Promosi Harga Mati Bagi Palermo!

Foto: Mondo Calcio News

Duduk di peringkat tiga klasemen sementara Serie-B, Palermo hanya terpaut empat poin dari dua kesebelasan di atas mereka, Lecce dan Brescia. Secara matematis, dengan tujuh pertandingan tersisa, I Rosanero masih bisa menjadi juara divisi dua sepakbola Italia. Atau setidaknya promosi otomatis dengan menggeser Lecce atau Brescia dari dua teratas.

Namun, Ilija Nestorovski dan kawan-kawan juga baru saja menelan kekalahan. Ditekuk 2-3 oleh Pescara (3/4) meski sempat unggul 2-1 terlebih dahulu. Kekalahan itu membuat posisi Palermo di tiga besar Serie-B tidak aman. Ditempel Hellas Verona dan Pescara yang hanya selisih dua poin dengan Rosanero.

Memasuki 2019, performa anak-anak asuh Roberto Stellone memang mengkhawatirkan. Sempat memuncaki klasemen, Palermo terlempar dari puncak sejak pekan ke-22 karena imbang tanpa gol melawan Foggia. Pada delapan pertandingan berikutnya, mereka hanya menang tiga kali dan mengumpulkan 12 dari 24 poin yang tersedia.

Padahal, promosi merupakan kewajiban untuk Palermo. Jika tidak, ada peluang bagi klub asal Sisilia itu bankrut dan dibubarkan. Kisah lama dari era perang dunia pertama dapat terulang.

Kestabilan ekonomi merupakan salah satu kebanggan Palermo sejak dikuasai Maurizio Zamparini (2002-2018). Selalu memiliki keuangan yang stabil dengan menjual pemain-pemain berkualitas seperti Edison Cavani, Luca Toni, dan Amauri. Namun, pada 2015 Zamparini mengaku mengalami kerugian 100 juta euro dari Palermo.

“Setiap tahun saya harus menutup kerugian. Saya memberikan investasi 100 juta euro yang tak akan bisa didapatkan kembali. Penjualan Paulo Dybala dan lain-lain merupakan cara menutup kerugian itu. Tapi saya tidak mau lagi merugi,” kata Zamparini.

“Saya akan mencari investor baru. Entah itu dari Tiongkok, Arab Saudi, atau Rusia, mereka yang tidak merasa rugi saat kehilangan uang. Penghasilan Palermo setiap tahunnya hanya 50 juta euro. Jauh dari kesebelasan seperti Juventus (350 juta), Inter dan AC Milan (280 juta), ataupun Napoli (200 juta),” jelasnya.

Zamparini disebut siap melepas Rosanero dengan harga 50 juta euro. Sayangnya, harga itu dianggap terlalu mahal. Dirinya kemudian menyerah dan melepas kesebelasan berlambang elang itu dengan harga 10 euro. Bukan 10 ribu, juta, apalagi miliar. Hanya 10 euro, sekitar 160 ribu rupiah!

“Kita harus melihat gambaran besarnya. Pemilik baru ini berjanji akan membayar hutang 22,8 juta euro yang dimiliki Palermo. Kemudian membangun fasilitas dan stadion baru,” kata Zamparini. Tapi hanya tiga bulan berlalu, Februari 2019, investor asal Inggris yang mengambil alih Palermo dari Zamparini mengaku tidak sanggup melunasi hutang klub.

Palermo Sudah Lama Bankrut

Foto: Repubblica

Daniela De Angeli yang dekat dengan sosok Zamparini akhirnya mengambil alih kendali. Zamparini sendiri masih memiliki andil besar di Palermo meski tidak lagi tercatat sebagai pemilik. Ulahnya selama menjabat sebagai presiden klub membuat masa depan Palermo terancam.

Asosiasi Sepakbola Italia mengatakan bahwa selama ini Zamparini memalsukan laporan keuangan klub untuk menghindari status bankrut. Mengaku mendapatkan pinjaman uang sebesar 21 juta euro dari perusahaan Luksemburg, Alyssa, agar membuat Palermo tetap hidup.

Masalah ini sekarang hanya bisa diselesaikan apabila ada investor baru yang punya kemampuan membersihkan keuangan Palermo. Bukan De Angeli yang hanya seperti boneka Zamparini. Promosi ke Serie-A adalah cara paling efektif untuk mendapatkan perhatian dari calon investor tersebut.

Promosi Satu-Satunya Jalan

Presiden Palermo saat ini, Rino Foschi, bahkan telah bertemu dengan para pemain untuk membahas masalah ini. “Ada beberapa peminat yang bisa menyelamatkan klub ini. Salah satunya adalah York Capital dari Amerika Serikat,” buka Foschi.

“Bagaimana juga, semua tergantung di lapangan. Semakin dekat kita dengan Serie-A, peluang untuk mendapatkan investor baru juga kian terbuka. Ini adalah solusi terbaik. Serie-A akan memberikan lebih banyak sorotan dan menarik minat,” katanya.

Nakhoda Rosanero, Roberto Stellone mencanangkan hal serupa ketika ditanya soal peluang tim asuhannya promosi otomatis ke Serie-A. “Kita harus tenang, karena bersama-sama tim ini kuat. Kita adalah salah satu yang terbaik di liga. Baik dalam urusan menyerang ataupun bertahan. Sekarang saatnya meluapkan amarah kegagalan musim lalu dan mungkin tim ini akan menyapu bersih semua pertandingan tersisa,” kata Stellone.

Memori Kelam Masa Lalu

Kata-kata itu keluar dari mulut Stellone sebelum partai melawan Pescara. Kenyataannya, mereka tidak bisa menyapu bersih laga yang tersisa. Memori musim lalu tak ayal muncul lagi. Tampil impresif selama paruh pertama sampai bisa memuncaki klasemen, sebelum akhirnya kalah di final play-off melawan Frosinone.

Masalahnya setelah musim 2018/2019 berakhir, Palermo belum tentu bisa bertahan hidup. Ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk kembali ke Serie-A.

Memiliki predikat sebagai salah satu gudang talenta di Serie-A, pernah jadi wakil tetap Italia di UEFA Cup selama tiga tahun (2005-2008), dan menjuarai Coppa Italia 2010/2011, Rosanero dapat memiliki nasib yang sama dengan Parma. Padahal satu janji Foschi saat ditunjuk sebagai Presiden Palermo adalah memastikan klub tersebut tidak akan menjadi seperti Parma.