Ricardinho, Raja Futsal Kombinasi Ronaldo dan Messi

Foto: Sport.es

Ricardinho adalah seorang bintang futsal asal Portugal yang acap kali menampilkan skil apik dengan kakinya ketika beraksi di atas lapangan. Ia merupakan superstar yang pernah ditolak oleh Porto saat masih berusia 14 tahun. Namun, ia justru tumbuh dan berkembang di arena lain yang jauh lebih kecil.

Banyak yang menilai bahwa kualitas skilnya merupakan kombinasi dari skil Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Jadi, jika Anda penasaran seperti apa bentuk kombinasi duo mega bintang sepakbola dunia itu, maka jawabannya ada pada Ricardinho. Hanya saja, permainannya bukanlah sepakbola, tapi futsal.

“Jika Anda menggabungkan Ronaldo dan Messi, maka Anda sedang melihat Ricardinho berada di atas lapangan futsal,” tutur Jorge Braz, pelatih seleção futsal Portugal kepada Guardian tak lama setelah Ricardinho membantu timnya memenangkan Euro pada 2018.

Lelaki yang dijuluki O Mágico (sang pesulap) tersebut adalah seorang jenius yang skalanya diperkecil ke dalam arena futsal. Namun, ia kerap memperbesar skala itu dengan trik-trik brilian yang menonjol. Catatan statistik Ricardinho juga lumayan mengejutkan. Ia berhasil menjadi pemain futsal terbaik di dunia sebanyak enam kali.

Usianya memang sudah menginjak 33 tahun, akan tetapi Ricardinho masih menjadi superstar yang sangat diperhitungkan untuk klub dan negaranya. Ia selalu mengemban ban kaptennya dengan bangga untuk membawa seleção mengukir banyak sejarah.

Ricardinho adalah sosok one man show di atas lapangan futsal pada abad ini. Maka tak ayal mengapa banyak orang yang menilainya sebagai pemain yang punya skil dengan kombinasi Ronaldo dan Messi. Namun ketika ditanya apakah ia merasa pantas dianggap seperti itu, ia hanya mengatakan bahwa semua anggapan tersebut hanyalah alasan untuk membuatnya bahagia.

“Tidak. Saya tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang pantas. Akan lebih buruk jika Anda membandingkan saya dengan António atau Pedro. Membandingkan saya dengan Ronaldo dan Messi hanyalah sebuah tabiat yang membuat saya punya alasan untuk bahagia,” ungkap Ricardinho dilansir dari The Guardian.

Duduk di ruang futsal di kompleks olahraga Rio Maior –40 mil di utara Lisbon–, dikutip dari The Guardian, pria bernama asli Ricardo Filipe da Silva Braga itu menjelaskan bagaimana ia berupaya menjadi bintang terbesar FIFA Futsal yang kini menjadi Falcao si bintang Brasil yang juga idola Ricardinho. Dan ia memiliki peluang besar untuk merealisasikan harapannya tersebut karena saat ini Falcao sudah pensiun.

“Saya tidak perlu takut untuk mencapai hal-hal yang besar. Karena semua itu masih bisa dicapai. Saya harus menjadi contoh di sini (Portugal), dan di luar negeri. Saya sudah mencontoh banyak orang di futsal. Salah satunya adalah Falcao. Saya salah satu dari orang-orang yang mengambil banyak ilmu dari orang sepertinya,” kata Ricard.

Memiliki tinggi 167 cm, Ricardinho berdiri setengah inci lebih pendek dari Messi, dan setengah tahun lebih muda dari Ronaldo. Ketiganya tumbuh dengan dasar-dasar yang sama, yaitu bermimpi bisa bermain sepakbola secara profesional sambil menempa keterampilan brilian mereka dengan penguasaan bola di atas lapangan.

Di satu sisi, Messi dan Ronaldo adalah bukti konkrit tentang bentuk kreativitas, pembelajaran, dan praktik yang lahir dari latihan masa muda mereka. Namun, jalan Ricardinho berbeda dengan itu semua. Meski memiliki atribut yang kurang lebih sama, ia dianggap sebagai orang yang terlalu kecil untuk ukuran pesepakbola, dan justru dibuang oleh klub masa kecilnya, Porto, saat berusia 14 tahun.

“Saya selalu mengatakan impian saya adalah menjadi pemain sepakbola. Pada akhirnya saya punya jalan yang berbeda. Meski saya tidak memilih futsal, tapi futsal lah yang memilih saya. Saya sudah mencoba bermain sepakbola, dan ‘mereka’ (Porto) memberi tahu saya bahwa saya terlalu kecil. Ketika futsal memilih saya, saya berkata; ‘Jika ini yang akan saya mainkan, saya ingin menjadi yang terbaik dalam permaian ini’,” tandas Ricardinho.

Ricardinho adalah satu-satunya raja. Pemain lain tidak ada yang sepertinya. Ricardinho telah melakukan debutnya untuk tim futsal Benfica pada 2003 di usia 17 tahun, dan empat tahun kemudian, ia menolak tawaran untuk beralih permainan dari manajer tim klub sepakbola yang saat ini menjadi manajer timnas Portugal Fernando Santos.

Ricardinho akhirnya tetap memutuskan untuk bermain futsal, dan pindah ke Jepang untuk bergabung dengan Nagoya Oceans. Setelah menolak upaya klub asal negeri matahari terbit tersebut lebih dari empat kali, namun ketika mereka melipat gajinya menjadi 30.000 ribu euro sebulan, Richard akhirnya mau untuk hijrah dengan sumringah.

Ia kemudian dipinjamkan ke CSKA Moscow dan akhirnya kembali ke Benfica sebelum akhirnya meraih impian untuk bergabung dengan tim berkelas seperti Madrid, Inter Movistar dan Barcelona. Kepindahannya itu juga yang membuatnya berkembang selama enam musim terakhir, dan memenangkan penghargaan Ballon d’Or futsal lima kali berturut-turut.

Ricardinho mengatakan bahwa kekuatan terbesarnya adalah kecepatan stimulus yang digunakan guna mengirim informasi dari otak ke kaki. Hal inilah yang juga masih membuatnya dihormati di Jepang. Ia adalah pahlawan di banyak negara futsal lainnya, termasuk Serbia, di mana golnya yang “sangat keterlaluan” ketika melawan tuan rumah di Kejuaraan Euro futsal pada 2016.

Di sisi lain, buku autobiografinya, La magia acontece donde hay dedicación (Keajaiban terjadi saat di mana ada sebuah pengabdian), Ricardinho menceritakan kisahnya dari awal karier sampai menjadi seorang superstar futsal. Di buku itu, ia juga memberi tahu mengapa ia sampai dinobatkan sebagai pemain yang memiliki kombinasi skil Ronaldo dan Messi.

Oleh karenannya, ketika ditanya siapa diantara kedua ikon besar sepakbola itu yang suka ia tonton, Ricardinho hanya tertawa keras, tersenyum, lalu dengan cepat berubah menjadi serius. Ia kemudian mengatakan bahwa hal semacam ini adalah salah satu masalah terbesar yang terlihat dalam kehidupan umat manusia.

“Semua orang terlalu lama membandingkan daripada menikmati. Saya hanya ingin bilang; selamat menikmati. Saya tidak akan pernah tahu kapan saya akan menyaksikan para pemain seperti Ronaldo dan Messi lagi. Permintaan untuk mengetahui hal semacam itu memang masuk akal, tapi itu merupakan masalah terbesar dalam kehidupan manusia,” jelas Ricardinho.

 

Sumber: The Guardian