Real Betis akan kembali mewarnai kompetisi Antarkesebelasan Eropa setelah berhasil menduduki peringkat keenam klasemen La Liga musim lalu. Mereka kembali ke Liga Europa setelah lima tahun absen. Penampilan Los Verdiblancos musim lalu sempat membuat geger jagat sepakbola. Mereka sempat mengalahkan Real Madrid di Santiago Bernabeu. Tentu ini di luar perkiraan mengingat lima tahun lalu mereka berada di dasar klasemen La Liga.
Tidak mau prestasi mereka menurun, Real Betis mulai melakukan penyegaran di dalam skuat mereka. Antonio Adan dan Ruben Castro yang sudah cukup lama membela Los Verdiblancos dilego. Adan hengkang ke Atletico Madrid setelah empat tahun di Estadio Benito Villamarin. Sementara Ruben Castro pulang ke Las Palmas setelah dilepas Real Betis. Keduanya sudah berkepala tiga, wajar apabila Real Betis yang mulai memangkas rataan usia pemainnya sejak musim lalu membiarkan mereka pergi.
Pada 2016/2017, Real Betis tercatat sebagai salah satu klub dengan rataan usia tertua di La Liga (25,4). Saat itu mereka berakhir di posisi ke-15 klasemen dan hanya delapan poin dari zona degradasi. Pada bursa transfer musim panas tahun lalu, Didier Digard (31), Alvaro Cejudo (33), dan Manu Herrera (35), dilepas. Bahkan Ruben Castro juga sempat diasingkan ke Tiongkok.
Entah pemangkasan usia tersebut berpengaruh besar atau tidak dalam kesuksean Real Betis musim lalu, namun mereka berhasil naik ke zona Europa League setelah membiarkan pemain-pemain senior tersebut pergi. Kini posisi Adan akan digantikan Pau Lopez atau Joel Robles di bawah mistar. Sementara Quique Satien belum menemukan pengganti Castro.
Castro mungkin memang tak tergantikan di Real Betis. Datang pada 2010 setelah diboyong seharga 1.7 juta Euro dari Deportivo La Coruna, Castro langsung menjadi idola baru publik Benito Villamarin. Pepe Mel yang menggantikan Antonio Tapia di kursi kepelatihan Real Betis melepas top skorer klub di musim sebelumnya, Sergio Garcia, ke Espanyol. Ia pun mempercayakan Castro untuk menjadi ujung tombak klub.
Tak tanggung-tanggung, Castro membayar kepercayan Mel dengan mencetak 32 gol di seluruh kompetisi. Itu merupakan catatan tersubur seorang pemain Real Betis dalam satu musim kompetisi setelah Alfonso Perez Munoz (26) di 1996/1997. Walaupun saat itu Castro bermain di divisi dua, sementara catatan Munoz terjadi di La Liga, hingga kini tak ada pemain Real Betis yang bisa mencetak 30 gol atau lebih dalam satu musim.
Castro membantu Real Betis jadi juara divisi dua dan lolos ke perempat-final Piala Raja Spanyol di musim perdananya bersama klub. Dirinya konsisten mencetak lebih dari 10 gol setiap musim untuk Real Betis. Sayangnya, musim ketiga Castro di La Liga berakhir pahit. Ia harus melihat timnya berada di dasar klasemen meski sudah menyumbang 12 gol selama musim kompetisi 2013/14.
Tak Dipandang Del Bosque
Konsistensi Castro membuat beberapa klub bersedia untuk menyelamatkan dirinya dari divisi dua. Saat itu Malaga dan West Bromwich Albion dirumorkan ingin mendatangkan Castro. Tapi penyerang kelahiran Las Palmas tersebut memilih untuk bertahan.
Padahal ia masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar dan akan masuk akal jika hal tersebut dikerjakan di divisi tertinggi. Pekerjaan rumah itu adalah membuka mata Vicente del Bosque dan membela tim nasional Spanyol.
Hubungan Spanyol dan Ruben Castro retak sejak dirinya tak dipanggil del Bosque untuk uji coba pada 2013. “Ya, itu terjadi setelah saya mencetak 18 gol di La Liga 2012/2013. Termasuk ke gawang Barcelona. Real Betis juga akan bermain di Liga Europa pada musim berikutnya. Sial, semuanya terlambat,” kata Castro pada Mundo Deportivo.
Kepada El Diario, del Bosque mengaku dirinya tak menyukai pemain yang memiliki catatan negatif di mata hukum. Meskipun membobol gawang Barcelona dan jumlah golnya lebih banyak dari Gonzalo Higuain (16), Karim Benzema (11), ataupun David Villa (10), Castro terjebak masalah hukum. Ia sempat ditangkap setelah polisi karena dilaporkan melakukan kekerasan domestik.
Pada 2015, Castro yang berhasil membantu Real Betis kembali ke La Liga sebagai juara divisi dua (lagi) mulai dilirik del Bosque. “Iya, saya tahu Castro, Aritz Aduriz, serta Borja Baston bermain baik. Namun saya juga tidak melupakan David Villa dan Fernando Torres,” aku del Bosque kepada ABC.
Akan tetapi, saat itu kasus hukum yang dihadapi Castro belum berakhir. Pada akhirnya, del Bosque memilih Aduriz untuk membela tim nasional Spanyol. Dari tiga nama yang dipertimbangkan del Bosque memang hanya Aduriz yang pernah dipanggil oleh mantan pelatih Real Madrid itu.
Aduriz kembali ke tim nasional setelah lebih dari lima tahun absen. Bahkan ikut ke membela La Furia Roja di Piala Eropa 2016. Tahun lalu, kasus hukum Castro selesai. Ia dinyatakan tak bersalah oleh pengadilan. Sayang, sudah terlambat untuk Castro ke tim nasional Spanyol.
Bukan Sekadar Gol
Jumlah gol jelas menjadi catatan penting bagi seorang penyerang. Namun, gol yang dicetak Castro lebih dari sekedar angka untuk mengangkat namanya di daftar calon El Pichichi –piala untuk pemain tersubur di La Liga-.
16 gol dari Castro di musim 2011/2012 menyumbang 25 dari 47 poin Real Betis saat itu. Tanpa dirinya, Los Verdiblancos akan kembali degradasi dengan 22 poin. Lebih rendah dari Racing Santander di dasar klasemen (27). Bahkan tanpa Castro, mereka mungkin tak akan kembali ke La Liga.
Tanpa 18 gol Ruben Castro di musim 2012/2013, Real Betis akan absen dari Liga Europa dan ada di zona merah La Liga. Begitu juga di 2015/2016, 19 gol Castro membuat Real Betis bisa bertahan di divisi tertinggi sepakbola Spanyol. Itu baru gol yang diciptakan oleh dirinya. Belum lagi jika menghapus kontribusinya dalam pembentukan gol rekan-rekan satu tim.
Castro memang seorang penyerang, tapi dirinya bisa juga diplot sebagai gelandang serang. Bahkan masa-masa terbaiknya bersama Real Betis adalah saat Pepe Mel menempatkan dia di belakang Jorge Molina.
Sebagai ujung tombak, Castro sering menahan bola di daerah pertahanan lawan untuk membuka ruang teman-temannya. Tapi sebagai gelandang serang, ia sangat senang memberikan umpan terobosan ke kotak penalti dan melepaskan tendangan jarak jauh.
Castro meninggalkan Real Betis dengan sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub (148). Terlibat dalam 183 gol dalam 290 penampilan. Dua kali menjadi juara divisi dua Spanyol, mengantarkan Real Betis ke kompetisi antar klub Eropa untuk pertama kalinya sejak era Piala UEFA (2005/06), dan tujuh musim beruntun tercatat sebagai pemain tersubur yang dimiliki Los Verdiblancos.
Pulang ke Canaria
Sekalipun Presiden Real Betis, Angel Harro, mengatakan dirinya selalu membuka pintu untuk Castro, setelah dipinjamkan ke klub Tiongkok pemain yang kerap disapa Rubo itu tahu waktunya telah habis. Ia akhirnya tidak memperpanjang kontrak dengan Real Betis dan memilih pulang ke Las Palmas.
Musim 2018/2019 akan menjadi pertama kalinya Castro mengenakan kostum Las Palmas setelah meninggalkan klub 14 tahun lalu. Hubungan Castro dengan Las Palmas tidak selalu mulus. Saat Real Betis bertamu ke Las Palmas enam tahun lalu, Castro sempat mendapat sorakan negatif oleh publik tuan rumah.
“Saya tidak percaya hal ini bisa terjadi. Teryata publik Las Palmas masih menyoraki saya. Saya sedih meninggalkan mereka. Tapi ini pekerjaan saya dan mereka adalah orang-orang terdekat saya,” kata Castro kepada Marca.
Untungnya, seiring berjalannya waktu hubungan itu kembali baik. Kini Castro kembali diterima di Kepulauan Canaria. Bahkan pihak klub sudah bersedia untuk melakukan pertandingan perpisahan Castro dengan melawan Real Betis di Seville.
Castro mungkin pemain yang diabaikan oleh tim nasional Spanyol. Tapi jelas, dia adalah seorang legenda di ranah sepakbola Negeri Matador.