Khalid Elsa berlari berusaha menghindari serbuan rekan-rekannya yang datang menghampiri. Sementara itu di tengah lapangan, Mohamed Ahmed masih berlutut di tengah lapangan sambil menatap sekeliling. Raut wajahnya menunjukkan rasa tidak percaya karena saat itu timnya, Al Ain, dipastikan melangkah ke final Piala Dunia Antar Klub.
Tiket final itu didapat setelah Al Ain mengalahkan juara Copa Libertadores, River Plate, di Hazza bin Zayed Stadium. Khalid menjadi pahlawan setelah sukses menepis sepakan terakhir River dari Enzo Perez pada babak adu penalti. Mereka sukses memutar balikkan prediksi yang lebih banyak menjagokan River.
Al Ain datang ke Piala Dunia Antar Klub bukan sebagai juara Liga Champions Asia. Mereka adalah perwakilan Uni Emirat Arab (UEA) selaku tuan rumah turnamen dua musim terakhir. Kesuksesan Al Ain memperbaiki catatan yang dibuat Al Jazira tahun lalu. Al Jazira saat itu takluk dari Real Madrid di semifinal dan kalah dari Pachuca pada perebutan tempat ketiga.
Selain itu, Al Ain menjadi tuan rumah ketiga yang bisa melangkah ke babak final setelah Kashima Antlers (2017) dan Raja Casablanca (2013). Akan tetapi, keduanya gagal menjadi juara karena takluk dari wakil Eropa yang saat itu diwakili Real Madrid dan Bayern Munich.
Keberhasilan melaju ke final yang dibuat Al Ain adalah yang pertama kali dilakukan oleh negara-negara Semenanjung Arab. Sebelumnya, hanya Al Sadd yang bisa melangkah ke semifinal, namun dikalahkan Barcelona dan harus puas meraih tempat ketiga.
Al Ain datang sebagai wakil UEA atas kesuksesan mereka menjuarai UAE Pro League musim lalu. Mereka hanya menelan satu kali kekalahan dalam 22 pertandingan dan unggul tujuh poin dari runner-up Al Wahda. Kesuksesan ini membuat mereka lolos ke babak play off Piala Dunia Antar Klub dan fase grup Liga Champions Asia.
Di babak play off, Al Ain menyingkirkan wakil Oseania, Team Wellington melalui babak adu penalti. Mereka melakukan comeback setelah tertinggal 3-0 pada babak pertama. Khalid menjadi pahlawan setelah menepis dua tembakan dari Angus Kilkolly dan Justin Gulley. Pada ronde kedua, giliran wakil Afrika yang menjadi korban. Gawang Esperance de Tunis dibobol tiga kali sebelum mereka mengalahkan River Plate untuk melangkah ke final.
Salah satu kunci keberhasilan Al Ain adalah permainan mereka yang efektif. Meski kalah penguasaan bola, namun mereka menutupinya dengan memanfaatkan peluang ketika berada di depan gawang. Hal ini yang mereka peragakan ketika bertemu Team Wellington dan Esperance de Tunis. Pada laga melawan Tunis, mereka bisa mencetak tiga gol meski penguasaan bola mereka hanya 38%.
Al Ain sebenarnya punya kekuatan di lini pertahanan. Mereka adalah tim dengan kebobolan tersedikit kedua setelah Shabab Al Ahli Dubai pada kompetisi domestik musim lalu. Akan tetapi, ketika bertanding di Piala Dunia Antar Klub mereka mudah sekali kebobolan. Walau begitu, mereka membalasnya dengan banyak mencetak gol. Inilah yang membuat pertandingan mereka sepanjang kompetisi begitu menghibur karena selalu menghasilkan banyak gol. Sejauh ini, sudah delapan gol yang mereka cetak.
“Kesebelasan ini punya tekad dan semangat untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan. Hal itulah yang membuat kami paham apa yang harus kami lakukan di kompetisi ini,” tutur bek kiri mereka, Tsukasa Shiotani.
Kekuatan lain ada di sosok Marcus Berg. Striker asal Swedia ini sudah mencetak dua gol dalam kompetisi ini. Mantan pemain PSV Eindhoven ini adalah top skor Liga UEA musim lalu dengan 25 gol. Golnya ke gawang Team Wellington pada babak play off saat itu menghindarkan Al Ain dari kekalahan sekaligus membawa pertandingan ke babak adu penalti. Selain Berg, juga ada beberapa pemain penting lain seperti Tongo Doumbia, Bandar Al Ahbabi, Shiotani, dan Ismael Ahmed.
“Kami punya pemain-pemain yang bisa membawa klub ini menang. Kami punya kiper seperti Khalid. Dia bermain gemilang pada babak adu penalti. Tapi saya akan memuji seluruh tim yang menunjukkan performa yang luar biasa. Saya bangga dengan tim ini,” tutur Berg.
Al Ain nantinnya akan menghadapi Real Madrid pada 22 Desember mendatang. Los Galacticos jelas paling diunggulkan mengingat kualitas pemain unggul jauh dari Al Ain. Akan tetapi, Al Ain bertekad ingin membuat kejutan seperti yang mereka lakukan seperti saat menyingkirka River.
“Prestasi ini (melangkah ke final) adalah sejarah bagus untuk UEA dan Al Ain. Kami akan mencoba yang terbaik dan akan bertarung sekuat tenaga untuk menang. Kami tidak punya tujuan lain selain menang. Sulit memang, tapi ada peluang untuk bisa meraihnya,” kata Khalid seperti dikutip dari The National.