Proyek Wonderkid Juventus Awal 2000-an yang Berakhir Gagal

Sekitar awal millenium baru, Juventus memulai proyek wonderkid untuk mengumpulkan para pemain muda terbaik dunia dalam satu tim. Mereka pun berburu bakat-bakat baru dari berbagai negara, dan merekrutnya untuk dikembangkan sebagai calon pemain bintang dunia. I Bianconeri bukan hanya berharap para pemain muda ini bisa masuk ke tim utama mereka, tapi juga demi keuntungan materi.

Sayangnya, proyek tersebut malah berakhir dengan kegagalan. Hingga beberapa musim kemudian, tak satupun yang mampu memenuhi target seperti yang diharapkan.

Bahkan, sebagian di antaranya malah terpaksa pergi tanpa menit bermain sama sekali bersama Juventus dalam pertandingan resmi. Berikut beberapa wonderkid yang pernah direkrut Juventus dalam proyek pada awal era 2000-an itu.

Andreas Isaksson (Swedia)

Dia dikenal sebagai calon kiper hebat, hingga direkrut Juventus dari klub kecil Swedia, Trelleborgs FF pada Juli 1999. Saat itu, usianya belum 18 tahun, dihargai 1,5 juta Euro. Isaksson sempat semusim bersama tim primavera sebelum ditarik ke skuad senior yang saat itu dihuni kiper Edwin van der Sar.

Sayangnya, dia tidak bertahan lama. Januari 2001, Isaksson kembali ke Swedia bergabung dengan Djurgardens IF. Namun, sejak itu kesempatan jadi kiper utama datang padanya, termasuk di timnas, hingga Rennes, lalu jadi juara bersama PSV Eindhoven, setelah sempat membela Mancehster City.

Ronnie O’Brien (Republik Irlandia)

Karir O’Brien dimulai dengan sangat menjanjikan, ketika usia 18 tahun direkrut klub Premier League Middlesbrough. Tapi, sang gelandang gagal berkembang, sehingga dua tahun kemudian dilepas free transfer ke klub Swiss, AC Bellinzona. Anehnya, tiba-tiba malah datang tawaran untuknya dari Italia.

Hanya selang dua bulan, O’Brien gabung ke Juventus. Seniornya di Boro, Paul Merson yang memberi rekomendasi, setelah mengaku terkesan dengan bakatnya. Faktanya, dia tidak pernah mendapatkan kesempatan di Turin, lebih sering dipinjamkan, dan pada 2002 pindah ke MLS hingga akhir kariernya.

Matteo Brighi (Italia)

Jadi pemain terhebat di game FIFA 2003 setelah striker Brasil, Ronaldo, banyak orang yang penasaran dengan sosok Brighi. Dia direkrut Juventus dari klub Serie C2, Rimini di musim panas 1999 saat masih 18 tahun. Tapi, menunggu semusim untuk pindah ke Turin karena menunggu selesai pendidikannya.

Setelahnya, Brighi sempat membuat 11 penampilan bersama La Vecchia Signora di Serie A. Tapi, dia tak pernah benar-benar tumbuh menjadi gelandang hebat. Meski sempat membela timnas, namun perjalanannya lebih banyak dihabiskan dalam peminjaman, termasuk setelah bergabung ke AS Roma.

Sergio de Windt (Belanda)

Di usia 18 tahun, de Windt dipinang Juventus dari akademi Ajax pada musim panas 2000. Tapi, dia diproyeksikan untuk tim primavera dengan harapan bisa berkembang dan masuk tim utama. Apalagi legenda Nyonya Tua, Edgar Davids menjadi orang yang memberi rekomendasi untuk merekrutnya.

Hanya saja, de Windt gagal menghadirkan kesan yang baik. Tak pernah promosi ke tim senior, dua tahun kemudian dia dilepas. Eks bek timnas Belanda U-15 dan U-18 itu sempat tanpa klub selama dua musim, sebelum akhirnya berkarier di klub-klub amatir sampai memilih pensiun di usia 30 tahun.

Vincent Pericard (Prancis)

Juventus merekrut penyerang ini jelang ulang tahun ke-18 pada musim panas 2000, setelah sukses bersama Saint-Etienne. Media menyebutnya punya masa depan cerah, hingga jurnalis Prancis, Julien Courbet membuat film dokumenter tentang Pericard berjudul “the man who will be worth billions”.

Tapi dia hanya membuat satu penampilan dalam dua musim, sebagai pengganti pada 20 Maret 2002, beberapa bulan sebelum dipinjamkan ke Portsmouth. Hanya saja, Perigard malah mengaku kariernya hancur karena ulah menggoda wanita yang ternyata pacar Wakil Presiden Juventus, Roberto Bettega.

Fabian Carini (Uruguay)

Kedatangan Carini seiring dengan akhir dari salah satu wonderkid Juventus, Isaksson yang sama-sama berposisi sebagai kiper. Namun, kiper internasional Uruguay ini bernasib sedikit lebih baik di Turin. Talentanya pun dihargai jauh lebih mahal, 8,3 juta Euro pada musim panas 2000 di usianya 20 tahun.

Carini juga sempat merasakan delapan penampilan di Serie A, sebelum pada 2002 dipinjamkan ke Standard Liege selama dua musim. Sementara itu, Juventus juga mendapat keuntungan tak langsung, ketika Inter Milan bersedia menerimanya sebagai pertukaran dengan Fabio Cannavaro pada 2004.

Tomas Guzman (Paraguay)

Striker Paraguay U-20 ini masuk akademi Juventus setelah meninggalkan klub tanah kelahirannya, Presidente Hayes pada 2000. Setahun kemudian, usia 19 tahun, Guzman dipromosikan ke tim utama. Beberapa hari setelah ulang tahun ke-20 pada Maret 2002, dia menjalani debut di Liga Champions.

Hanya saja, dia gagal bersaing dengan striker seperti Alessandro del Piero dan David Trezeguet. Tapi, meski dipinjamkan sebanyak lima kali, Guzman bertahan lebih lama dibanding wonderkid lain. Ketika Juventus turun ke Serie B 2006/2007 karena kasus Calciopoli, dia juga turut membantu tim berjuang.

Sumber: Planet Football