Romelu Lukaku, Kembali ke Chelsea demi Trofi

Rugi betul Chelsea saat mendatangkan Romelu Lukaku. Memang, Chelsea sempat meraup keuntungan. Soalnya, ia didatangkan senilai 10 juta paun dari Anderlecht lalu dijual 28 juta paun ke Everton. Chelsea, untung 18 juta paun.

Tujuh tahun kemudian, Chelsea kembali merekrut Lukaku senilai 98 juta paun dari Inter Milan. Secara perhitungan, Chelsea rugi 80 juta paun dari transfer Lukaku!

Namun ada tiga rekor yang pecah yang berhubungan dengan Lukaku. Kepindahannya dari Chelsea memecahkan rekor pembelian termahal Everton. Kepindahannya ke Inter Milan, menjadikannya sebagai pemain termahal Inter. Dan kembalinya ia ke Chelsea, menjadikannya sebagai penjualan termahal Inter Milan.

Apa yang dilakukan Everton, Manchester United, dan Inter Milan, sebenarnya logis. Mereka merekrut pemain yang menurut mereka layak dihargai begitu mahal. Lukaku pun menunjukkan kualitasnya lewat gol yang ia cetak.

Kepindahannya ke Italia langsung memberikan dampak. Di musim keduanya, ia membawa Inter mengakhiri puasa gelar Serie A selama 11 tahun. Dari 95 pertandingan di semua kompetisi, ia mencetak 64 gol buat Inter.

Ini pula yang memberikan Lukaku ambisi besar saat kembali ke Chelsea. Di bawah arahan Thomas Tuchel, ia ingin kembali meraih trofi. Ia tak ingin membuktikan cibiran semua orang soal dirinya.

Lukaku disorot ketika ia bermain untuk Manchester United. First touch-nya begitu buruk, sampai fisiknya kelewat gempal untuk seorang penyerang yang harusnya bugar. Ia tak ingin menghabiskan banyak waktu untuk menjawab segala kritikan.

“Itu bukan sesuatu yangbaru buatku. Apapun yang orang-orang katakan, biarkan mereka bicara. Mereka punya persepsi. Anda ingin rasa hormat, tapi Anda tak ingin untuk terus melawannya karena Anda akan kehilangan energi yang tak perlu,” jelas Lukaku.

Buat Tuchel, Lukaku adalah jawaban dari ketiadaan penyerang tajam. Bagaimana tidak? Musim lalu, topskorer Chelsea di liga adalah Jorginho, itu pun cuma tujuh gol!

Bandingkan dengan Lukaku. Di masa buruknya bersama United, golnya tetap dua digit. Apalagi ketika di Inter, golnya di Serie A selama dua musim masing-masing 23 dan 24 gol.

Musim ini, Chelsea diprediksikan bisa meraih gelar Premier League dengan pemain yang mereka miliki. Ditambah lagi kehadiran Lukaku akan menjadi penting buat lini serang The Blues.

Lukaku sudah dididik Conte di Inter yang memberinya posisi terbaik sepanjang kariernya. Conte bisa bikin Lukaku yang kariernya mandek di United, bisa jadi penyerang bermental juara di Inter.

Secara fisik, Conte juga bikin Lukaku lebih kurus dan kekar. Lukaku pun menjadi lebih sadar terhadap taktik yang ditetapkan pelatih. Kini, mental Lukaku sudah berada dalam posisi terbaik dan siap membantu Chelsea untuk meraih trofi.

“Serie A adalah liga yang selalu aku ingin bermain. Anda berhadapan dengan berbagai tekanan. Antonio Conte benar-benar membantu dan menunjukkanku apa yang harus dilakukan untuk menang,” terang Lukaku.

“Pertandingan yang benar-benar berbeda di Italia. Sangat, sangat taktikal. Ruang yang sempit dan di banyak pertandingan Anda hanya mendapatkan satu kesempatan dan kalau Anda tak mencetak gol itu sangat susah. Dari segi efisiensi itu sangat penting dan aku juga belajar bermain lebih banyak dengan membelakangi gawang.”

Lukaku bilang bahwa belajar untuk menang pada dasarnya adalah mendorong batas seseorang. Bersama Conte, ia belajar bagaimana berada di zona berbahaya. Di musim keduanya, mereka lebih konsisten memenangi pertandingan sehingga bisa berakhir sebagai juara. Di musim pertama, Inter cuma menang 24 kali dan kalah empat kali, sementara di musim kedua, angka kemenangan naik menjadi 28 kali dengan tiga kali kalah.

“Pertandingan di Italia begitu berbeda. Anda harus membuat pergerakan yang tepat untuk membuat pemain lain bebas. Kami selalu punya penguasaan bola yang banyak,”

Lukaku lebih sering membelakangi gawang karena bola lebih banyak di tengah. Ia harus siap untuk menerima umpan, atau bergerak agar rekannya yang lain bebas dari penjagaan. Saat menerima bola, ia tak bisa langsung menendang, tapi harus memikirkan ke mana bola akan diarahkan.

“Aku ingat pembicaraan dengan Conte soal ini dan dia bilang padaku kalau aku tak bagus aku tak akan main. Itu membuka mataku. Sekali aku menguasai hal itu, maka semuanya bisa menjadi lebih mudah. Aku lebih mengontrol pertandingan dan memberikanku lebih banyak asis.”

Lukaku sebenarnya bahagia di Inter, tapi situasi finansial yang buruk membuatnya tak mungkin bertahan. Ditambah lagi Conte akhirnya pergi setelah ketidaksepakatan dengan dewan klub.

Kembali ke Chelsea diakui atau tidak olehnya, adalah pembuktian. Karena ketika ia tiba 10 tahun lalu dari Anderlecht, ia masih mentah dan berusia 18 tahun. Sulit baginya untuk menembus tim utama, sampai harus dipinjamkan ke West Bromwich Albion dan Everton.

“Aku mengalami banyak pasang surut dalam perjalananku tetapi jika Anda terus tampil, Anda akan selalu mendapatkan kesempatan. Hubunganku dengan klub selalu baik dan bisa kembali adalah perasaan yang bagus.”

Lukaku pun mengaku bersemangat bisa bermain buat Tuchel. Ia mengagumi pelatih berkebangsaan Jerman tersebut setelah menyaksikan Chelsea musim lalu.

“Setiap pertandingan selalu dengan rencanay ang berbeda. Itu sesuatu yang aku bilang padanya di percakapan pertama dengannya. Aku bilang: ‘Dengar, aku mencoba untuk mencari tahu apa yang Anda coba lakukan dengan tim, tapi aku tak pernah mengetahuinya karena setiap pertandingan itu berbeda.’ Itu yang aku suka karena aku menyaksikan pertandingan dari sudut pandang taktikal. Aku tak benar-benar menyaksikan pertandingan hanya sebagai tontonan.”

Soal capaian pribadi, Lukaku tak begitu menginginkannya. Karena yang lebih utama buatnya adalah memenangi trofi. Soalnya, perlakuan orang-orang akan berbeda saat seseorang memenangi seseuatu.

“Rasa hormat yang kumiliki berbeda saat Anda mulai menang.”

“Itu adalah sesuatu yang sangat kuinginkan. Aku sangat ingin menang. Aku pergi ke Inter dan kemudian kami melakukannya. Itulah satu-satunya hal yang penting bagiku: menang. Mencetak gol, itu indah. Aku tahu ada di posisi bisa mencetak banyak gol. Tetapi memenangi trofi, itu yang membedakan Anda.”