Revolusi Atletico Madrid Bersama Diego Simeone

Antoinne Griezmann membuat pernyataan bahwa dirinya tidak akan bermain untuk Atletico Madrid musim depan. Meski belum diketahui kemana striker yang konon berdarah Uruguay ini berlabuh, namun tentu akan menjadi kehilangan yang besar bagi Atletico Madrid.

Tidak berhenti di situ, Diego Godin juga menyatakan hengkang dan akan membela panji Inter Milan musim depan. Juanfran juga menyatakan hengkang dari Wanda Metropolitano, Felipe Luis pun dikabarkan akan menyebrang ke Nou Camp untuk membela Barcelona.

Diego Simeone tentu akan memutar otak untuk menjalankan revolusi di tubuh Atletico Madrid, lalu apa yang menyebabkan eksodus pemain keluar dari Atletico Madrid, apakah gelar juara? Atau finansial klub yang membuat para pemain merasa tidak puas dengan gaji yang mereka terima?

Bukan semata-mata uang dan gelar

Diego Simeone pernah menyebut bahwa Ateltico Madrid perlu menunggu performa Barcelona dan Real Madrid menjadi jeblok untuk bisa menjadi juara Liga. Pernyataan yang memang sangat disayangkan karena membuat mental para pemain untuk meraih gelar juara turun.

Jason Pettigrove, jurnalis UEFA, menyatakan di Forbes mengenai masalah Atletico Madrid. Dasarnya memang masih berdasar kekuatan finansial, namun yang membuatnya rumit, hal tersebut melebar hingga masalah disparitas antar pemain berlabel “bintang” dengan para pemain senior.

Griezmann sempat merengek dan meminta pindah musim lalu sebelum mengubah keputusannya dan bertahan selama satu musim. Apa yang membuat Griezmann bertahan adalah Atleti mengabulkan permohonan kenaikan gaji menjadi 19,5 Juta Paun per musim, hal ini membuat suasana ruang ganti memanas, sebagai gambaran Diego Costa adalah pemain dengan bayaran termahal kedua dengan 9,5 Juta Paun per-musim.

Hal tersebut membuat disparitas antar pemain, semua merasa diperlakukan tidak adil. Diego Godin merasakannya musim ini, sebagai pemain yang cukup loyal Bersama Atletico Madrid, tentu saja perbedaan gaji sebesar itu membuat para pemain merasa ada kesenjangan perlakuan oleh pihak klub.

Para pemain muda pun merasakan hal serupa. Membuat Lucas Hernandez yang klausul buy-out nya ditebus oleh Bayern Munich dengan senang hati hengkang ke Jerman, peraih gelar Juara Dunia Bersama Prancis tersebut resmi akan bergabung dengan The Bavarians pada 1 Juli 2019.

Felipe Luis dan Diego Costa juga dikabarkan akan segera hengkang ke dari Atletico Madrid, dua nama tersebut dikatikan dengan Shandong Luneng dan Guangzhou di Liga China. Lalu bagaimana nasib Atletico Madrid kedepan, apakah mereka akan menjadi semenjana dengan banyaknya pemain yang hengkang?

Pertanyaan yang sudah dijawab oleh Diego Simeone selama bertahun-tahun.

Revolusi Diego Simeone

Sesuai dengan definisi Revolusi, yakni “perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang,” Simeone melakukannya selama berulang-ulang dan terus menerus. Salah satu kenapa Atletico Madrid tidak pernah kekurangan talenta tidak lepas dari kegemilangan Simeone dalam memunculkan nama-nama yang diluar dugaan.

Mundur ke musim 2011-2012, Atletico Madrid saat itu kehilangan nyaris sebagian besar pemain kunci seperti David de Gea yang hengkang ke Manchester United, Aguero yang pindah ke Manchester City, Diego Forlan saat itu hengkang ke Inter Milan nyaris membuat Atleti lumpuh. Mereka terseok-seok di Liga Spanyol sebelum Simeone datang dan menyelamatkan Atletico Madrid, bahkan finish di peringkat lima.

Jawabannya, Atletico Madrid meskipun kehilangan pemain penting mereka,namun Los Rojiblancos memboyong “emas mentah” dari  penjuru Eropa. Aguero digantikan Falcao, De Gea digantikan Courtois secara pinjaman, Atleti juga menyiapkan transisi skuat dengan mendatangkan Arda Turan dan Diego Costa yang langsung dipinjamkan ke Rayo Vallecano.

Musim-musim setelahnya tidak jauh berbeda. Courtois kembali ke Chelsea dan langsung direplikasi oleh kedatangan Jan Oblak. Diego Costa dan Falcao yang hengkang digantikan Griezmann dan Mandzukic, tidak banyak yang bisa melakukan kontinuitas skuat sebaik Diego Simeone di Atletico Madrid.

Sir Alex Ferguson merupakan salah satu Manajer dengan kemampuan melakukan penyegaran skuat cukup apik, namun selalu ada masa ketika pemain bintang hengkang, Manchester United gagal meraih gelar juara. Simeone bisa dibilang lebih baik, kerap bongkar pasang skuat, namun di bawah Manajer asal Argentina tersebut, Atleti stabil dan setidaknya masuk ke dalam tiga besar di akhir musim. Dana belanja minim tidak membuat Atletico Madrid minim prestasi atau menjadi medioker.

Musim ini juga nyaris serupa, Griezmann sudah pasti hengkang bersama dengan Lucas Hernandez. Ditambah dengan Felipe Luis dan Diego Costa yang bisa saja pindah, Simeone dan jajaran manajemen klub seolah tidak pusing, mereka sudah siap mereplikasinya dengan “emas mentah” lain di penjuru Eropa.

Ateltico Madrid sudah memasang radar kepada duo Porto, Hector Herrera dan Alex Talles. Bergeser ke Benfica, Simeone sudah mengincar Ruben Dias yang kemungkinan akan menggantikan peran Saul. Wendell, fullback Bayer Leverkusen juga selangkah lagi akan bergabung dengan Atletico Madrid.

Diego Simeone dengan taktik Cholismo, yang secara harfiah berarti Tangguh. Tetap akan menakutkan musim depan, kehilangan pemain tidak membuat Atleti menjadi medioker, selama ada Simeone, Atletico Madrid tetaplah penantang gelar juara Liga Spanyol dan akan menjadi underdog yang sangat menggigit di Eropa. Atau bahkan dengan revolusi Atletico Madrid kesekian kalinya ini akan menjadi penanda era kesuksesan di Wanda Metropolitano musim depan? Hanya Simeone yang bisa menjawabnya.