Ramadan Sobhi, Calon Legenda Mesir yang Gagal Mencapai Puncak

Ramadan Sobhi masih usia 19 tahun saat menjalani debut di Premier League Inggris pada 2016/2017 bersama Stoke City. Dia didatangkan dari klub tanah kelahirannya di Mesir, Al Ahly pada 25 Juli 2016. Tidak sampai sebulan kemudian, sang rising star pun akhirnya tampil untuk pertama kalinya dalam petualangan barunya di Eropa, setelah sempat melewatkan pertandingan pembuka pada musim itu.

Pada paruh kedua musim tersebut, di usia baru memasuki 20 tahun, dia mulai lebih banyak dipercaya oleh pelatih. Sejak itu, kariernya pun tampak semakin moncer. Namun, saat memutuskan pindah ke Huddersfield Town pada 2018, Sobhi malah gagal meyakinkan pelatih di klub barunya itu. Hingga kini, pemain yang sempat digadang-gadang akan jadi legenda Mesir itu malah gagal mencapai puncaknya.

Ramadona

Sobhi lahir di Giza, kota terluas ketiga di Mesir setelah Kairo dan Aleksandria pada 23 Januari 1997. Dia sudah bergabung dengan salah satu klub raksasa di negara tersebut Al Ahly sebelum usia delapan tahun, dan dengan cepat promosi ke tim utama dalam usia 17 tahun pada 2014. Berselang setahun kemudian, pemain berposisi sebagai winger itu pun berkesempatan melakukan debut internasional.

Pemain yang identik dengan nomor 32 itu dikenal menggunakan kombinasi trik, keterampilan dan kekuatan. Salah satu skill kontroversialnya adalah stand-on-the-ball saat timnya unggul 2-0 atas rival, Zamalek pada 21 Juli 2015. Itu menyebabkan kemarahan lawan, Hazem Emam hingga menendangnya dan mendapat kartu merah. Di Piala Super Mesir 2015, trik itu terulag sekali lagi, juga lawan Zamalek.

Orang-orang menyebutnya sebagai jawaban Mesir untuk Lionel Messi. Sedang fans memanggilnya Ramadona, memplesetkan dari nama legenda Argentina, Diego Maradona. Yang lain memprediksinya akan memenangkan penghargaan Ballon d’Or. “Sejujurnya saya percaya dia punya potensi untuk jadi pemenang Ballon d’Or,” ungkap jurnalis bola FilGoal Fady Ashraf, dilansir Bleacher Report pada 2017.

Peluang

Pada 2016, pelatih Al Ahly saat itu, Martin Jol mati-matian berusaha mempertahankan Sobhi agar tak pindah. Tetapi, Stoke City telah memantau penampilannya dari jauh menggunakan perangkat lunak pencari bakat. Ketika Chelsea terdengar juga berminat, mereka memutuskan melanjutkan tawaran serius untuk merekrut pemain muda tersebut dengan transfer 5 juta paun berdurasi empat tahun.

“Memang benar orang-orang (Mesir) sedih ketika dia meninggalkan Al Ahly, tapi dia akan menjadi pemain elit. Saya rasa tidak realistis untuk mengatakan dia akan menjadi salah satu yang terbaik di dunia,” kata agen Ramadan, Nader Shawky. Dengan kaki yang cepat, fisik yang kuat dan pengambilan keputusan yang baik, sepertinya Sobhi tidak akan kesulitan untuk memberikan pengaruh di Inggris.

Dia memang sempat lebih banyak duduk di bench pada musim perdana. Namun, memasuki paruh kedua musim 2016/2017 itu, sejak kembali dari Piala Afrika 2016 bersama Mesir, Sobhi mulai jadi pemain reguler, dan penggemar Stoke City menikmati gaya permainannya. Di bawah bimbingan Mark Hughes, dia membuat 28 penampilan di semua ajang dengan empat gol pada musim kedua.

“Saya memang mendapatkan beberapa peluang dan saya hanya berusaha melakukan yang terbaik. Jika ada kesempatan lagi, saya akan tampil lebih baik dan lebih baik lagi,” ucap Sobhi saat itu, dikutip dari The Guardian. “Pujian yang saya terima membuat saya ingin memberi 200 persen, bukan 100 persen. Saya tidak akan pernah berhenti bermimpi,” tambahnya lagi soal pujian yang diterimanya.

Pulang

Sejak bergabung dengan Stoke City, klub-klub besar Inggris seperti Chelsea, Manchester United, dan Manchester City mulai dikaitkan dengan Sobhi. Belakangan Liverpool juga disebut memperhatikan penampilannya. Namun, pada 12 Juni 2018 dia malah bergabung ke klub kecil lainnya, Huddersfield Town dengan bayaran 5,7 juta paun dan durasi kontrak tiga tahun, tanpa diketahui alasan pastinya.

Ada kemungkinan, masih kurangnya jam bermain yang didapat bersama Stoke City, atau bayaran yang lebih besar dari Huddersfield Town jadi alasan kepindahannya. Sayangnya, keputusan pemain yang saat itu masih 21 tahun tersebut tampaknya tak tepat. Sobhi berjuang mengesankan pelatih David Wagner, tapi hanya membuat empat penampilan, sebelum kembali ke Mesir di awal tahun.

Pada 28 Desember 2018, Sobhi pulang ke klub lamanya, Al Ahly dalam status pinjaman selama enam bulan dengan bayaran 800.000 paun. Sejak saat itu, dia belum pernah lagi kembali ke Eropa, dengan peminjamannya diperpanjang pada musim berikutnya. Di musim yang baru, malah pindah secara permanen ke klub baru Mesir yang sedang berkembang, Pyramids FC dan bertahan hingga kini dalam usia yang sudah 26 tahun. Begitulah kisah Sobhi, calon legenda Mesir yang gagal mencapai puncak.

Sumber: Bleacher Report, The Guardian, Wikipedia.