632 hari adalah waktu yang terlalu lama bagi seorang striker untuk tidak mencetak gol. Akan sangat menjadi beban bagi seorang striker yang tugasnya untuk mengakhiri serangan dengan sebuah gol justru tidak mampu berbuat banyak. Ini adalah hal yang sedang dialami oleh Saido Berahino.
Berahino saat ini memperkuat Stoke City usai ditransfer dari kesebelasan yang membesarkan namanya, West Bromwich Albion pada Januari lalu. Berahino sendiri dinilai kala itu sebagai pemain yang menjanjikan, pola permainannya mengingatkan akan Jermain Defoe ketika masih muda: cepat, lincah dibarengi eksekusi yang brilian.
Berahino sendiri merupakan pemain yang lahir di Burundi, negara kecil di Afrika bagian tengah. Berahino kemudian ke Inggris ketika berusia 10 tahun, karena adanya perang saudara di sana. Masa kecil yang berat membuat Berahino memilih sepakbola menjadi pelarian. Bakat Berahino tercium oleh West Brom yang kemudian mendaftarkannya ke kesebelasan internal mereka, Phoenix United, sebelum 2011 lalu resmi menandatangani kontrak bersama The Baggies.
Bersama West Brom, Berahino mencatatkan debut menghadapi Newport County di ajang League Cup. Di debutnya tersebut Berahino sukses mencatatkan hattrick, yang membuat pelatih West Brom saat itu, Steve Clark, menemukan pengganti ideal selepas hengkangnya Romelu Lukaku ke Everton dan dilepasnya Peter Odemwingie ke Cardiff. Gol pertama Berahino di Premier League ketika menghadapi Manchester United di Old Trafford pada musim 2013/2014.
Musim 2014/2015 adalah penampilan terbaik Berahino sejauh ini. Ia mencetak total 20 gol dari 45 penampilan bersama West Brom yang menjadikannya sebagai pemain yang cukup berharga dari klub.
Penampilannya membuat West Brom yang awal musim diprediksi akan mengakhiri posisi di papan bawah, malah menjadi pesaing ketat di papan tengah, dan menempati posisi ke-13 di klasemen akhir.
Karena penampilannya, Tottenham Hotspur melakukan penawaran sebesar £15 juta, yang ditolak West Brom yang membanderolnya £25 juta. Berahino sendiri tidak puas atas penolakan ini, hingga permainannya mulai menurun.
Tony Pulis pun akhirnya memutuskan tidak membawa Berahino di beberapa pertandingan di awal musim 2015/2016. Menjelang penutupan bursa transfer musim panas, Berahino melayangkan transfer request, yang ditolak oleh jajaran menejemen West Brom. Hal inilah yang membuat Berahino kesal dan melampiaskan kekesalannya dengan mengecam petinggi West Brom, Jeremy Peace. Tony Pulis bahkan harus turun tangan meredakan konflik tersebut.
Setelah konflik usai penampilan Berahino mulai menurun. Ia kalah bersaing dengan pemain asal Venezuela, Salomón Rondón, yang memecahkan rekor transfer klub kala itu.
Beberapa solusi sempat dilakukan untuk meningkatkan performa Berahino dengan meletakkannya di posisi sayap atau diposisikan di belakang Rondon. Namun hal tersebut tidak menjadikan penampilan dari Berahino meningkat, bahkan semakin menurun. Ketika menghadapi Watford di kandang, April 2016, Berahino bahkan gagal dalam 2 kali kesempatan penalti. Semuanya dibaca oleh penjaga gawang Watford saat itu, Heurelho Gomes.
Di awal musim 2016/2017, Berahino sempat mendapatkan penawaran £17 juta, dari 2 klub: Stoke City dan Crystal Palace, yang ditolak oleh West Brom karena Tony Pulis menyatakan masih sangat membutuhkan jasa dari Berahino.
Permainannya pun tidak kunjung membaik, bahkan ketika November, Berahino memutuskan ke Prancis untuk memperbaiki permainannya. Ia dikirim karena berat badan yang naik hingga 4 kilogram, hingga akhirnya dilepas ke Stoke City pada awal Januari 2017 dengan harga £12 juta dengan kontrak empat setengah tahun.
Bersama Stoke City, penampilan Berahino masih belum membaik, hanya mencatatkan 21 penampilan sejak berseragam Stoke City dan belum pernah mencetak satu gol pun, Berahino seringkali turun dari bangku cadangan, Berahino kalah bersaing dengan Bojan Krkic, Biram Diouf, hingga Sherdan Shaqiri.
Beberapa mantan rekan setim Berahino sering mengeluhkan sosoknya yang seringkali tidak serius berlatih. Ben Foster, penjaga gawang West Brom pernah secara tegas mengkririk Berahino sebagai sosok yang malas, sering terlambat latihan, dan jarang mendengarkan instruksi dari pelatih. Steve Clark pernah bilang, “Talentanya sungguh luar biasa. Sosok Drogba, Eto’o dan Defoe dalam satu tubuh. Namun ketika Anda tidak sadar akan bakat yang Anda miliki, semuanya sia-sia.”
Gol terakhir Berahino, adalah pada musim 2015/2016 ketika menghadapi Crystal Palace pada Februari 2016. Dukungan hadir dari Mark Hughes manajer Stoke City, “Dia sedang mengalami fase dalam karirnya yang cukup berat. Namun dia dalam lingkungan yang baik. Dia bekerja keras saat ini. Dia hanya butuh diberikan kesempatan. Namun kami memiliki banyak pemain yang berkualitas. Itu yang menjadikannya sulit baginya. Namun semua akan berubah karena Berahino bermain dengan cara yang positif.”