Sami Al Jaber dan Perjalanan Singkat Kariernya di Liga Eropa

Penggemar sepak bola Asia era 1990 sampai 2000-an tentu masih ingat dengan sosok Sami Al-Jaber, penyerang andalan Arab Saudi. Salah satu momennya paling dikenal adalah ketika mencetak gol ke gawang Tunisia di Piala Dunia 2006. Dia melepas tendangan kaki kiri untuk membawa timnya unggul 1-2 dalam laga pembuka Grup H. Sayangnya, lawan bisa menyamakan kedudukan saat injury time.

Sekitar enam tahun sebelumnya, Al-Jaber sempat merasakan petualangan berkarier di Eropa. Pada masa itu, masih belum banyak pesepak bola Asia yang bermain di lima liga top Eropa. Sedangkan dia direkrut salah satu klub Inggris, Wolverhampton Wanderers, meski saat itu sedang bermain di papan bawah. Namun, perjalanannya itu memang hanya berlangsung singkat, karena sejumlah masalah.

Pindah ke Inggris

Musim panas 2000, Al-Jaber resmi bergabung dengan Wolverhampton. Klub yang sejak 2018 hingga kini jadi kontestan Premier League Inggris tersebut saat itu masih main di First Division, kasta kedua Liga Inggris yang sekarang bernama Championship League. Dia dipinjam dari klubnya, Al-Hilal dengan opsi kontrak senilai 1,3 juta paun sampai 2004, setelah mengesankan manajer Colin Lee dalam trial.

“Kami sangat terkesan dengan apa yang telah kami lihat sejauh ini. Dia sangat terampil dan akan jadi pemain yang menarik untuk dimiliki di klub,” kata Lee dilansir Birmingham Mail. Bahkan, sang pelatih tak sabar untk segera memainkan Al-Jaber di tim. “Saya tak akan ragu menggunakannya begitu dia menjalani beberapa sesi latihan. Dia melakukan dengan baik saat di sini untuk uji coba,” tambahnya.

Sementara Al-Jaber tak kalah antusias, jadi orang Arab Saudi pertama yang berkarier di liga Eropa. “Bagi saya untuk menjadi pemain terbaik yang saya bisa, saya harus bermain di Eropa,” ungkap sang striker pula. “Saya baru berada di Wolverhampton selama tiga minggu. Tapi para pemain dan semua orang di klub membuat saya merasa sangat diterima, rasanya sudah setahun di sini,” sambungnya.

Izin Kerja

Namun, sama seperti kebanyakan pemain Asia pada masa itu, untuk bermain di Eropa apalagi Inggris, memang tak mudah. Batu sandungan awal adalah izin kerja. “Semuanya (untuk kepindahan) sudah beres, tapi kami masih menunggu izin kerja,” jelas pelatih Wolves saat itu. “Jika siap sebelum akhir pekan, kami mungkin memasukkannya pada hari Sabtu, mungkin di bangku cadangan,” kata Lee lagi.

Padahal, dengan rekor 44 golnya dalam 80 laga internasional bersama timnas, ditambah izin Federasi Sepak Bola Arab Saudi, seharusnya itu akan menjadi lebih mudah. Namun kenyataannya, butuh satu bulan bagi Al-Jaber untuk menerima izin internasional. Dia baru menjalani debut pada pekan delapan di markas Wimbledon FC, 16 September 2000, masuk menit ke-63 dan membantu tim imbang 1-1.

Al-Jaber kembali digunakan dalam dua pertandingan liga lagi, lalu jadi starter dan bermain full time di Piala Liga Inggris. Setelah itu dia sempat absen cukup lama, karena tugas internasional. Namun, usai kembali ke Inggris, dipasang hingga mencetak gol di tim cadangan, yang mengisyaratkan akan masih banyak penampilannya di tim utama. Namun, sejak itu situasi ternyata malah menjadi semakin pelik.

Konflik Klub

Masalah baru muncul saat Al-Jaber membela timnas Arab Saudi di Piala Asia 2000 sepanjang Oktober 2000. Rupanya dia sempat mengalami cedera pangkal paha, namun tetap bermain demi target untuk mempertahankan gelar juara, meski akhinya kalah di final. Setelahnya muncul kabar dirinya telah menerima suntikan untuk memungkinkan terus bermain di turnamen tersebut hingga partai puncak.

Wolves sangat marah dengan kabar tersebut, sehingga mereka mempertimbangkan untuk menuntut Federasi Sepak Bola Arab Saudi. Konflik semakin meruncing setelah Pangeran Khalid, anggota utama Dewan Eksekutif Kehormatan di klub asal Al-Jaber, Al-Hilal menyebut sebagai “penghinaan” bahwa kapten timnas Arab Saudi itu mungkin akan kembali ke Timur Tengah tanpa pernah starter di Inggris.

“Itu telah menghina Sami. Ini merupakan penghinaan terhadap klub ini (Al-Hilal) dan itu merupakan penghinaan terhadap negara kita,” katanya. “Jika dia pergi ke Premier League, mungkin saya tak akan mengatakan apa-apa, tapi Wolves hanyalah tim First Division. Mereka tidak melakukannya dengan baik, mereka mainkan gelandang serang dan meninggalkan Sami di bench,” tambah sang pangeran.

Protektif

Hasilnya, pada musim dingin 2001, Al-Jaber akhirnya kembali ke Arab Saudi setelah peminjamannya tak dilanjutkan. Dia sempat main sekali lagi di liga sebagai pengganti pada pekan ke-22, 9 Desember 2000. Hanya lima bulan perjalanan kariernya di Inggris. Padahal pelatih baru Dave Jones sempat ingin uji cobanya terus diperpanjang, namun Al-Hilal sudah kehilangan kesabaran dan menariknya pulang.

“Saya berada di sana selama (total) delapan bulan dan menikmatinya, saya ingin bertahan, tapi klub saya di Arab Saudi tidak akan melepaskan saya,” ucap Al-Jaber. Pemain yang saat itu baru genap 28 tahun tersebut tak pernah lagi keluar dari negerinya,hingga pensiun pada 2007, usai pengabdian 18 tahun dengan 173 gol dalam 380 laga. Dia juga mencatatkan 156 caps untuk timnas dengan 46 gol.

Al-Jaber memang punya status pahlawan di tanah airnya. Bahkan, dia sudah jadi institusi nasional di Arab Saudi dengan reputasi mencetak gol, hingga dijuluki Blue Wolf mengacu pada warna jersey Al-Hilal dan Alan Shearer of Arabia menyandingkannya dengan legenda Inggris. Namun, sikap protektif telah mengakhiri kariernya di Eropa, yang juga menghambat banyak pemain Arab lainnya hingga kini.

Sumber: Birmingham Mail, Wikipedia