Rio Mavuba, Kisah 20 Tahun Tanpa Kewarganegaraan

Siapapun yang lahir di tanah Amerika Serikat, otomatis mendapatkan kewarganegaraan Amerika Serikat. Siapapun yang lahir dari orang tua berkewarganegaraan Cina, mau lahir di manapun, otomatis mendapatkan kewarganegaraan Cina.

Lantas, bagaimana dengan Rio-Antonio Mavuba? Orang tuanya tak berkewarganegaan Cina. Ia juga tak lahir di Amerika Serikat, karena ia lahir di tengah laut. Ya, tengah laut, tepatnya di atas perairan internasional.

Bagaimana ceritanya?

Ayah Rio, Ricky Mavuba Mavuila Ku Mbundu, adalah pemain timnas Zaire, yang kini menjadi Republik Demokratik Kongo. Ricky ingin menjaga kandungan istrinya dari perang sipil yang melanda Angola. Keduanya lalu naik kapal menuju Prancis untuk mendapatkan status sebagai pengungsi politik.

Orang tua Rio tak memberikan banyak informasi soal masa lalu mereka. Soalnya, mereka tak ingin membebani pikiran Rio dengan masa lalu yang tragis. Ini yang membuatnya pun tak ingin begitu mengingatnya.

“Di pasporku tertulis ‘Lahir di laut’. Sisanya, aku tak pernah membicarakan soal itu. Aku ingin tahu sejarah migrasi kami. Yang aku tahu adalah aku lahir di atas kapal laut, yang secara sembunyi-sembunyi berangkat dari pesisir Afrika Barat, bergerak di tepi pantai, lalu mengikuti pantai timur Semenanjung Iberia sebelum mencapai Pelabuhan Marseille di Prancis pada Maret 1984,” kenang Rio.

Sepanjang perjalanan menuju Marseille tersebut, Rio tak punya kewarganegaraan. Kalau merujuk pada silsilah keluarga, Ayahnya dari Zaire. Ia pernah membela timnas Zaire di Piala Dunia 1974. Sementara ibunya, Teresa, berkebangsaan Angola.

“Di perahu, saat melintasi peraitan es di Atlantik, ayahku, Ricky, memberiku nama ‘Rio’, yang berarti ‘sungai’.”

Malang bagi Rio karena ibunya wafat ketika usianya masih dua tahun. Sepuluh tahun kemudian, ayahnya pun berpulang. Meski hidup dalam kesulitan, tapi kedua orang tuanya mengusahakan Rio untuk mendapatkan kewarganegaraannya, serta membuatnya hidup dengan keluarga barunya.

“Semuanya berjalan dengan baik di Bordeaux tempatku tinggal. Ada begitu banyak kewarganegaraan yang berbeda, orang-orang utamanya dari negara-negara di Selatan Afrika, jadi kota ini terbuka untuk menerima orang asing,” terang Rio.

“Buat ibuku, kondisinya jadi menantang untuk belajar bahasa. Dia ikut pelajaran bahasa Prancis dan membantunya untuk terintegrasi. Dia meninggal saat aku berusia dua tahun dan ayahku nikah lagi, jadi aku tumbuh bersama ibu tiri, seperti 11 saudara dan saudariku.”

Alasan Rio akhirnya menekuni sepakbola adalah untuk melawan rasa kehilangan ketika ditinggalkan kedua orang tuanya. Bordeaux menemukan bakatnya dan enam tahun kemudian, ia berhasil menempati pos di lini tengah di tim utama.

Debutnya terjadi pada Januari 2004 di laga melawan Lyon. Sejak hari itu, ia hampir selalu ada dalam rencana tim pelatih. Ia bahkan pernah dipanggil oleh timnas Prancis.

“Fakta bahwa aku dipanggil timnas Prancis membantu untuk mempercepat prosedur birokratis untuk mendapatkan kewarganegaraan. Pada September 2004, ketika aku berusia 21 tahun, pelatih Prancis, Raymond Domenech, ingin memilihku untuk pertandingan Prancis vs Israel. Aku harus, bagaimanapun, dinaturalisasi sebagai warga Prancis untuk bisa bermain,” terang Rio soal kewarganegaraannya.

Awalnya Rio merasa terganggu. Untungnya, masa lalunya ditemukan oleh media sehingga permasalahannya yang tak punya kewarganegaraan selama 20 tahun menemukan titik terang.

“Sekarang aku seperti semua orang. Tentu, aku kehilangan individualitas, keunikanku, tapi masa laluku tetap jadi bagian dari diriku. Kini semua orang yang melihat tempat lahirku, hanya bisa tertawa,” kata Rio.

“Kehidupan seorang pengungsi itu rumit. Orang-orang itu dipaksa untuk meninggalkan segalanya dan pergi sendiri. Mereka meninggalkan keluarga mereka, pekerjaan, teman-teman, segalanya. Mereka ingin mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain, mempertaruhkan segalanya dan kehilangan segala yang mereka punya. Kematian di atas laut adalah tragedi yang nyata, dan memang tak ada yang tahu angka yang sebenarnya,” terang Rio.

“Aku mengalami pengalaman ini oleh diriku sendiri, dan aku tahu bahwa olahraga adalah cara yang sempurna untuk melupakan soal masalah itu dan berbagi sesuatu pada orang lain,” tutup Rio.

Rio punya trofi Coupe de la Ligue musim 2006/2007 bersama Bordeaux serta trofi Ligue 1 musim 2010/2011 bersama Lille. Ia mendapatkan 13 caps bersama timnas Prancis senior. Saat ini, ia menjadi asisten pelatih di Bordeaux II.

Sumber: Bet Shoot.