Eric Garcia, Calon Penerus Vincent Kompany dari Akademi

Foto: Mancity.com

Setelah menjuarai semua gelar domestik Inggris di 2018/2019, Manchester City kehilangan pemimpin sekaligus pemain terakhir dari era Thaksin Shinawatra, Vincent Kompany. Vinnie meninggalkan Manchester dan pulang ke kampung halaman, Brussels. Membela sekaligus menangani klub profesional pertamanya, Anderlecht.

Dengan kepergian Kompany, publik merasa bahwa the Citizens harus memperkuat daerah pertahanan mereka di musim panas 2019. Setidaknya itulah hasil dari pemungutan suara Manchester Evening News. Sumber yang sama juga mengatakan bahwa para suporter ingin Pep Guardiola mendatangkan bek Ajax, Matthijs de Ligt, sebagai pengganti Kompany.

Kompany sebenarnya bukan pemain yang sering tampil di bawah Guardiola. Kerap menderita cedera, Vinnie hanya tampil 61 kali untuk nakhoda berkepala plontos itu. Guardiola lebih sering menggunakan John Stones (109) dan Aymeric Laporte (64) di barisan pertahanan the Citizens.

Masalahnya, kepergian Kompany membuat Manchester City harus mencari pemimpin baru. Kabarnya, Stones atau Raheem Sterling akan menjadi kapten the Citizens pasca kepergian Kompany. Tapi penerus Kompany sepertinya akan berasal dari akademi.

Menurut laporan Daily Mail, Guardiola siap memberikan promosi kepada bek asal Spanyol, Eric Garcia sebagai pengganti Kompany. Garcia diboyong dari Barcelona pada musim panas 2017. Setahun kemudian ia diberi kesempatan untuk tampil di Piala Liga, termasuk lawan Leicester City pada putaran perempat final.

Guardiola pun puas dengan penampilannya selama membela tim senior. “Ia mungkin bukan pemain paling kuat atau cepat. Pihak lawan beberapa kali melewati dirinya. Akan tetapi, dia bisa memimpin lini pertahanan. Operan dan visi permainannya bagus,” kata Guardiola.

“Dia masih 17 tahun. Tapi Garcia main seperti sudah berusia 23 atau 24 tahun,” lanjutnya memuji kematangan Garcia.

DNA Manchester City

Foto: Bong da

Guardiola tidak pernah menangani Garcia di tim muda Barcelona. Dirinya hanya tahu bahwa pemain kelahiran 9 Januari 1991 itu memiliki potensi untuk jadi pemain besar. Berstatus sebagai kapten Spanyol U17, Garcia membawa La Rojita menjadi juara Piala Eropa 2017.

“Saya tidak punya kesempatan untuk melihatnya bermain. Tapi dia ingin memperlihatkan kualitasnya dan kami [Manchester City] bisa memberikan hal itu kepada dirinya,” ungkap Guardiola setelah resmi mendatangkan Garcia.

Garcia mengaku bahwa dirinya butuh adaptasi dengan gaya permainan Manchester City. “Tahun pertama saya di Manchester cukup berat. Negara, klub, dan gaya permainan yang baru, jelas saya butuh adaptasi,” kata Garcia.

Untungnya, Gareth Taylor yang menangani Manchester City U18 sering berbicara dengan Guardiola dan membentuk pemainnya siap tampil di tim senior. “Gaz [Gareth Taylor] dan Guardiola menerapkan gaya bermain yang sama. Sama-sama melakukan banyak operan. Itu membantu kami para pemain akademi untuk hidup di tim senior,” jelas Garcia.

Ia pun tidak menyesal pergi dari Barcelona. “Pasti sulit meninggalkan keluarga dan teman-teman Anda. Tapi saya juga harus memikirkan karier. Pada akhirnya saya senang berada di sini,” aku Garcia.

DNA Manchester City mulai hidup dalam diri Garcia. “Nicolas Otamendi, John [Stones], Vinnie, Aymeric [Laporte], semuanya ikut membantu saya,” katanya. Setelah bergabung dengan Manchester City, kemampuan Garcia pun semakin diakui. Masuk ke dalam daftar talenta muda terbaik versi Guardian di 2018. Peringkat 15 pada versi GOAL.

Luka dari Brahim Diaz

Foto: Fox Sports Asia

Garcia jelas bukan satu-satunya talenta Spanyol ataupun mantan pemain La Masia yang dimiliki Manchester City. Menurut Transfermarkt, Manchester City punya 11 akademi asal Spanyol, selain Garcia.

Salah satunya juga berasal La Masia dan main bersama Garcia di U23. Adrian Bernabe, namanya. Tapi berbeda dengan Garcia, hingga akhir musim 2018/2019, Bernabe belum mendapat pengakuan dari Guardiola. Ia sudah tampil untuk tim senior, hanya saja dirinya masih harus membuktikan diri kepada mantan nakhoda Barcelona tersebut.

Melihat nasib Dennis Suarez dan Joan Roman, tidak semua talenta asal Spanyol punya masa depan di Manchester City. Guardiola bahkan telah membuang tiga pemain selama mengasuh the Citizens: Angelino (PSV Eindhoven), Erik Sarmiento (Espanyol), dan , Pablo Maffeo (Stuttgart).

Brahim Diaz yang ingin dipertahankan Guardiola, justru pergi setelah tergoda tawaran dari Real Madrid. “Saya memiliki tiga opsi, Real Madrid, Real Madrid, dan Real Madrid!,” ungkap Diaz setelah meninggalkan Etihad.

Memiliki penilaian positif terhadap Garcia, Guardiola tentu tidak ingin kejadian seperti Diaz ataupun Jadon Sancho terulang lagi. Meskipun rumor yang beredar mengatakan Guardiola mencari pengganti Kompany dari luar Manchester, hal tersebut sebenarnya tak diperlukan.

Tidak saat John Stones dan Aymeric Laporte masih menjadi palang pintu utama di depan gawang Ederson. Hal yang ia perlukan adalah mengamankan talenta muda dan mencari pemimpin baru untuk generasi masa depan Manchester City. Itu semua dimiliki oleh Eric Garcia yang saat ini masih berstatus pemain U23.

Kunci Garcia di tim utama, amankan jasanya dari kesebelasan lain, dan pastikan dirinya tidak menyesal meninggalkan Barcelona. Mungkin empat hingga lima tahun lagi, dirinya akan siap menggantikan peran Kompany di ruang ganti.