Kejutan terjadi pada kejuaraan Copa America 2019. Kesebelasan negara Peru secara mengejutkan menyingkirkan Cile, juara bertahan dalam dua ajang terakhir, dengan skor telak 3-0 pada babak semifinal. Torehan yang sangat luar biasa bagi para Incas karena terakhir kali mereka melangkah ke final terjadi pada tahun 1975.
“Saya merasa kalau kami bermain sangat baik, kami berkorban satu sama lain. Kami bermain menekan dan layak untuk berada di final. Sekarang, kami membutuhkan waktu untuk istirahat sebelum memikirkan Brasil. Final nanti akan menjadi pertandingan yang sangat sulit,” kata Paulo Guerrero.
Sayangnya, di partai puncak, Si Merah-Putih kalah 1-3 dari Brasil.
Semua Karena Ricardo Gareca
Dalam satu dekade terakhir, prestasi Peru memang patut diberikan apresiasi. Dari empat edisi terakhir Copa America, mereka dua kali melaju hingga semifinal serta merebut peringkat tiga, dan satu kali ke babak final yang mereka lakukan pada tahun ini. Pada 2016, mereka masih bisa melangkah ke perempat final dan hanya kalah dari Kolombia melalui adu penalti.
Puncak prestasi mereka sudah pasti terjadi pada 2018 lalu saat mereka berhasil mentas pada Piala Dunia. Kemenangan agregat 2-0 melawan Selandia Baru, membuat mereka kembali ke ajang empat tahunan tersebut sejak 1982. Kesuksesan yang disambut dengan 43.583 tiket terjual karena diborong suporter Peru.
Jika membahas siapa sosok yang berperan besar dibalik kesuksesan mereka, maka satu nama yang pasti muncul adalah Ricardo Gareca. Dialah arsitek Peru yang membawa meraih menuju pencapaian tersebut dalam empat tahun terakhir.
“Ricardo punya semangat positif yang saya saksikan dari sedikit orang. Ketika Anda mulai membuatnya tidak senang, maka ia akan meminta Anda untuk pindah dari sana,” tutur Juan Carlos Oblitas, direktur olahraga federasi sepakbola Peru.
Pelatih yang pernah bermain bersama empat tim legendaris Argentina (Boca Juniors, River Plate, Velez Sarsfield, dan Independiente), bukanlah pelatih yang menggunakan taktik menyerang. Dia adalah pelatih yang memiliki paham pragmatis. Namun berkat pragmatisnya taktik yang ia gunakan, Peru bermain cukup militan di atas lapangan.
Sejak awal ditunjuk sebagai pelatih Peru pada 2015, Gareca sudah berjanji untuk membenahi banyak hal. Salah satunya adalah kedisiplinan. Sebelum Gareca datang, para pemain Peru nampak abai dengan hal-hal seperti nutrisi, asupan air, dan waktu istirahat. Bahkan ketika pemainnya pulang untuk membela negaranya, Gareca langsung membawanya ke pusat latihan tim alih-alih berkumpul dulu bersama keluarga.
“Para pemain Peru akan langsung pulang ke keluarga mereka, lalu makan, dan tidak langsung beristirahat. Gareca memutuskan untuk menjemput mereka di bandara dan langsung membawanya ke pusat latihan tim,” kata pelatih fisik timnas, Neston Bonillo.
“Pemain kami mempunyai sifat kekeluargaan yang membuat mereka ingin dekat dengan semua orang. Namun itu semua butuh waktu dan energi. Selain itu, berkumpul dengan keluarga membuat pikiran mereka terpisah di tempat lain.”
Selain itu, mental bertanding juga menjadi perhatian Gareca. Gareca sadar kalau Peru bukanlah negara yang kekurangan talenta sepakbola. Akan tetapi, para pemainnya tersebut masih lemah soal mental ketika bertanding melawan tim-tim besar. Ia bahkan sampai mendatangkan psikolog.
“Ketika pertama kali ia datang ke Peru, para pemain tidak terlalu peduli dengan nutrisi, hidrasi, dan waktu istirahat. Tapi mereka semua adalah sosok yang profesional. Kami memastikan kalau beban tidak lolos ke Piala Dunia dipikul oleh pemain-pemain yang bermain sebelumnya, dan bkan oleh kami. Gareca bukanlah orang yang suka mencari-cari kambing hitam untuk disalahkan. Ia jauh lebih bijaksana ketika memandang sebuah hasil pertandingan,” tutur Bonillo menambahkan.
“Gareca adalah orang yang menghormati esensi sepakbola Peru. Generasi masa lalu tersebut yang membuat kami bermain sepakbola dengan sangat baik, dan memperlakukan bola dengan baik.”
Atas segala pencapaian hebat tersebut, sebuah distrik di kota Lima memberikan penghargaan berupa sebuah patung untuk Gareca yang sedang bergaya memberi instruksi kepada Paolo Guerrero. Hadiah ini diberikan setelah Peru berhasil lolos ke Piala Dunia 2018 lalu.
“Ini merupakan penghormatan atas upaya tim di bawah komando Ricardo Gareca dan Guerrerao untuk kembali ke Piala Dunia. Sebuah penghargaan untuk pahlawan nasional kami. Dia mewakili keteknan dan perjuangan untuk mencapai sesuatu,” kata Vivian Navarro, juru bicara di distrik tersebut.