Publik sepakbola mengenal Lamouchi kala berseragam Parma di awal millenium ini. Namanya kala itu bersanding dengan sosok yang kelak menjadi legendaris seperti Gianluigi Buffon, Lilian Thuram, Marco Di Vaio, Fabio Cannavaro, Patrick Mboma, dan Sergio Conceicao.
Kedatangan gelandang Prancis kala itu untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan pemain andalan Parma seperti Dino Baggio yang hijrah ke Lazio, Mario Stanic yang berpetualang bersama Chelsea, dan si Maradona Gagal, Ariel Ortega yang memilih pulang kampung ke River Plate. Bersama Gialloblu, kala itu Lamouchi cukup impresif untuk mengantarkan Parma ke posisi 4 besar dan menuarai Coppa Italia. Menawannya Lamouchi hingga klub sekelas Inter mendatangkannya 3 musim kemudian ke Giuseppe Meazza. Setelahnya, nama Lamouchi seakan hilang ditelan banyak bintang di Inter dan perlahan menghilang dari peredaran.
Seperti pesepakbola top berdarah Maghribi lainnya, ia juga sempat mencicipi atmosfer kompetisi negara Teluk seperti Qatar. Tiga kesebelasan yakni Al-Rayyan, Umm-Salal, serta Al-Kharitiyath pernah ia perkuat. Di sana pulalah ia mengakhiri karier sepakbola dan memulai karier sebagai pelatih.
Usai gantung sepatu, tak dinyana ia langsung mengasuh tim nasional Pantai Gading yang diisi talenta emas seperti Didier Drogba, Yaya Toure, Gervinho, serta Wilfried Bony. Penyumbang gelar Coppa Italia 2000/2001 bersama Parma ini meloloskan The Elephants ke Piala Dunia 2014. Ia pun akhirnya mengundurkan diri usai Pantai Gading gagal lolos penyisihan grup.
Adalah Nottingham Forest yang menjadi tujuan petualangan Lamouchi kali ini. Dengan latar belakang sejarah yang kuat: Pemegang 2 gelar Piala Champions, UEFA Super Cup, 1 gelar Liga Inggris, 2 gelar Piala FA, ditambah sebuah fakta bahwa Forest adalah klub yang membuat Arsenal memilih kostum berwarna merah. Hidup Lamouchi akan menjadi berbeda dari sebelumnya.
Publik City Ground sendiri tak sedikit yang memandang pesimis penunjukan Lamouchi. Pasalnya, di era kepemilikan Marinakis, Forest seakan mementingkan sosok terkenal untuk didaulat sebagai pelatih kepala. Penunjukkan pelatih kepala pertama di era Marinakis yaitu Aitor Karanka.
Karanka yang dikenal sebagai tangan kanan Mourinho di Real Madrid, dipercaya untuk berbelanja jor-joran. Sebanyak total 24 pemain diboyong Karanka dan Kyriakos Dourekas selaku Director of Football. Namun anehnya, Karanka didepak pada Januari 2019 setelah mendongkrak posisi Forest ke posisi ke-7 klasemen Championship. Penunjukkan Martin O’Neil setelahnya malah berakhir suram karena Forest gagal masuk zona play-off sekalipun.
Menaklukkan “Liga Terburuk” Sedunia
“Ini (Championship)” adalah liga maraton,” ujarnya pada konferensi pers perkenalan, mengutip laman resmi klub.
Apa yang dikatakan oleh Lamouchi memang benar adanya. Jangankan seorang pelatih, suporter layar kaca pun tahu kalau Championship adalah liga paling “ajaib” sedunia. Dengan banyaknya laga yang dimainkan, terlebih juga akan berhadapan dengan babak play-off yang “rasa” menjadi juara-nya akan lebih menyenangkan ketimbang menjuarai liganya sendiri adalah sebuah keanehan. Itu pulalah yang diungkapkan Lamouchi saat mendaratkan kakinya ke City Ground.
“Kamu bisa memimpin 2-0 sebelum laga berakhir, dan kalah 3-2 saat peluit dibunyikan. Hanya di Championship (lah) hal ini bisa terjadi. Seorang orang tua yang tahu sepakbola berkata kepadaku, bahwa Championship adalah liga terburuk sedunia: Paling sulit, paling intens, tapi kamu akan menikmatinya. Mereka berkata: bersiaplah dan jangan lelah,” tutur pemilik 12 caps bagi Les Blues ini.
Membaca Peruntungan Lamouchi di Championship
Sudah lebih lebih dari 2 dekade Forest absen dari divisi teratas Inggris. Terakhir, pasukan Merah dari Nottinghamshire babak belur pada musim 1998/1999. Saking hancurnya skuat mereka saat itu, Forest digebuk 8-1 oleh Manchester United. Musim itu Forest berganti manajer sebanyak 3 kali, mulai dari Dave Basset, Ron Atkinson (caretaker), hingga Micky Adams. Pieree van Hooijdonk dkk. turun ke divisi dua bersama Charlton Athletic dan Blackburn Rovers yang berada di atasnya.
Perjuangan Lamouchi dan anak asuhannya akan berat, mengingat kesiapan materi dan persiapan yang lebih matang dari tim lain. Ia akan bersaing dengan pelatih ternama yang juga akan melakukan debut di musim ini.
Ada nama Philip Cocu yang pernah sukses besama PSV dan kini menangani Derby County, Slaven Bilic eks-West Ham yang kini mengadu peruntungannya bersama West Bromwich Albion, serta Jonathan Woodgate yang pernah menjadi pembelian tersukses Real Madrid yang kini menjalani debut manajerial bersama Middlesbrough.
Tabiat Evangelos Marinakis yang gemar memecat pelatih pun sepertinya perlu menjadi catatan bagi Lamouchi. Sejak mengakuisisi Forest dan turun dari kursi pemilik klub Yunani, Olympiakos pada 2017, Marinakis telah melengserkan 3 pelatih yakni Mark Warburton, Aitor Karanka, serta Martin O’Neill. Rekor ini menambah catatan suram Forest yakni mengganti 11 pelatih hanya dalam kurun 5 tahun terakhir.
Sebenarnya cukup sulit menerawang kesuksesan Lamouchi di tahun debutnya bersama Forest. Sebab, Championship boleh dibilang kompetisi “coba lagi” alias tipis kemungkinan untuk dirinya bisa sukses pada tahun perdana.
Sebagai contoh, keberhasilan Daniel Farke membawa Norwich promosi pada tahun ini merupakan percobaannya yang kedua kalinya, setelah pada tahun pertamanya hanya finis di posisi ke-14. Pun dengan Chris Wilder yang sukses membawa Sheffield United promosi dari League One pada 2016 silam hingga akhirnya berhasil ke Premier League musim ini, harus dilewati sebanyak 3 musim.
Pun hal ini diperkuat pengalaman melatih bagi Lamouchi yang masih terbilang minim, yakni 3 tahun menangani klub Qatar, El Jaish SC serta semusim menukangi klub Ligue1, Rennes, rasa-rasanya ia akan jadi sasaran pembunuhan pemilik Nottingham Forest, Evangelos Marinakis yang sangat berambisi membawa Forest ke masa-masa kejayaannya.
Seperti yang diungkapkan Lamouchi, “Tak ada garis semu atas ambisi Marinakis. Semua jelas. ‘Promosi atau kamu mati’,” ujarnya bergurau.
Selain mempersiapkan tim, mungkin ada satu hal yang mungkin dilupakan Lamouchi: Berziarah ke kuburan Brian Clough.