Sheffield United dipastikan promosi ke Premier League 2019/2020 setelah Leeds ditahan imbang 1-1 oleh Aston Villa (28/4). Menyusul Norwich City, the Blades naik menggantikan Fulham di divisi tertinggi sepakbola Inggris. Meraih 88 poin dari 35 pertandingan, anak-anak asuh Chris Wilder adalah kesebelasan yang paling jarang kebobolan di Championship 2018/2019.
Pertahanan yang digalang John Egan dan Jack O’Connell adalah landasan penting dalam taktik Wilder. Namun hal paling krusial yang ia lakukan di Sheffield United bukan membuat lini pertahanan the Blades menjadi kokoh. Seperti julukan mereka, ‘Sang Pisau’, Sheffield United harus tajam. Mendatangkan David McGoldrick secara cuma-cuma dari Ipswich Town adalah bisnis terbaik Wilder sepanjang musim.
Mencetak 15 gol dan arsiteki empat lainnya, McGoldrick lebih produktif dari Harry Wilson (Liverpool/Derby County) dan pemain incaran West Ham United, Bradley Dack. Raihannya memang jauh dari penyerang Norwich City, Teemu Pukki. Tapi kehadiran McGoldrick dapat membuat ikon the Blades, Billy Sharp, jadi momok berbahaya lagi depan gawang lawan.
Duet McGoldrick dan Sharp mencetak 38 dari 71 gol Sheffield United hingga pekan ke-45 Championship 2018/2019. Mencetak 23 di antaranya, Sharp hanya lima gol di bawah Pukki. Padahal pada musim sebelumnya, Sharp hanya membobol gawang lawan 13 kali dalam 34 pertandingan liga. Tak setajam namanya, Sharp.
The Skipper š„
On top of his Playerās Player of the Year award Billy Sharp was also awarded the Golden Boot award š #POTYAwards š„ pic.twitter.com/rTkT44bpIr
— Sheffield United (@SheffieldUnited) April 29, 2019
Memulai dari akademi Sheffield United, karier Billy Sharp tidaklah mudah. Neil Warnock yang menangani the Blades satu dekade lebih (1999-2007) tak memandang Sharp sebagai opsi di lini depan. “Dia [Warnock] pernah mengatakan saya penyerang terbaik di Sheffield United,” aku Sharp.
Mendapat pengakuan tapi tidak diberi kesempatan. Paul Shaw, Danny Cadamarteri, Andy Gray, Danny Webber, dan Steve Kabba lebih didahulukan oleh Warnock.Sharp dipinjamkan ke Rushden & Diamond, mencetak sembilan gol dalam 16 laga divisi empat Inggris, League Two.
Itu juga masih kurang di mata Warncok. Ia justru dijual seharga 100 ribu pauns ke Scunthorpe. Sharp membuktikan kualitasnya di Scunthorpe, cetak 23 gol di musim pertamanya. Kemudian bertambah menjadi 30 gol di musim kedua. Warnock pergi meninggalkan Bramall Lane pada 2007, Sharp akhirnya mendapatkan jalan pulang.
Kesempatan Kedua
Foto: Football Transfer Tavern
Sial bagi penyerang 5 Februari 1986 itu, Bryan Robson yang menggantikan Warnock juga memboyong James Beattie dari Everton. Beattie mendarat dengan dana transfer enam juta euro dari Goodison Park. Sementara Sharp hanya setengahnya. Wajar Sharp hanya pelapis Beattie.
Hingga 2018/2019, James Beattie masih tercatat sebagai pembelian termahal the Blades. Dana investasi itu dikembalikan Beattie dengan 22 gol dalam 39 pertandingan. Sedangkan Sharp hanya cetak empat gol dari 29 penampilan. Setelah Robson pergi, Sheffield United menujukĀ Kevin Blackwell sebagai nakhoda mereka.
Gaya permainan Blackwell yang lebih frontal dan mengutamakan bola-bola lambung, tidak cocok dengan Sharp. Ia kemudian dilego lagi oleh tim kesayangannya. Kali ini ke Doncaster Rovers. Sharp punya dua kesempatan dan gagal.
Status Ikon Sheffield United
Foto: EFL
Untungnya di Doncaster Sharp kembali menjadi pilihan utama seperti saat bermain untuk Scunthorpe. Torehan gol Sharp tidak meningkat. Namun, jauh lebih baik ketimbang saat kembali ke Sheffield United. Membela Doncaster selama dua setengah musim, Sharp selalu terlibat dalam 10 gol lebih.
Aneh tapi nyata, status ikon Billy Sharp di Sheffield United bisa dikatakan muncul berkat Doncaster Rovers. Menjelang partai lawan the Blades, Sharp berjanji cetak dua gol ke tim kesayangannya. Namun, manajer Doncaster saat itu, Sean O’Driscoll, kesal dengan Sharp yang inkonsiten.
“Jika kamu bermain seperti biasa, kuat dan merepotkan para bek, pasti bisa cetak gol ke gawang Sheffield United,” puji O’Driscoll. “Jika tidak, kamu hanya pemuda gendut dari Sheffield,” tambahnya. Sharp mencetak gol kemenangan Doncaster di pertandingan itu, Ia kemudian membuka kostumnya, memperlihatkan baju dengan tulisan: “Hanya pemuda gendut dari Sheffield“.
Performa Sharp menarik minat Southampton. Sharp mungkin harus kembali jadi pemain cadangan di St.Mary. Tapi Southampton saat itu adalah salah satu kesebelasan yang siap untuk promosi ke Premier League. “Saya akan membesarkan nama di Premier League,” kata Sharp.
Bergantian dengan Tadanari Lee sebagai tandem Rickie Lambert, Sharp bisa mencetak sembilan gol dari 986 menit yang ia dapat. Membobol gawang lawan 65 menit sekali, mimpi Premier League datang. Southampton promosi otomatis sebagai peringkat dua Championship, menemani Reading FC.
Mimpi Premier League
Foto: Scoopnest
“Kemudian mereka membeli Emmanuel Mayuka, saya dikorbakan. Padahal dia juga jarang bermain di sana!,” ungkap Sharp geram melihat mimpi ke Premier League sirna. Pergi dari Southampton, Sharp membangun reputasi sebagai petualang.
Membela Nottingham Forest, Reading, kembali berseragam Doncaster, dan meninggalkan mereka (lagi) untuk Leeds United. Semua dilakukan Sharp dalam empat musim. Setelah enam tahun bertualang, Sheffield United akhirnya membawa Sharp pulang.
Nigel Adkins yang menangani Sharp di Scunthorpe, Southampton dan Reading membawa pulang Si Gendut. Adkins memang punya tempat tersendiri untuk Sharp. Posisi Sharp di Southampton juga tersingkir karena Adkins pergi.
“Saya sepertinya tidak memiliki masa depan di Southampton. Saya belum nyaman di sini. Tapi saya juga tidak mau pindah lagi,” kata Sharp. Adkins memanggil, Sharp pun datang. “Saya sudah mengasuh Sharp di tiga kesebelasan berbeda,” kata Adkins. “Saya tidak sabar untuk bekerja dengan dirinya lagi,” lanjutnya.
Sisanya sejarah. Mimpinya untuk bermain di Premier League terwujud. Bukan bersama Southampton, Doncaster, Leeds United, Nottingham Forest, Reading, Scunthorpe, apalagi Rushmond & Diamond. Tapi bersama tim kesayangannya, Sheffield United!
Charlie austin is doing us fat boys proud at the minute,goals for fun,he carries that form on he will have 20 for xmas.
— billy sharp (@billysharp10) October 2, 2012
Billy Sharp mungkin dikenal sebagai pemain paling produktif di Inggris. Mencetak 228 gol sepanjan kariernya. Mengalahkan rekor Rickie Lambert (220). Namun, pada dasarnya dia hanyalah Si Gendut dari Sheffield.