Stefano “Teco” Cugurra, Bukan Kaleng-Kaleng

Foto: Liga-Indonesia.id

Maell Lee menggebrak dunia Instagram Indonesia. Dengan jargon bukan kaleng-kaleng, ia membuat namanya dikenal oleh para netizen di Indonesia.

Bukan kaleng-kaleng, merunut dari kamus bahasa daerah, yakni kamus Bahasa Medan, berarti sesuatu yang bagus, tidak mudah rusak, dan tidak abal-abal. Jika boleh diambil maknanya, ketika ada seseorang menyebut bahwa Anda itu bukan kaleng-kaleng, berarti Anda adalah orang yang berbakat, memiliki talenta, serta tentunya memiliki kemampuan.

Memang, berkat jargon bukan kaleng-kaleng ini, Maell membuat tanda sendiri bagi dirinya di dunia hiburan Indonesia. Profilnya sebagai Manusia Terkuat di Bumi dalam Instagram semakin menegaskan statusnya sebagai manusia bukan kaleng-kaleng. Namun, Maell tidak hanya bersembunyi di balik jargon tersebut.

Bukan kaleng-kaleng tidak hanya berhenti di jargon saja. Ia buktikan bukan kaleng-kaleng tersebut dengan konten kreatif yang biasa ia buat di Instagram dan Youtube. Konten yang mungkin biasa Anda lihat dan acap membuat Anda terpingkal-pingkal karenanya, apalagi ketika Maell menjatuhkan diri dari Kodrat, nama motor yang biasa ia tumpangi.

Perkara bukan kaleng-kaleng ini, ada satu pelatih di Indonesia yang baru-baru ini sukses membuktikan dirinya bukan kaleng-kaleng. Ia baru saja mengantarkan timnya juara Liga 1 2018. Ia juga didapuk sebagai pelatih terbaik di ajang Liga 1 2018. Siapakah pelatih tersebut? Namanya adalah Alessandro Stefano Cugurra Rodrigues, atau yang akrab disapa dengan sebutan Teco.

Jalan panjang ia lalui untuk membuktikan dirinya bukan kaleng-kaleng.

***

Stefano Cugurra datang ke Persija saat keadaan tim sedang tidak dalam kondisi yang bagus. Ditinggalkan oleh Muhamad Zein Al-Hadad atau yang akrab disapa Mamak, pada awal 2017, tidak ada bayangan bagi Persija untuk menjuarai liga. Malah, menduduki papan atas di akhir musim mungkin menjadi mimpi yang jauh.

Apalagi, di 5 laga awal Liga 1 2017, Persija gagal membukukan kemenangan. Tiga poin baru mereka raih saat menaklukkan Arema FC pada pekan 8. Inkonsistensi juga kerap melanda Persija, sehingga mereka sulit bersaing dengan tim papan atas Liga 1 yang lain. Teco, selain sibuk karena mengurus KITAS (Kartu Izin Tinggal Sementara), juga masih berusaha untuk mengintegrasikan apa yang ia inginkan dengan skuat Persija.

Kesabaran manajemen dengan tidak memecatnya (isu ini sempat berembus beberapa kali) membuahkan hasil pada 2017. Pekan keenam sampai pekan ke-17, Persija sama sekali tidak tersentuh kekalahan. Laga di bulan Ramadan 2017, yakni menghadapi Arema FC, PS TNI, Perseru Serui, dan Sriwijaya FC, berhasil mereka akhiri dengan kemenangan.

Rentetan hasil positif ini membuat Persija mampu tampil lebih solid. Pada putaran kedua Liga 1 2017, Persija sudah menjelma menjadi salah satu tim kuat di ajang Liga 1. Di akhir musim, peringkat keempat sukses mereka kunci, dengan raihan 61 poin hasil dari 17 kemenangan, 10 hasil imbang, dan 7 kali kalah.

Hasil apik di ajang Liga 1 2017 membuat Teco dipertahankan manajemen. Ditopang oleh rekrutan-rekrutan apik, macam Marko Simic dan Riko Simanjuntak, menambah kekuatan Persija. Dua gelar turnamen pramusim, yakni Piala Presiden 2018 dan Boost Sportsflix Super Cup sukses mereka dapat. Tapi, bukan berarti Teco menjalankan tugasnya dengan mudah di ajang Liga 1 2018.

Di awal-awal liga, Teco sempat kelimpungan mengatur skuat Persija karena mereka juga tampil di ajang AFC Cup 2018. Pengorbanan besar yang mereka lakukan di ajang liga sukses membawa mereka menembus babak semifinal zona ASEAN AFC Cup 2018. Sayang, di babak ini, mereka kalah dari Home United. Di liga, mereka juga sempat turun ke peringkat ke-10.

Seperti halnya 2017, Teco kembali berada di ambang pemecatan. Nama Rahmad Darmawan bahkan sempat dikabarkan akan menjadi mengganti pelatih asal Brasil tersebut. Namun, Teco bergeming. Ia lebih senang menjawab semua kritikan tersebut dengan prestasi. Hasilnya, total 37 poin, hasil dari 11 kemenangan, 4 hasil imbang, dan 2 kali kalah, membawa Persija ke puncak klasemen.

Mereka pun jadi juara, dan membuat publik ibukota, terutama Jakmania berpesta pora. Di balik puja-puji terhadap Simic, Riko, Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, dan Rezaldi Hehanusa, ada nama Teco yang tak boleh dilupakan begitu saja.

***

Jika menilik, sebenarnya ada kemiripan antara Maell Lee dan Teco ini. Keduanya, tanpa memedulikan kritik, keadaan, serta situasi yang mengelilingi mereka, sukses membuktikan diri sebagai sosok bukan kaleng-kaleng. Saat Maell membuktikannya lewat konten di Youtube dan Instagram, Teco membuktikannya lewat bagaimana caranya ia mengolah Persija dalam dua musim terakhir.

Sadar bahwa Persija punya kekuatan defense yang baik, Teco membentuk Persija dari pertahanan terlebih dulu, Skema 4-4-2, yang bisa berubah jadi 4-2-3-1 ketika menyerang, menjadi skema andalan Teco, dengan pusat permainan yang berada di pertahanan. Dengan pertahanan kuat ini, Teco membawa Persija jadi tim yang disegani.

Pada ajang Liga 1 2017, meski menduduki peringkat empat, Persija menjadi tim dengan catatan kebobolan terendah, yakni 24 gol saja, mengungguli Persib, Persipura, Borneo FC, Bali United, bahkan sang kampiun, Bhayangkara FC. Pertahanan kuat ini, sayangnya, pada musim 2017 tak diiringi dengan penyerangan yang begitu bagus.

Penyempurnaan dilakukan Teco pada musim 2018. Kembali menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit, yakni 36 gol (unggul atas Bhayangkara FC, Persib, Perseru, Arema FC, serta PSM), kehadiran Simic dan Riko menyempurnakan daya dobrak Persija di lini serang. Total 53 gol mereka cetak, menjadikan mereka tim dengan selisih gol terbanyak di Liga 1 2018, yakni 17 gol.

Menelisik skema pertahanan Teco memang menarik. Di sini, ada peran dari Sandi Sute sebagai tukang pukul di lini tengah Persija. Membantu Maman Abdurrahman dan Jaimerson di lini pertahanan, Sandi kerap menjadi penyaring serangan di lini tengah. Dibantu Rohit Chand selaku distributor juga pemain yang kerap menjalankan peran box-to-box, pertahanan Persija menjadi pertahanan yang kuat.

Tak jarang, enam pemain dengan jarak yang rapat berada di area sepertiga akhir Persija. Hal ini menyulitkan pemain lawan membongkar pertahanan ‘Macan Kemayoran’. Apalagi, di musim ini skema serangan balik Persija semakin apik dengan kehadiran Riko di sisi sayap.

Intinya, dalam dua musim, Teco sukses membentuk kerangka tim Persija sesuai dengan yang ia inginkan. Kerangka yang, akhirnya, membawa Persija meraih gelar juara.

***

Memang, gelar liga dan gelar pelatih terbaik yang didapat Teco ini sedikit tidak wangi. Isu pengaturan skor yang sempat heboh di akhir Liga 1 2018 menyeret nama Persija sebagai salah satu klub yang dianggap banyak melakukan pengaturan skor. Maka, selain Jakmania, gelar juara liga ini tampak tak menyenangkan bagi banyak pihak.

Tapi, jika mau menilik sejenak, apresiasi tentu patut diberikan kepada Teco. Terlepas dari nama Mario Gomez dan Robert Rene Alberts yang juga masuk nominasi, nama Teco juga layak dianugerahi gelar sebagai pelatih terbaik, terlepas dari situasi negatif yang mengelilingi klub yang ia antar menjadi juara.

Karena, Teco adalah sosok bukan kaleng-kaleng yang mampu membikin kerangka tim sesuai yang ia inginkan, memolesnya, dan mengantarkannya menjadi juara.