Real Madrid dan Penurunan Karier Kaka

Biaya 8,3 juta euro adalah angka yang kecil buat Silvio Berlusconi. Dengan uang sebesar itu, ia mendatangkan salah satu pemain penting pada eranya dari Sao Paulo. Dia adalah Kaka.

Dengan cepat, Kaka masuk line-up menggantikan Rui Costa di pos gelandang serang. Ia bekerja di belakang striker seperti Jon Dahl Tomasson, Filippo Inzaghi, dan Andriy Shevcenko. Debutnya berakhir manis: menang 2-0 atas Anconna.

Di musim itu, ia mencatatkan 30 penampilan dengan mencetak 10 gol, termasuk sejumlah asis penting yang mengantarkan Milan meraih Scudetto dan Piala Super UEFA. Karena penampilannya di musim itu, Kaka mendapatkan penghargaan Serie A Footballer of the Year dan dinominasikan meraih Ballon d’Or.

Di lini tengah Milan, Kaka biasanya didukung oleh Gennaro Gattuso dab Clarence Seedorf di lini tengah dengan Massimo Ambrosini. Sementara Rui Costa atau Andrea Pirlo bermain sebagai deep-lying playmaker. Lini tengah Milan ini begitu dominan yang membawa mereka berjaya di Italia dan Eropa. Bersama Milan, Kaka berhasil meriah trofi Serie A 2003/2004 serta Liga Champions 2006/2007.

Keluar dari Milan

Pada 13 Januari 2009, Manchester City dikabarkan menawar Kaka senilai 100 juta paun. Hal ini juga ditegaskan Direktur Milan, Umberto Gandini, bilang kalau transfer ini akan terjadi kalau Kaka setuju. Seiring waktu berlalu, Kaka bilang kalau dia ingin tinggal lama di Milan dan mengapteni klub suatu hari nanti.

“Kalau Milan ingin menjualku, aku akan duduk dan berbicara. Aku bisa bilang kalau sepanjang klub tak ingin menjualku, aku jelas akan bertahan,” kata Kaka saat itu.

Lima bulan kemudian, Presiden Real Madrid, Florentino Perez, menawarkan untuk membeli Kaka dari Milan senilai 68,5 juta euro. Saat itu, Kaka baru saja meninggalkan Milan untuk tampil bersama timnas Brasil.

Vice-chairman Milan, Adriano Galliani, mengatakan kalau ia dan ayahnya Kaka, Bosco Leite, terbang ke Meksiko dan menyatakan bahwa negosiasi dengan Madrid sudah terjadi, tapi belum resmi terjadi. Secara mengejutkan, Galliani mengatakan kalau alasannya menjual Kaka adalah masalah finansial.

“Kami tak bisa membiarkan Milan kehilangan 70 juta euro. Alasan di balik kepergian Kaka adalah faktor ekonomi,” kata Galliani.

Pada 8 Juni, Milan dan Real Madrid mengonfirmasi penjualan Kaka ke Santiago Bernabeu dengan durasi enam tahun senilai 67 juta euro. Kaka kemudian diperkenalkan sebagai pemain baru Real Madrid pada 30 Juni 2009 debutnya terjadi pada 7 Agustus 2009 dalam laga persahabatan menghadapi Toronto FC.

Sayangnya di Madrid, dua cedera parah membuatnya lebih sering tinggal di meja perawatan. Dari empat musim membela El Real, Kaka cuma tampil di 85 pertandingan liga dengan mencetak 23 gol.

Pada 29 Agustus 2013, secara terbuka Kaka mengumumkan keinginannya untuk meninggalkan Madrid. Sampai akhirnya ia kembali ke Milan pada 2 September 2013 dengan status bebas transfer.

Sulit Bersaing di Madrid

Kaka awalnya akan dianggap sebagai bintang utama Madrid karena ia didatangkan dengan memecahkan rekor transfer. Akan tetapi euforia itu tak bertahan lama. Soalnya, Madrid berhasil mendatangkan Cristiano Ronaldo dengan nilai lebih tinggi darinya.

Di musim pertama, ia memang bisa mencatatkan 25 penampilan di La Liga. Namun, di musim keduanya, tantangan hadir. Pos pelatih berganti dengan Jose Mourinho yang menangani. Pada posisinya, ia mendapatkan persaingan dari mantan gelandang Werder Bremen, Mesut Ozil. Sialnya, di awal musim, ia harus menjalani masa pemulihan usai ditangani di meja operasi.

Secara permainan, Kaka sulit masuk dalam skema Jose Mourinho dengan gaya main yang seperti itu. Posisinya mudah tergantikan oleh Ozil yang main tepat pada posisi yang biasa ditempati Kaka. Ozil pun dianggap punya visi yang bagus serta umpan akurat yang membuatnya selalu menjadi pemain utama.

Sepanjang masa jayanya di Milan, Kaka adalah salah satu pesepakbola terhebat di dunia. Gaya mainnya elegan, ia pintar, kemampuan tekniknya bagus, dan diberkahi visi bermain yang luar biasa.

Ia kerap ditempatkan di pos nomor “10”, tapi ia membutuhkan kebebasan saat membangun serangan dan dibebaskan dari kewajiban untuk bertahan. Ini yang jadi alasan kenapa ia gagal masuk dalam sistem 4-2-3-1 Jose Mourinho di Madrid.

Kesuksesannya di Milan tak lepas dari peran Carlo Ancelotti yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Di saat yang sama, posisi Mourinho di Madrid digantikan Ancelotti. Sempat ada harapan kalau Kaka bisa kembali menunjukkan yang terbaik.

Ancelotti langsung memberikan latihan tambahan untuk meningkatkan kecepatannya. Soalnya, dulu, Kaka juga punya kecepatan yang menjadi salah satu kemampuannya. Sayangnya hal tersebut tak keluar karena cedera yang dideritanya.

Namun, kebersamaan keduanya tidak berlangsung panjang. Masuknya Gareth Bale ditenggarai menjadi alasan Kaka untuk pergi dari Madrid dan kembali ke AC Milan.

Kepulangannya ke Italia sempat memberi harapan, tapi cedera selalu menghalangi masa jayanya, yang akhirnya membuatnya memutuskan pindah ke MLS bersama Orlando City. Sekaligus menandai akhir karier Kaka di Eropa.