Newcastle Jets dipastikan kehilangan penyerang andalan mereka, Roy O’Donovan setelah negosiasi kontrak antara kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan. “Sejak awal kami sudah mengatakan bahwa Jets ingin mempertahankan O’Donovan,” ungkap CEO Newcastle Jets, Lawrie McKinna.
“Namun kami menyerah. Setelah beberapa kali hampir mencapai kesepakatan. Sayangnya kami melihat ada sebuah perubahan yang merugikan bagi klub. O’Donovan adalah pemain yang hebat. Dia akan bisa diandalkan di kesebelasan apapun. Semua pihak yang terlibat di Jets mengharapkan yang terbaik untuknya,” lanjut McKinna.
“Hanya saja, sangat sayang apabila mengingat kami yang membantu O’Donovan melewati masa-masa sulit dalam karier dia,” akunya.
Selama dua tahun membela Jets, O’Donovan hanya absen 12 kali karena suspensi. Ia mencetak 20 gol dan arsiteki lima lainnya dalam 34 pertandingan. Hingga 7 Mei 2019, catatan O’Donovan bersama Jets adalah yang terbaik sepanjang karier profesionalnya. Nama O’Donovan mungkin sedikit asing di telinga, namun ia adalah mantan penyerang Sunderland di Premier League 2007/2008. Bermain bersama Dwight Yorke dan Kenwayne Jones di tim asuhan Roy Keane.
Mulai dari Brunei
Selama berstatus pemain the Black Cats, O’Donovan lebih sering dipinjamkan. Sekitar tiga tahun setelah pergi dari Stadium of Light, dirinya baru mendapat tempat utama di Inggris. Lebih tepatnya bersama Northampton Town di divisi empat, League Two.
Hanya terlibat dalam 10 gol dari 35 penampilan bersama Northampton, O’Donovan dilepas di akhir musim 2013/2014. Dari sinilah dirinya mulai menjelajahi Asia. Setahun membela DPMM Brueni, kemudian ke Indonesia menggunakan kostum Mitra Kukar, hingga akhirnya mendarat di Australia.
Central Coast Mariners menjadi kesebelasan pertamanya di A-League. Namun ia terkena sanksi larangan bermain delapan pertandingan karena menyundul Manny Muscat ketika CCM bertemu Wellington Phoenix.
Hukuman itu adalah salah satu sanksi paling panjang yang pernah diberikan di A-League. Mungkin ini yang dimaksud McKinna saat mengatakan “masa-masa sulit dalam karier O’Donovan”.
Mimpi Buruk di Indonesia
Foto: WorldWideOfSports - Nine
Akan tetapi, menurut penyerang asal Republik Irlandia tersebut, masa-masa paling sulit dalam kariernya ada di Indonesia. Dirinya datang sebagai pemain marquee pertama dalam sejarah sepakbola Indonesia, sebelum Michael Essien dan Carlton Cole mendarat di Persib Bandung.
“Saya percaya kepada mereka [Badan Liga Indonesia]. Saat saya tanya tentang pemain-pemain marquee lain, mereka yakin bisa mendatangkannya. Tapi hal itu tidak juga terjadi,” kata O’Donovan.
“Mereka melupakan kejadian itu. Menutupinya dari sejarah, sekitar dua tahun kemudian barulah Indonesia kedatangan Essien dan Cole. Padahal konsep tersebut sudah ada sejak saya datang,” lanjutnya.
O’Donovan sendiri berjudi saat memilih Mitra Kukar sebagai pelabuhan barunya. “Peluang untuk kembali ke Eropa sudah dibukakan. Ada tawaran dari Malta, Skotlandia, dan Inggris. Salah satu kesebelasan League One menginginkan jasa saya,” katanya.
“Tapi saya merasakan musim yang bagus di Brunei. Saya harus memilih dengan baik opsi yang ada. Jika salah, saya bisa menyesalinya seumur hidup,” lanjut O’Donovan. Ternyata, keputusannya memilih Mitra Kukar itu salah besar. Sepakbola Indonesia kisruh, tidak lama kemudian FIFA menjatuhkan pembekuan.
“Saat di Indonesia saya baru merasa bersyukur bisa main di Brunei. Mereka pintar dan tahu cara mengurus sepakbola. Indonesia memiliki pelatih-pelatih hebat. Tapi pengurus sepakbola mereka sangatlah buruk,” aku O’Donovan.
“Saat semua seperti sudah terlambat, tiba-tiba tawaran dari Australia datang. Langsung saja saya menerima pinangan yang ada,” lanjutnya. Meski saat membela Jets, O’Donovan kembali membuat keributan hingga terkena larangan bermain 10 partai karena menendang kepala penjaga gawang Melbourne Victory, Lawrence Thomas, ia tetap diakui di A-League.
Dirinya pun menjadi salah satu sosok yang mendorong pemain-pemain Britania Raya untuk berani keluar dari Inggris. “Premier League adalah liga yang luar biasa. Namun apabila kita keluar dari sana, itu bukan akhir dua. Hanya dipisahkan oleh lautan. Kita butuh lingkungan dan kesebelasan yang tepat,” kata O’Donovan.
Diincar Robbie Fowler
Foto: Twitter / @Coral
Keluar dari Newcastle Jets, O’Donovan diperebutkan beberapa kesebelasan. Kabarnya ia menjadi salah satu incaran utama Robbie Fowler untuk memimpin garis depan Brisbane Roar. Dirinya pun ingin segera memiliki kesebelasan baru.
“Saya sedang berusaha menyelesaikan semuanya sebelum kembali ke Republik Irlandia. Ada beberapa kesebelasan ambisius yang butuh pemain bertipikal nomor sembilan,” kata O’Donovan. “Sebenarnya saya ingin tetap di Jets. Tapi terkadang harapan tidak bisa jadi kenyataan,” akunya.
O’Donovan disebut menginginkan gajinya naik. Sementara pihak Jets sedang memangkas biaya klub karena finansial yang kurang stabil. “Klub ini sebenarnya ingin dijual. Sayangnya sampai sekarang belum ada yang meminati. Jadi kami terpaksa melakukan pemangkasan dana,” aku McKinna.
Sudah memasuki usia kepala tiga, O’Donovan mungkin akan sulit menembus tim nasional Republik Irlandia. Mick McCarthy tampaknya tidak pernah mempertimbangkan namanya untuk membela tim nasional. O’Donovan sendiri sudah tidak terlalu berharap sejak Martin O’Neil menangani the Green Army.
“Jika saya perlu ke Republik Irlandia agar bisa masuk tim nasional, pasti akan dilakukan. Tapi untuk saat ini saya merasa hal itu mustahil, mungkin harus menunggu pelatih lain,” akunya.
Hanya terdaftar sebagai mantan pemain tim nasional U21 bukan masalah bagi O’Donovan. Setidaknya, ia sudah berhasil melanjutkan kariernya setelah mimpi buruk di Indonesia.