RB Leipzig memanglah kesebelasan yang beruntung. Meskipun kelahiran klub tergolong kontroversial, mereka berhasil membuktikan diri sebagai salah satu kesebelasan terbaik Jerman dalam waktu singkat. RBL baru promosi ke 1.Bundesliga pada 2016/2017. Tetapi sejak saat itu, mereka selalu mewakili Jerman di kompetisi antar klub Eropa.
Koneksi dengan kesebelasan RedBull lainnya menjadi kunci keberhasilan RBL di Jerman. Terutama RedBull Salzburg. Menurut Transfermarkt, sejak 2012 sudah ada 15 pemain dikirim dari Salzburg ke Liepzig. Termasuk Naby Keita dan Dayot Upamecano.
Salzburg bukanlah satu-satunya klub milik RedBull di luar Jerman. Mereka juga memiliki klub sepakbola di Amerika Serikat, Ghana, dan Brasil. Tapi Salzburg selalu menjadi tempat utama RBL mencari talenta. Setidaknya hingga 2019, saat Tyler Adams diboyong dari New York RedBull ke Leipzig.
Adams diboyong Asisten Pelatih RB Leipzig Jesse Marsch dengan dana 2,6 juta euro. Ikut dengan Marsch ke Jerman, Adams langsung menjadi bagian penting dalam tim asuhan Ralf Rangnick di paruh kedua musim 2018/2019. Jika pahanya tak bermasalah, mungkin Adams akan selalu tampil untuk RBL.
“Saya tentu membantu Adams untuk adaptasi. Tapi kita semua tahu bahwa dirinya adalah pemain potensial dan akan bermain baik di sini,” kata Marsh. Adams dirinya akan dituntut lebih baik lagi ketimbang saat membela NYRB. Apalagi permainan di 1.Bundesliga berbeda dengan Major League Soccer (MLS).
“Tempo permainan di sini sangat cepat. Kesalahan sedikit saja bisa dihukum oleh tim lawan,” buka Adams. “Anda ditutut untuk memperlihatkan kemampuan terbaik setiap pekannya. Tapi itu wajar, di sini kita juga pemain-pemain terbaik Eropa,” lanjutnya.
Kepekaan Adams membantu penampilannya di 1.Bundesliga menjadi prima. “Dia datang dan melanjutkan performanya di New York. Memang butuh adaptasi tapi Adams seperti sudah bertahun-tahun ada di sini [Leipzig],” puji Rangnick.
Koneksi antara RBL dan RedBull New York juga disebut sebagai salah satu kunci keberhasilan Adams di Leipzig. “Filosofi yang diterapkan RBL dan NYRB tidak terlalu berbeda. Itu merupakan kunci Adams untuk adaptasi di Jerman,” ungkap jurnalis Pro Soccer USA, Anton Zirk.
Terinspirasi Freddy Adu
Foto: The Big Lead
Memulai karier sepakbolanya di akademi RedBull, Adams menjadikan mantan wonderkid Amerika Serikat, Freddy Adu sebagai panutan utamanya. Adu dikenal dunia sebagai sosok yang gagal total. Sempat disebut ‘Pele dari Amerika Serikat’, ia gagal membuktikan dirinya di Benfica.
Sempat juga membela Belenenses dan AS Monaco sebagai pemain pinjaman. Meskipun tidak sesuai ekspektasi, setidaknya ia diberi kesempatan untuk membuktikan diri oleh Benfica.
AS Monaco dikenal pernah menghasilkan pemain-pemain terbakat seperti Thierry Henry dan Emmanuel Petit. Sedangkan Belenenses bertanggungjawab atas peningkatan karier Dayverson dan Edgar Ie. Jadi wajar Adu dikirim ke sana.
Tapi tidak lama, dirinya harus bertualang sampai Serbia dan Finlandia karena gagal mendapat tempat di liga-liga ternama Eropa. Setelah itu, Adu jadi lelucon di dunia sepakbola. Bukti nyata bagaimana pemain muda terkadang mendapatkan lampu sorot berlebihan dan akhirnya mengecewakan.
Citra itu begitu melekat kepada Adu. Tapi Adams tidak melihat mantan pemain tim nasional Amerika Serikat tersebut sebagai sebuah kegagalan. “Ia sering kali dianggap lelucon. Tapi ia adalah sosok yang membuat pemain-pemain muda Amerika Serikat bisa bermimpi. Adu memang tidak sukses, tapi dirinya harus dihargai. Saya tidak senang jika ada orang yang menjadikan Adu sebagai lelucon,” kata Adams.
Pengaruh Pulisic dan Buka Jalan Untuk NYRB
Tyler Adams and Christian Pulisic swap jerseys after Leipzig/Dortmund pic.twitter.com/ZbO2qBUtXe
— USMNT Only (@usmntonly) January 20, 2019
Adams melihat kesuksesannya di 1.Bundesliga tidak lepas dari Adu. “Saya adalah sosok yang lahir di kota kecil. Tapi kami memiliki banyak talenta. Sangat sulit untuk mendapat pengakuan dunia di daerah seperti itu,” akunya.
Namun Adams juga tahu bahwa bukan Adu yang membuka jalan kepada pemain-pemain muda Amerika Serikat untuk berkiprah di Jerman. Jalan itu baru dibukakan oleh Christian Pulisic. Hampir satu dekade setelah fenomena Adu.
“Pulisic memberikan jalan untuk pemuda Amerika Serikat ke Jerman. Maksud saya, Anda bisa saja mendatangkan pemain dari MLS. Tapi jika dirinya tak mencapai level Pulisic, atau bahkan gagal. Belum tentu hal seperti ini terjadi,” kata Adams.
Tyler Adams terlihat selalu memberikan penghargaan kepada pemain lain untuk kariernya. Baik Adu yang menjadi inspirasinya atau Pulisic sebagai pembuka jalan ke 1.Bundesliga. Padahal ia juga bisa menjadi sosok yang mengubah nasib New York Red Bull.
Sebelum Adams mendarat di Leipzig, NYRB sudah mengirimkan enam pemain ke liga top Eropa. Sayangnya, Jozy Altidore, Matt Miazga, Tim Ream, Cheriffe Maman-Toure, dan Clint Matis tak bisa merasakan kesuksesan.
Hanya Tim Howard yang kariernya terbukti di Eropa. Dengan keberhasilan Adams dalam empat sampai lima bulan pertamanya di 1.Bundesliga, mungkin akan lebih banyak lagi kesebelasan Eropa yang mengincar pemain NYRB.