Shoya Nakajima, Senjata Terbaik Jepang di Piala Dunia 2022

Foto: Footballista jp

FC Porto dan AS Monaco kabarnya tengah memperebutkan gelandang asal Jepang, Shoya Nakajima. Klub pemilik Nakajima saat, Al Duhail, disebut siap melepas pemain kelahiran 23 Agustus 1994 dengan dana 20 juta Euro. Porto bahkan sudah mendapat kesepakatan dasar dengan Nakajima agar dirinya mendarat di Portugal pada musim panas 2019.

Jika Nakajima akhirnya mendarat di Portugal dengan biaya sesuai laporan A Bola, ia akan jadi penjualan termahal yang pernah dilakukan peserta Qatar Super League (QSL). Lebih mahal daripada Maxime Lestienne yang diboyong Rubin Kazan dengan dana 10 juta euro pada musim panas 2016.

Portugal bukanlah tempat asing bagi Nakajima. Sebelum dirinya membela Al Duhail, ia pernah bermain untuk Portimonense di divisi tertinggi Portugal alias Liga NOS. Ketika itu, jasanya diperebutkan oleh berbagai kesebelasan. Mulai dari Wolverhampton Wanderers, hingga Paris Saint-Germain (PSG). Porto juga menjadi salah satunya, tapi Nakajima lebih memilih Al Duhail dibandingkan bertahan di Eropa.

“Saya akan tetap bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan yang ada. Tapi saya juga mau bersenang-senang dengan sepakbola. Saya ingin berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu di Portimonense. Semoga saya bisa menikmati sepakbola di Qatar,” kata Nakajima usai menandatangani kontrak hingga 2023 bersama Al Duhail.

Al Duhail memecahkan rekor dengan membeli Nakajima di awal tahun 2019. Pemain tim nasional Jepang itu didatangkan dengan dana 35 juta Euro dari Portimonense. Transfer paling mahal yang pernah dilihat sepakbola Qatar. Jauh di atas Christian ‘Chucho’ Benitez yang didatangkan El-Jaish dari CF America seharga 11,7 juta Euro pada 2013.

Tapi jika mengingat bagaimana talenta Nakajima direbutkan banyak klub Eropa, kehadiran Nakajima di adalah kemenangan besar bagi Al Duhail. Bahkan juga jadi sebuah kebanggan tersediri bagi sepakbola Qatar.

Nakajima bukanlah pemain pertama yang direbut klub Qatar dari Eropa. Tottenham sempat mengincar penyerang Nigeria, Imoh Ezekiel, pada 2014. Tapi dirinya memilih Al Arabi jadi pelabuhan berikutnya. Begitu juga dengan Lestienne, ditawar 10 juta Euro oleh Galatasaray tapi menyusul Ezekiel ke Al Arabi.

Hal itu tidak membuat kedatangan Nakajima jadi kurang spesial. Seiring waktu, talenta muda mendapat eksposur yang lebih besar. Harganya menjadi mahal. Lihat saja rekor transfer dunia yang pada tahun 2000 dipegang oleh Luis Figo (27), kini menjadi milik Neymar (25). Kylian Mbappe yang ada di bawah Neymar bahkan memiliki jarak enam tahun dengan rekan satu timnya di PSG.

Cadangan FC Tokyo

Foto: USAponn

Nakajima juga talenta kelas dunia dan banyak kesebelasan yang menginginkan jasanya sebelum ia memilih Al Duhail. Lahir di Tokyo, Nakajima masuk ke dalam sistem akademi Verdy.

Kesebelasan yang pernah dibela oleh Kazuyoshi Miura (King Kazu) sudah tak lagi ada di puncak kejayaan mereka. Namun, Nakajima berhasil menembus tim U17 Jepang dan tampil di Piala Dunia. Tampil bersama Takumi Minamino (RB Salzburg) dan Naomichi Ueda (Cecle Brugge).

Dari situ, jalannya jadi pemain profesional terbuka lebar. Apalagi setelah dirinya tercatat sebagai pencetak hat-trick termuda di Liga Jepang pada 2012. Berusia 18 tahun dan dua bulan ketika itu. Verdy tidak memiliki kesempatan untuk bersaing meraih gelar, Nakajima akhirnya hengkang ke rival sekota, FC Tokyo.

Bersama FC Tokyo, kemampuan Nakajima semakin terlihat. Sebagai kesebelasan yang sudah pernah membentuk talenta-talenta terbaik Negeri Matahari terbit seperti Tadanari Lee dan Yoshinari Muto, FC Tokyo tahu bagaimana memaksimalkan potensi Nakajima.

Ben Maxwell dari JTalkPod mendeskripsikan Nakajima sebagai pemain yang cepat dan memiliki kreativitas tinggi. Sebagai seorang suporter, ia hanya merasa Nakajima butuh waktu bermain yang lebih banyak lagi. Bukan sekedar sebagai pemain pengganti.

Meledak di Portugal

Sayangnya, sebelum Maxwell melihat Nakajima menjadi tumpuan FC Tokyo, Portimonense sudah datang menjemputnya. “Saya memutuskan untuk pergi ke Portugal. Terima kasih kepada para suporter atas dukungan kalian selama ini. Maaf saya tidak bisa memberikan piala sebagai tanda perpisahan. Saya senang bisa bermain untuk FC Tokyo dan sekarang saatnya berkembang,” kata Nakajima.

Nakajima hanya bermain selama 1.056 menit bersama FC Tokyo di musim terakhirnya. Ikut terlibat dalam lima gol dari 21 penampilan. Tapi di Portugal, dirinya benar-benar meledak! Mencetak 10 gol dan mengarsiteki 12 lainnya di musim pertama bersama Portimonense.

Nakajima menyelamatkan klub dari degradasi. Nakajima bahkan direkomendasikan Kepala Pelatih Portimonense Vitor Oliveira untuk berangkat ke Piala Dunia. “Sejak datang ke sini, dirinya sudah berkembang sangat pesat. Dirinya sudah berhasil membuktikan kualitasnya, dia layak ke Piala Dunia,” kata Oliveira.

“Dia adalah pemain yang gesit, tidak takut untuk melakukan adu fisik. Tapi juga pintar dan memiliki pemahaman taktik yang bagus. Ia terlihat sebagai pemain yang visioner,” tambah pelatih yang memiliki lima gelar divisi dua Portugal tersebut.

Penampilan Nakajima tidak lepas dari Vahid Halilhodzic yang menangani Samurai Biru. Dipanggil ke pertandingan uji coba melawan Belgia. Tapi pada akhirnya gagal mendapat tiket ke Rusia.

Musim 2017/2018 berakhir, Oliveira hengkang ke Gil Vicente, dan berbagai media Portugal mengatakan Nakajima juga akan ikut pergi meninggalkan Estadio Municipal. Bedasarkan performa seperti itu, namanya memang masuk dalam daftar incaran banyak klub Eropa.

Hampir Jadi Milik Wolves

Foto: Qatar Soccer

Wolverhampton disebut menjadi kesebelasan terdepan untuk mendaratkan Nakajima. Presiden Portimonense Rodiney Sampiao mengaku transaksinya dengan Wolves sudah rampung 80%. Nakajima akan dilepas ke Molineux dengan dana 20 juta Euro.

Tapi kemudian Al Duhail datang dengan dana yang lebih besar. Sebagai sebuah klub, sepakbola dijalankan tidak jauh dari aspek bisnis. Akhirnya Al Duhail merebut Nakajima dari Wolves. Itupun tanpa sepengetahuan kepala pelatih mereka, Antonio Folha.

“Saya tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi. Saya sadar Nakajima tampil luar biasa di sini dan akan sulit untuk menahannya. Tapi tidak ada yang membicarakan ini pada saya,” ungkap Folha.

Mungkin bagi Portimonense yang sebelumnya hanya mencatat lima juta Euro sebagai rekor penjualan, mendapat tujuh kali lipat dari Nakajima tidak membutuhkan izin kepala pelatih. Setidaknya tanpa Nakajima, Portimonense tetap bisa bertahan di divisi sepakbola Portugal.

Hanya Al Duhail saja yang rugi. Hanya dalam waktu enam bulan, mereka tahu bahwa investasi 35 juta Euro yang dikeluarkan untuk Nakajima tidak akan kembali. Nakajima hanya tampil tujuh kali dan mencetak satu gol sepanjang musim 2018/2019 di Qatar.

Sebelum Takefusa Kubo

Foto: Football Zone

Menurut laporan ZeroZero, Nakajima tidak merasa nyaman ada di sana. Cuacanya terlalu panas, atmosfer sepakbola kurang bergairah, dan level kompetisinya lebih rendah daripada Liga NOS. Uniknya, dia yang gagal ke Piala Dunia 2018 meski memperlihatkan performa menawan, justru dipanggil untuk Copa America 2019.

Jepang tersingkir di fase grup. Namun Nakajima tetap menjadi salah satu pemain terbaik mereka selama turnamen. Bahkan mencetak satu gol ke gawang Ekuador dan memastikan negaranya tidak berakhir sebagai juru kunci.

Publik sepakbola mungkin sudah tidak sabar menunggu Takefusa Kubo menjadi tulang punggung tim nasional Jepang. Apalagi setelah dirinya mendapat kontrak dari Real Madrid. Tapi sebelum hal itu terjadi, ada baiknya beban tersebut dipindahkan ke Shoya Nakajima.

Dia datang ke Eropa tanpa ekspektasi besar di pundaknya. Lalu meledak, menjadi rebutan berbagai klub. Memilih hengkang ke Qatar yang merupakan tuan rumah Piala Dunia 2022, gagal, tapi nilainya tidak rusak. Porto dan AS Monaco siap meluncurkan kembali Nakajima. Saat Piala Dunia di Qatar datang, Nakajima akan berusia 27 tahun dan mungkin hanya dia yang memiliki ambisi lebih di sana.