Premier League Menanti Ben Godfrey

Foto: Read Norwich

Keberhasilan Juventus mendaratkan Cristiano Ronaldo pada awal musim 2018/2019 jadi salah satu kenangan tersendiri di sepakbola Italia. CR7 mungkin gagal mengantarkan Si Nyonya Tua menjadi juara Liga Champions. Namun berkat kehadirannya, Serie-A menjadi buah bibir lagi. Setidaknya dalam beberapa pekan pertama, popularitas Liga Italia seakan mencapai titik seperti era 90-an.

Cara Juventus mengumumkan kedatangan Ronaldo menjadi salah satu gambar yang paling melekat di memori. Siluet hitam-putih dengan selebrasi ikonik penyerang Portugal tersebut bertebaran di sosial media. Seakan tidak mau kalah dengan Juventus, tiga pekan kemudian Sampdoria mendatangkan Ronaldo versi mereka sendiri.

Ronaldo Vieira, gelandang Inggris keturunan Guinea-Bissau didatangkan dengan dana enam juta pauns dari Leeds United. Il Samp kemudian menggunakan cara yang sama seperti Juventus untuk mengumumkan kedatangan Ronaldo.

Entah sindiran atau hanya lelucon, Ronaldo Vieira seakan hanya menjadi alat pemasaran. Ia tak lebih dari sekedar penghangat bangku cadangan di Sampdoria. Hingga pekan ke-33 Serie-A 2018/2019, Vieira hanya tampil 13 kali dan mendapat 640 menit di atas lapangan.

Padahal bersama Leeds, dirinya adalah pilihan utama. Tampil lebih dari 60 kali dalam dua musim. Dikenal sebagai produk akademi Leeds, Vieira sebenarnya besar di Kota York. Ia adalah salah satu murid York Collage yang diberikan kesempatan mengikuti tes masuk oleh Leeds.

Vieira mendapatkan kontrak dari Leeds, tapi rekan seperjuangannya, Ben Godfrey ditolak dan harus memulai karier bersama kesebelasan lokal York City di League Two, alias divisi empat Inggris. “Saya dan Vieira mungkin hanya main bersama satu atau dua kali di York. Aneh mengapa York tidak memberi kontrak padanya. Saat itu saya tak pernah menyangka Vieira akan masuk tim nasional dan bermain di Italia,” kata Godfrey.

Godfrey mungkin tidak setenar Vieira, apalagi ia tidak pernah mendapatkan pemasaran yang sama dengan Cristiano Ronaldo. Tapi seiring perjalanan waktu nasib Godfrey terbukti lebih baik dibanding Vieira.

Bersinar di Divisi Tiga

Foto: Shrewsbury Town

Hanya dua musim membela York City, Norwich mulai meminati dirinya. Setelah tawaran the Canaries pada musim panas ditolak, Januari 2016 akhirnya Godfrey resmi menjadi pemain Norwich City. “Ben [Godfrey] sudah menjadi pilihan utama di York. Itu membuktikan bahwa dirinya memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa. Ayahnya adalah seorang atlet rugby, berkat hal itu Ben anugerahi tubuh yang atletis,” buka Alex Neil, nakhoda Norwich saat itu.

“Kami berharap di masa depan dirinya akan menjadi pemain penting untuk Norwich. Tapi semua harus dilakukan perlahan. Pertama, dirinya akan bermain dengan tim U20 terlebih dulu,” lanjutnya.

York sebenarnya tidak ingin melepas Godfrey. Mereka bahkan sudah menyiapkan kontrak baru dengan durasi dua tahun untuknya. Tapi pemain kelahiran 15 Januari 1998 tersebut merasa sudah siap beranjak ke level berikutnya. Sekalipun harus pelan-pelan, main di U20 dan dipinjamkan ke kesebelasan League One terlebih dulu.

“Saya berhutang budi pada York City. Senang rasanya bisa naik level dan membela klub seperti Norwich City. Saya siap untuk terus berkembang sebagai pemain di sini,” katanya. Kesabaran Godfrey itupun berbuah hasil. Dipinjamkan ke Shrewsbury Town pada musim 2017/2018, Godfrey membantu tim asuhan Paul Hurst masuk play-off.

“Dia adalah pemain kunci kami sepanjang musim. Meski sempat mengalami cedera, dirinya tetap tampil luar biasa. Fisiknya kadang membuat kita lupa bahwa dia masih muda,” kata Hurst. “Godfrey adalah pemain dengan determinasi tinggi. Senang memotong aliran bola, dan atletis tentunya. Ia memberikan warna pada tim kami,” jelas Hurst.

Bagaikan Conor Coady

Foto: Telegraph

Dalam waktu singkat, Godfrey sudah jadi ikon di Shrewsbury. Berkat penampilannya bersama Shrewsbury, Godfrey mulai dilirik kesebelasan Premier League. Southampton menjadi salah satu kesebelasan yang dikaitkan dengan Godfrey selama musim dingin 2017. Akan tetapi dirinya memilih untuk kembali ke Norwich.

Keputusan itu terbukti jitu bagi Godfrey. Dia tak terburu-buru seperti Vieira ke Sampdoria. Hasilnya, Norwich merupakan salah satu calon terkuat juara EFL Championship 2018/2019. Godfrey merupakan kunci di daerah pertahanan mereka. Tampil 29 kali dan terlibat dalam enam gol, Godfrey adalah salah satu bek muda (U23) terbaik di divisi dua Inggris.

Dirinya termasuk pemain yang paling sering membersihkan bola dari daerah berbahaya (103), memotong serangan lawan (19), dan memenangkan duel udara (61). Tapi ia juga jarang melakukan pelanggaran (12), ataupun kehilangan bola (5). Dengan kata lain aman dan terpercaya di belakang.

Padahal ia bermain di luar posisi aslinya. Berperan sebagai bek bukan gelandang bertahan seperti saat di Shrewsbury. Namun layaknya Conor Coady di Wolverhampton, Godfrey bisa menjalankan tugas tersebut dengan sempurna.

Fokus Bersama Norwich

“Saya selalu merasa bisa bermain di mana saja. Ini adalah salah satu hal yang saya senang dari Daniel Farke -manajer Norwich-. Ia orang yang adil dan selalu memberi kesempatan untuk main,” kata Godfrey.

“Belajar dari Timm Klose, Grant Hanley, dan Christoph Zimmerman membuat saya lebih baik. Saya jelas menyukai bermain di posisi ini. Saya sangat senang bisa mendapatkan kesempatan ini dan semua berkat keadilan yang diterapkan Farke,” lanjutnya.

Peminat Godfrey pun bertambah. Dari awalnya hanya kesebelasan papan tengah seperti Southampton atau bahkan klub yo-yo layaknya West Bromwich Albion dan Swansea City, kini penghuni enam besar Premier League disebut meminati dirinya. Bahkan Olympique Lyon juga tertarik memboyong Godfrey ke Prancis.

Godfrey peka akan rumor tersebut. Namun dirinya tetap fokus kepada Norwich. “Jelas ada perasaan senang dikaitkan dengan kesebelasan ternama seperti mereka. Saya sama saja dengan pemain lainnya. Saya juga ingin bermain di level tertinggi. Itu impian semua orang. Tetapi hal itu juga bisa saya lakukan bersama Norwich. Kami berjuang untuk promosi dan saya fokus ke target tersebut,” akunya.

Ben Godfrey mungkin terlambat naik daun. Tidak seperti rekan seperjuangannya, Ronaldo Vieira. Tapi Premier League sepertinya sudah jadi takdir dia. Bersama Norwich atau tidak.