardy mungkin jadi mantan pemain semi-profesional yang paling dikenal di Premier League.
Tapi jelas Vardy tak akan jadi mantan semi-pro terakhir di Premier League. Setidaknya itulah yang dipercaya Ed Aarons dari Guardian dalam artikelnya di 2017. Aarons bahkan menyebut nama penyerang Aston Villa, Scott Hogan sebagai penerus Vardy.
Hogan pernah membela Halifax Town dan Stocksbridge Park Steels seperti Vardy sebelum bersinar di Brentford. Dirinya sempat diminati oleh West Ham United, tapi penyerang asal Republik Irlandia itu lebih memilih Aston Villa sebagai pelabuhannya di musim panas 2017.
Sangat sulit bagi seorang pemain semi-profesional bisa langsung ke Premier League. Vardy sekalipun harus mengarungi divisi dua, Championship, terlebih dulu sebelum diakui sebagai salah satu penyerang terbaik Inggris.
Menjelang akhir musim 2018/2019, Leyton Orient mungkin bisa memberikan talenta itu ke Premier League. Talenta yang dapat meroket langsung dari divisi semi-profesional ke liga sepakbola tertinggi Inggris. Bukan hanya satu, tapi the O’s -julukan Leyton Orient- dapat memberikan dua pemain sekaligus! Mereka adalah Macauley Bonne dan Josh Koroma.
🔥 20 league goals
👥 Six assists
🎯 Second best shot accuracy rate in National League
⚠️ Most touches in opposition box in National League👏 Macauley Bonne!#LOFC #OnlyOneOrient pic.twitter.com/bEh08aoZ6T
— Leyton Orient (@leytonorientfc) February 22, 2019
Macauley Bonne
Bonne merupakan penyerang tim nasional Zimbabwe yang lahir Ipswich pada 26 Oktober 1995. Lahir di Inggris, Bonne bisa langsung naik ke Premier League sekalipun negara yang ia bela tidak menempati 50 besar peringkat FIFA.
Menurut laporan New Zimbabwe, nama Bonne bahkan telah masuk ke dalam daftar incaran the Foxes. Label ‘The New Jamie Vardy’-pun semakin melekat pada Bonne. Tapi, Leicester bukanlah satu-satunya kesebelasan Premier League yang mengincarnya. Crystal Palace dan Newcastle United juga disebut berminat.
Mencetak 21 gol dari 39 pertandingan, Bonne merupakan penyerang paling produktif ketiga di divisi lima Inggris, National League. Hanya alumni Manchester United, Danny Rowe (25), dan mantan pemain West Ham United Paul McCallum (22) yang lebih produktif dari Bonne.
Mantan pemain Hull City, Jay Simpson, menyebut Bonne sebagai penyerang dengan etos kerja luar biasa dan tidak egois di depan gawang lawan. “Macauley [Bonne] bisa saja tak mencetak gol dalam beberapa pertandingan. Tapi di depan gawang lawan, dia tetap peka dan mencari opsi terbaik untuk tim. Dirinya tidak egois dan fokus membantu tim agar bisa mencapai target bersama,” puji jebolan akademi Arsenal tersebut.
Nahkoda Leyton Orient Justin Edinburgh juga mengatakan hal yang sama. “Bonne selalu bekerja keras dan dia memiliki karakter yang kuat. Meskipun tidak mencetak gol dalam beberapa pertandingan terakhir, dirinya selalu menempatkan diri di posisi yang bagus,” kata Edinburgh.
Foto: Racing Post
Josh Koroma
Bonne bukan satu-satunya penyerang ganas yang dimiliki the O’s. Tandemnya di lini depan, Josh Koroma juga punya penciuman tajam untuk menciptakan gol. Bedanya, Koroma lebih fokus jadi arsitek. Hingga pekan ke-41 National League, Koroma telah terlibat dalam 16 gol Leyton Orient, 43.7% diantaranya tercatat sebagai distributor bola terakhir.
Bermodalkan kaki yang lincah, Koroma sering menusuk pertahanan lawan dari belakang Bonne. Dia juga kerap bergerak ke sayap, membuka ruang di tengah Bonne. “Saya dan Josh [Koroma] melengkapi satu sama lain. Saya rasa karena kami masih muda dan punya ambisi untuk naik lebih tinggi lagi. Itu membuat semuanya lebih mudah,” kata Bonne.
Sama seperti Bonne, Koroma juga telah diamati oleh kesebelasan Premier League. Menurut laporan Team Talk, Huddersfield sempat mengincarnya ketika bursa transfer musim dingin 2019. Namun sejauh ini, nama Koroma lebih dikaitkan dengan kesebelasan Championship. Mulai dari Derby County asuhan Frank Lampard, hingga Aston Villa disebut memantau dia.
Nahkoda Inggris C Paul Fairclough memanggil pemain kelahiran 9 November 1998 itu ke tim nasional pada 2018. Bersama Charlee Adams (eks-Birmingham), Tom Walker (eks-Bolton), dan Fejiri Okenabirhie (eks-Arsenal), Koroma disebut sebagai wajah baru Inggris C oleh Fairclough.
Wajah baru yang dimaksud itu adalah pemain-pemain dengan usia muda. Mereka yang masih punya peluang untuk naik kelas ke tim asuhan Gareth Southgate. Adams adalah satu-satunya pemain di atas 23 tahun yang dipanggil Fairclough. Sementara Josh Koroma jadi salah satu pemain paling muda yang dipanggil ke Inggris C. Hanya Tom Crawford (19) yang lebih muda dari dirinya.
Mungkin memang masih harus menunggu waktu untuk melihat Koroma ataupun Bonne di Premier League. Tapi jika mereka bisa terus mempertahankan performanya seperti musim 2018/2019, mereka punya peluang besar mengikuti jejak Vardy dan main di divisi sepakbola tertinggi Inggris.