Sepakbola adalah permainan dengan penuh penafsiran dan pendekatan untuk meraih kemenangan. Seperti ujaran Karl Marx bahwa “Filsuf melihat dunia dengan cara berbeda,” seorang filsuf sepakbola lahir dari negara di mana sistem sosialis diterapkan, Valeriy Lobanovskyi. Lahir di Kiev, Uni Soviet (sekarang Ukraina). Mengenang Lobanovskyi sama dengan mengkhidmati bagaimana seorang filsuf lahir beserta pemikirannya.
Pemikiran pragmatis
Mungkin membahas Lobanovskyi, akan sangat lekat dengan pendekatan pragmatis: kerjasama tim di atas kualitas individu, atau dalam artian lain diterjemahkan sebagai bermain sesuai kemampuan dan kapasitas tim. Lobanovskyi melakukan pendekatan ala piramida di mana persiapan sebelum bertanding sangat penting untuk menentukan hasil akhir. Tiga tahapan dalam piramida tersebut adalah: persiapan fisik dan mental pemain, taktik serta tugas spesifik untuk tiap pemain, dan mempelajari strategi lawan untuk memenangkan sebuah kompetisi.
Kejeniusan Lobanovskyi bukan tanpa dasar, dirinya merupakan sosok yang amat cerdas dan teliti. Tidak heran ketika SMP dirinya adalah pemenang Olimpiade Matematika Nasional Uni Soviet tahun 1953. Lobanovskyi lahir pada tahun 1939. Semua terasa tepat bagi sosoknya. Ketika Lobanovskyi tumbuh dewasa Uni Soviet sedang gila-gilaan dalam teknologi, termasuk ambisi menuju luar angkasa dan adanya departemen teknologi dan komputer di Uni Soviet.
Tahun 1963 adalah momen dimana PC atau komputer pertama dipasarkan, pada era ini, Lobanovskyi sedang belajar di Kyivan Polytechnic Institute mempelajari Teknik Geotermal di mana saat itu Lobanovskyi menggunakan komputer dan keahliannya di bidang matematika.
Saat itu sepakbola adalah tidak lebih dari 11 individu yang bermain. Tidak ada kemampuan secara tim yang bisa mengalahkan Teknik individu. Memang saat itu sudah ditemukan beberapa variasi taktik, namun semuanya kembali kepada kemampuan individu pemain dalam kesebelasan tersebut. Atau dengan kata lain apabila secara kualitas individu sebuah kesebelasan di atas lawannya, maka tidak ada peluang bagi lawan mencetak gol atau meraih kemenangan.
Fenomena yang sangat mengganggu bagi Lobanovskyi, menurutnya ketika ada 11 orang bermain dalam satu tim, mestinya mereka bisa mengeluarkan potensi terbaik tim dan mengalahkan kualitas individu. Sebuah pemikiran ala sarjana Teknik yang dibawa oleh Lobanovskyi ke sepakbola.
Lobanovskyi kemudian membentuk sebuah sistem dengan 22 elemen dan 2 sub sistem. 2 sub sistem tersebut adalah pergerakan dalam lapangan (The Pitch) dan perubahan dari luar (the laws of the game). Lanjut Lobanovskyi secara sederhana ia menyebut apabila ada dua kesebelasan menggunakan masing-masing satu sub sistem yang ia kemukakan maka hasilnya adalah imbang.
Sampai pada akhirnya ia menarik kesimpulan bahwa dari dua sub sistem yang dikemukakan akan muncul efisiensi ketika individu saling bekerja, bukan mementingkan permainannya sendiri. Sepakbola menurutnya adalah contoh kecil bagaimana hidup selalu berupa angka. “Pada akhirnya dalam hidup semua adalah tentang angka,” ujar Lobanovskyi.
Kesimpulan itu ia dapatkan ketika melihat Dynamo Moscow yang saat itu dilatih Maslov, meraih gelar juara. Sedangkan Sahktar Donetsk yang dilatihnya dengan teori segitiga terbalik terdampar ke posisi ke-14. Yang membuat Lobanovskyi frustrasi adalah permainan Maslov yang “anti-football” atau bentuk bertahan total. Anti-Football ini akan menjadi dasar Catenacio yang melegenda nantinya.
Lobanovskyi kemudian bergabung dengan Dnipro Dinpropetrovsk, yang kala itu berlaga di divisi dua Uni Soviyet. Bersama Dnipro-lah, Lobanovskyi bisa mengejawantahkan taktiknya sesuai dengan yang ia inginkan.
Dnipro dibawanya promosi ke liga tertinggi dan hanya dalam waktu tiga tahun, Dnipro finish di belakang Dynamo Kyiv. Namun yang lebih menguntungkan bagi Lobanovskyi adalah pertemuannya dengan Antoliy Zelentsov, ahli Bioenergetika, yang spesifik kepada pemanfaatan energi dari metabolism tubuh.
Pertemuannya dengan Zelentsov membawa keahilan Lobanovskyi menjadi lebih baik. Zelentsov menjadi pengawas mengenai makanan, intensitas latihan dan program latihan bagi Lobanovskyi. Keduanya terus bekerja sama hingga akhirnya Dynamo Kyiv memanggil mereka berdua.
Taktik dan persiapan ala Lobanovskyi
Zelentsov dan Lobanovskyi, keduanya adalah komposisi sempurnda dan menjadi model dalam kepelatihan sepakbola modern. Semua terencana hingga mencakup aspek individu. Lobanovksi menyiapkan secara taktikal, sedangkan Zelentsov lebih berperan untuk menyusun skema recovery dan persiapan jelang pertandingan.
Yang menarik, Lobanovskyi juga membuat para pemainnya bisa melakukan pressing seperti Rinus Michels Bersama Ajax. Dua aturan sederhana Lobanovskyi kemudian muncul : ketika menyerang buat permainan seterbuka mungkin ketika melakukan serangan dan membuat ruang sekecil mungkin bagi lawan kala bertahan. Sebuah permainan yang kita kenal dengan Gegenpressing ala Klopp modern ini.
Serupa dengan Klopp, Lobanovskyi meminta para pemain serang bisa bertahan atau sebaliknya, menuntut pemain bertahan untuk membantu serangan. Semua terkomando apik Bersama Zelentsov yang berperan dalam kondisi dan kesiapan pemain jelang laga.
Bersama Dynamo Kyiv, Lobanovskyi menyumbangkan total 31 gelar termasuk 1 UEFA Super Cup dan 2 UEFA Cup, namun yang paling terkenal dari Lobanovskyi adalah tiga tim terhebat yang ia racik : Dynamo Kyiv tahun 1975, 1986 dan 1999. Bahkan Dynamo Kyiv tahun 1986 adalah idola dari Andriy Shevchenko.
Sosok yang dihormati
Lobanovskyi kemudian menjadi pelatih Uni Soviyet namun kurang begitu berhasil, gagal memberikan gelar bagi Negaranya. Prestasi terbaik Lobanovskyi adalah membawa Negaranya menjadi runner-up Piala Eropa 1988. Saat itu Ia dikalahkan Belanda dengan skema yang sama, dan seperti yang ia perkirakan, pertandingan berjalan ketat dan menarik.
Lobanovskyi bukanlah sosok yang mudah tersenyum atau menarik. Ia lebih banyak diam dengan mimic yang muram. Tetapi tidak menghentikan sosoknya sebagai pria yang dihormati. Patungnya berdiri tegak di depan Stadion Kyiv, pun terdapat perangko khusus dengan wajahnya sebagai sosok pahlawan sepakbola Uni Soviyet dan Ukraina.
Ia juga gemar mengorbitkan pemain muda dari Ukraina seperti Oleg Blokhin (pernah menjadi pelatih Ukraina), Igor Belanov, Alexander Zavarov, dan Vasily Rats adalah sedikit pemain yang pernah mendapat kesempatan dilatih oleh Lobanovskyi.
Yang paling termahsyur adalah Shevchenko, striker tajam ini merasa berutang banyak pada Lobanovskyi. Sheva menilai sosok Lobanovskyi sukses membentuknya menjadi striker tajam. Lanjut Sheva ia meriplkasi sosok Oleg Blokhin. Tajam di depan, bermain menekan dan tanpa kompromi dalam melakukan duel.
Di balik semua itu, Sheva menyebut rasa terima kasih terbesarnya pada Lobanovskyi adalah membantunya berhenti merokok di usia muda.
“Lobanovskyi adalah sosok penting dalam karier saya, ia yang membentuk saya penjadi seorang pemain yang baik. Satu hal paling saya tak bisa lupakan adalah caranya membuat saya berhenti dari kecanduan rokok ketika saya masih muda,” ungkap Sheva.
Lobanovskyi tutup usia pada 2002, ia berumur 63 tahun saat itu. Namun jasanya tetap dikenang sebagai sosok yang menginspirasi sepakbola Uni Soviyet secara keseluruhan. Pun dengan sepakbola modern. Mantan Presiden Ukraina Leonid Kuchma, bahkan menyebut bahwa Lobanovskyi adalah bapak sepakbola Ukraina.