Sadio Mane awalnya adalah penggemar Barcelona. Di suatu malam pada 2005 di Bambali, Senegal, ia diajak teman dekatnya untuk menyaksikan final Liga Champions. Temannya ini bernama Youssouph Diatta. Ia adalah penggemar berat Liverpool. Ia berharap The Reds bisa mengangkat trofi Liga Champions untuk kelima kalinya dalam final yang digelar di Istanbul tersebut.
“Aku ingat pertandingan AC Milan vs Liverpool pada 2005,” kenang Mane. “Tiga nol, lalu 3-3 dan dilanjutkan tendangan penalti. Itu adalah kenangan besar untukku. Aku menyaksikan di kampungku, Bambali.”
Saat AC Milan unggul 3-0, Diatta marah bukan main. Ia berhenti menyaksikan pertandingan dan pergi begitu saja. Saat pertandingan sudah berakhir dan Liverpool menang lewat adu penalti, Diatta tak percaya atas keajaiban yang terjadi.
“Bahkan hingga hari ini dia masih tak percaya. Dia kembali setelah pertandingan saat Liverpool memenanginya,” kata Mane.
Kini, Mane-lah yang akan berada di final Liga Champions dan berseragam Liverpool. Kebanggaan menyelimuti dirinya karena ini adalah sesuatu yang mungkin tak pernah ia bayangkan, bahkan saat dulu menyaksikan final Istanbul.
“Kalau Anda bilang aku akan bermain di final, aku akan mengatakan kalau itu adalah sesuatu yang amat luar biasa dalam hidupku. Semoga saja kami bisa menang,” harap Mane.
Untuk memeriahkan final Liga Champions, Mane pun mengirimkan 300 kostum Liverpool ke Bambali. Kostum-kostum ini nantinya akan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan teman-teman masa kecil Mane.
Sebagai putra daerah Bambali, dipastikan kalau kampungnya itu akan mendukung penuh Mane untuk meraih trofi Liga Champions. Apalagi, Mane juga dikenal sebagai pria yang tidak sombong. Meski telah dikenal oleh segenap penjuru dunia, tapi ia masih rutin berkomunikasi dengan keluarga dan rekan-rekannya di Bambali, termasuk rekannya yang pendukung setia Liverpool itu.
“Aku berbicara dengannya kemarin,” kata Mane. “Dia adalah penggemar berat Liverpool. Dia masih tinggal di Senegal. Namanya Youssouph Diatta. Dia memintaku kalau kali ini jangan sampai ketinggalan 0-3.”
Di final Liga Champions pada Sabtu (26/5) esok, Mane menyebut tidak ada orang yang akan pergi bekerja di kampungnya. Mereka akan menyaksikan final pertama Mane di Liga Champions.
“Keluargaku masih tinggal di kampung. Ibu dan pamanku, mereka akan menyaksikannya. Ada sekitar dua ribu orang di kampung. Aku membeli 300 kostum Liverpool dan mengirim ke orang-orang di kampung, jadi mereka bisa mengenakannya saat menyaksikan pertandingan final. Aku akan kembali pada musim panas usai Piala Dunia dan semoga aku akan menunjukkan ke semua orang sebuah medali kemenangan,” tutur Mane.
Ledakan Aksi Lini Serang Liverpool
Final Istanbul jelas tak mungkin dilupakan oleh penggemar Liverpool. Musim ini, para penggemar Liverpool agaknya tak perlu khawatir andai The Reds tertinggal lebih dahulu. Pasalnya, trio Roberti Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah, sedang berada pada puncak performa. Hal ini bisa terlihat dari capaian gol mereka yang dicetak dalam rentang waktu yang sempit.
Di babak play-off, Liverpool mencetak tiga gol dalam 12 menit kala menghadapi Hoffenheim. Di fase grup, Liverpool pernah mencetak tiga gol dalam 16 menit dan dua gol dalam lima menit kala menghadapi Maribor. Kala menghadapi Sevilla pun mereka bisa mencetak dua gol dalam sembilan menit. Catatan bagus ini berlanjut kala menghadapi Spartak Moscow di mana The Reds mencetak tiga gol dalam 15 menit dan dua gol dalam empat menit.
Di babak play-off, Liverpool pun amat perkasa. Mereka secara berturut-turut menang secara agregat dengan skor 5-0 dari FC Porto, 5-1 atas Manchester City, dan 7-6 dari AS Roma.
“Bagus buat sepakbola [kalau Liverpool menang] karena cara kami bermain. Aku tak bisa bilang mayoritas orang di dunia juga ingin kami menang karena fans Real Madrid pasti berkata sebaliknya. Mungkin semua orang selain penggemar Real Madrid, Everton, Man United, dan Man City.”
“Kupikir semua orang ingin melihat Liverpool memenangi trofi. Real Madrid memenanginya dua kali dan ingin ketiga kalinya secara beruntun. Kami menghormati mereka sebagai kesebelasan hebat dan kesebelasan besar dalam sejarah, tapi Liverpool juga punya sejarah. Final ini tak akan mudah tapi kami akan melakukan yang terbaik,” tegas Mane.
Mane sendiri meyakinkan kalau skuat Liverpool sedang berada dalam bentuk terbaik. Apalagi pertandingan final ini cuma terjadi sekali ini saja dan belum tentu terulang di musim depan.
“Tak akan mudah. Mereka punya pengalaman dan merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Tapi kami punya kualitas dan bisa mengalahkan kesebelasan manapun di dunia,” kata Mane.
Mane sendiri tampil impresif bersama Liverpool. Di Liga Champions, ia sudah mencetak sembilan gol, sementara Firmino dan Salah sama-sama mencetak 10 gol. Total Liverpool berhasil melesakkan 40 gol, tidak termasuk enam gol di babak play-off.
“Aku selalu merasa terhormat bisa bermain bersama para pemain hebat. Orang-orang bicara soal trio lini depan, tapi ini adalah tim secara keseluruhan yang membuat kesebelasan lebih baik. Mereka melakukan pekerjaan hebat di belakang dan membantu kami mencetak gol. Itu yang membuat kami bahagia,” tutur Mane.