Radja Nainggolan, Inter Milan, dan Indisipliner

Foto: Scroll.in

Inter Milan telah membuat pernyataan resmi soal penangguhan Radja Nainggolan yang divonis melakukan tindak indisipliner. Nainggolan dihukum lantaran terlambat latihan di sesi latihan reguler awal pekan ini. Ia juga mendapat denda finansial sebesar 100 ribu euro.

Selain itu, Radja Nainggolan juga sempat menabrakan mobilnya di hari pertama ketika ia datang ke Inter. Sebuah ban meledak di atas Ferrari Lusso-nya ketika ia melakukan perjalanan ke utara dari Roma ke Milan untuk pelatihan pra-musim. Hal itu menyebabkan mobilnya membelok ke pagar pembatas jalan tol. Akibatnya kecelakaan pun tak terhindarkan.

Kabar tersebut langsung menjadi headline media Italia, dan membuat Inter sedikit terganggu. Meski sebenarnya kecelakaan itu bukan kesalahan murni Nainggolan, namun, jika melihat dari catatan-catatan sebelumnya, rasanya kecelakaan itu seperti pertanda bagi hal buruk untuk Inter.

Internazionale sendiri telah membayar mahal untuk mengakuisisi Nainggolan dari AS Roma dengan biaya sebesar 24 juta euro dalam bentuk tunai. Secara lebih signifikan, mereka juga mengirim Davide Santon dan Nicolò Zaniolo ke Roma sebagai bagian dari pertukaran transfer. Inter dengan terpaksa merasa sakit ketika harus melepas Zaniolo, ya, ia adalah bintang tim U-19 mereka yang berhasil memenangkan gelar dengan torehan catatan 13 gol dalam 26 pertandingan.

Inter yang Menurun

Nainggolan, bagaimanapun, adalah pemain yang paling dicari dan digemari Luciano Spalletti. Ia dicap sebagai pemain yang tepat untuk lini tengah Inter, setelah sebelumnya sempat bekerja bersama ketika mereka masih berada di Roma. Spalletti percaya jika eks pemain Cagliari tersebut akan membuat lini tengah Inter lebih kuat. Skema permainan Spalletti juga sudah ‘dikenal akrab’ oleh Nainggolan.

Di sisi lain, sejak awal Nainggolan tiba di Inter, ia tidak bisa langsung bermain rutin karena terhambat oleh cedera yang dideritanya. Ia bahkan melewatkan pertandingan melawan Barcelona, ​​Lazio, dan Juventus. Pemain berusia 30 tahun itu juga tampak tertatih-tatih saat keluar dari pertandingan melawan Milan dan Tottenham.

Saat ini, Inter Milan hanya memenangi dua dari sembilan pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi. Mereka tidak tampil begitu mengesankan dalam beberapa pertandingan sebelumnya. Bahkan, Inter juga telah keluar dari Liga Champions setelah gagal lolos di babak penyisihan grup. Meski tim asuhan Spalletti itu duduk di posisi ketiga klasemen semesntara Serie A, akan tetapi mereka memiliki selisih lima poin di belakang posisi kedua Napoli, dan selisih 14 poin dari Juventus yang duduk nyaman di posisi pertama.

Namun, semua hasil kurang baik itu bukanlah salah Nainggolan. Itu semua karena Inter terlalu bergantung pada Mauro Icardi untuk mencetak gol. Meski Ivan Perisic sempat mencetak satu gol saat melawan Chievo, tapi tetap saja permainan mereka masih terlalu bergantung pada Icardi. Inter dinilai rentan pada posisi sayap di timnya, dan mereka terlalu banyak memiliki pemain lini tengah. Kinerja Spalletti tampak masih belum memuaskan publik Giuseppe Miaza.

Dengan catatan kurang baik tersebut, sangat wajar jika Inter menjadi berita utama, termasuk di Italia. Apalagi, ditambah dengan pernyataan resmi soal penangguhan Radja Nainggolan yang diskors karena alasan indisipliner, maembuat laman-laman berita soal Inter kian menjadi masif di Italia.

Kekhawatiran Inter

Terlepas dari itu, menurut Gazzetta dello Sport, ada beberapa kekhawatiran yang sering dihadapi Inter soal cara pendekatan mereka dalam merehabilitasi berbagai cedera para pemainnya, yang juga merujuk pada sesi fisioterapi yang selalu selesai lebih awal dari yang diharapkan. Namun, kemudian muncul sebuah diskusi yang tak terhindarkan tentang bagaimana pemain menghabiskan waktu luangnya setelah rehabilitasi tersbebut.

Hal inilah yang juga dialami Nainggolan, yang sempat mengalami cedera pada Agustus lalu. Ia seolah tidak tahu harus melakukan aktivitas apa setelah sembuh dari cedera. Dan tampaknya, persoalan ini juga yang kemudian membuatnya melakukan tindakan indisipliner ketika ia tertangkap kamera media Fabrizio Corona sedang berada di klub malam Bergamo pada 02:00 waktu setempat.

Setelah itu, terdapat sebuah video yang kontroversial beredar di internet. Video itu berisi tentang seorang suporter yang berteriak kepada Nainggolan untuk pergi tidur karena sudah larut malam, dan Nainggolan merespon suporter itu dengan mengangkat jari tengahnya. Ia lalu muncul di tempat latihan pada hari berikutnya dengan pakaian yang sama seperti saat ia keluar larut malam tersebut. Inter pun dengan sendirinya tersadar, bahwa Nainggolan sering melakukan tindakan indisipliner.

Nainggolan, adalah pesepakbola Italia yang memposting video dirinya sendiri dengan kata-kata seperti “mabuk sebagai perendam” di Instagram awal tahun lalu. Postingan itu yang kemudian direspon tegas oleh AS Roma, Akhirnya Roma menghukum Nainggolan untuk tidak boleh bermain di pertandingan pertama mereka di tahun 2018.

Nainggolan sendiri tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa ia begitu sangat menikmati merokok dan minuman keras. Jadi, dengan alasan inilah normal rasanya jika Inter menghukum dan menangguhkan pemain asal Belgia tersebut. Tapi tampaknya, meski memiliki kebiasaan buruk, Luciano Spalletti sedikit membela apa yang sering dilakukan Nainggolan dengan alasan ia adalah pemain yang mempuni di atas lapangan.

“Saya hanya bisa mengatakan, bagaimana dia menghabiskan seminggu di lapangan tanpa menghibur dirinya? Dia sudah terlatih dengan baik. Sisanya, adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan saya. Jadi saya rasa dia tetap menjadi pemain yang baik di tim ini,” ungkap Spalletti dilansir dari The Guardian.

Apakah hukuman penangguhan Radja Nainggolan dari Inter Milan akan mengindikasikan pengaruh perubahan sikapnya dengan cepat? Entahlah. Yang jelas, masalah personal Nainggolan sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan kasus penangguhan yang sama, yang sempat terjadi pada Leonardo Bonucci ketika ia diskors Juventus setelah ia berbicara tidak pantas kepada Massimiliano Allegri.

Bagaimanapun, persoalan Radja Nainggolan adalah sesuatu hal yang langkah penyelesaiannya harus signifikan. Menyingkirkan sementara pemain keturuan Indonesia itu dari tim dinilai terasa seperti memutuskan keputusan yang disengaja. Mungkin, alih-alih skorsingnya selesai, hal seperti ini juga justru bisa memunculkan pertanyaan tentang masa depan sang pemain. Bahkan, ada beberapa media Italia yang sudah mengabarkan jika Nainggolan akan dijual pada Januari nanti karena sikapnya buruknya itu.