Mengenal Jeong, Pemain Korea Selatan Pertama Bayern Muenchen

Foto: Kicker.com

Kemenangan tandang telak Bayern Muenchen atas Borussia Moenchengladbach 5-1, Sabtu (2/3/2019) menyajikan beragam fakta menarik. Bayern menyamai perolehan poin pemimpin klasemen Borussia Dortmund dengan 54 angka pada 10 laga sisa. Mereka juga tercatat sebagai klub pertama yang mencetak 4.000 gol Bundesliga. Sementara, penyerang Robert Lewandowksi mencetak gol Bundesliga ke-195, menyamai milik Claudio Pizarro selaku pemain asing paling produktif di Jerman.

Ada satu catatan penting lain. FC Hollywood pertama kali memberi debut kepada seorang pemain Korea Selatan. Namanya, Jeong Woo-yeong. Dia masuk menggantikan pemain kawakan Thomas Mueller saat laga memasuki menit ke-86. Ketika Lewandowski sukses mengeksekusi penalti menyudahi perlawanan Gladbach, Jeong orang pertama yang kegirangan menghampiri Lewandowski.

Bernomor punggung 20, Jeong beroperasi di sayap kanan. Selama lebih dari empat menit, Jeong mengeksploitasi sisi kiri pertahanan Gladbach yang kehabisan semangat. Aksi pertamanya mengejar Thorgan Hazard yang coba merangsek. Sekalipun tidak berhasil mengejar Hazard, kejaran Jeong sedikit mengganggunya. Serangan Die Fohlen putus, berganti serangan balik yang dikomandoi Lewandowski perlahan-lahan.

Dari sebelah kanan lini belakang, Jeong berlari untuk menyambut operan penyerang Polandia. Dengan kontrol mumpuni, dia menyelesaikan peluang a la Arjen Robben: Memotong ke dalam lalu melepas tendangan melengkung dengan kaki kiri. Incaran tiang dekatnya mampu dibaca Yann Sommer. Adegan berikutnya, giliran dia memberi umpan terobosan terlalu kencang untuk Lewy. Selang beberapa detik kemudian dia menyodorkan operan serupa kepada Joshua Kimmich yang lantas dijatuhkan Hazard dan wasit menunjuk titik putih. Seperti dijelaskan sebelumnya, Lewandowski mengeksekusinya dengan sempurna dan Jeong menghampirinya pertama kali.

Kesan pertama yang lumayan bagus untuk seorang debutan. Diberi ucapan, “Selamat datang di Bundesliga” pula oleh Thomas Mueller via Instagram.

‘Danke,’ balasnya.

Jejak Korea di Eropa

“Jika kami merekrut pemain dari jauh sekali, maka itu disebabkan kami melihat dia punya potensi berkembang. Kami memberikan itu kepadanya dan keluarganya bahwa dia tidak berada di sini bukan untuk memenuhi jumlah skuat,” ungkap Kepala Akademi Bayern, Jochen Sauer kepada Bundesliga.

Penjelasan Sauer perlu dibuktikan bukan sebagai pemanis belaka oleh Jeong sendiri. Acap kali saat tim besar merekrut pemain Asia disinisi sebatas perluasan pangsa pasar pendukung guna meraup pundi-pundi uang. Hanya pemain tersebut sendiri yang mampu membalikkan syak wasangka tadi dengan konsistensi gemilang di lapangan. Sudah banyak contoh kasus pemain Asia yang menjadi pemain inti, bahkan berstatus legenda.

Bayern cukup terlambat mencoba peruntungan memakai jasa pemain Korea. Berbeda dengan Bayer Leverkusen yang sempat mengecap manis kinerja Son Heung-min sebelum benar-benar bersinar bersama Tottenham Hotspur. Eintracht Frankfurt punya legenda dalam diri Cha Bum-kun yang tampil tajam di Bundesliga era 1980-an. Cha dianugerahi ‘Pemain Terbaik Asia Abad Ini’ oleh organisasi sejarah dan statistik, IFFHS.

Bahkan, pada pekan yang sama dengan debut Jeong, dua gol sumbangan Ji Dong-Won mengantar Augsburg menekuk Dortmund yang sangat membantu peluang juara FC Hollywood. Beberapa contoh lain dapat dikemukakan, seperti Park Ji-Sung yang menaklukan kancah sepakbola Inggris dan Belanda. Mengikutsertakan negara tetangga di Asia Timur, yakni Jepang jelas menambah daftar kegemilangan pemain Asia. Shinji Kagawa yang mengagumkan di Dortmund, Hidetoshi Nakata di AS Roma, dan Makoto Hasebe dengan tim juara Wolfsburg. Mereka menduplikasi jejak Yasuhiko Okudera, pemain Jepang pertama di Eropa, yang mengawinkan gelar Bundesliga dengan DFB Pokal musim 1977-78.

Bayern bukannya tidak pernah mencoba. Takashi Usami sempat dipinjam dari Gamba Osaka delapan tahun silam, tapi justru baru belakangan dia moncer bersama Fortuna Dusseldorf. Pada akhir 1990-an sampai pertengahan 2000-an, Bayern menjalin koneksi dengan tiga pemain Iran, Ali Daei (1998-99), Vahid Hashemian (2004-05), dan Ali Karimi (2005-07). Sekalipun ketiganya menyumbang dobel gelar, Bundesliga dan DFB Pokal, tapi performa top mereka bukan saat membela Bayern. Justru pada klub lain mereka sangat diandalkan, bukan sebatas pelapis.

Rekam jejak mereka bisa ditelusuri Jeong. Tergantung, mampu melampauinya atau tidak.

Awalnya Menekuni Taekwondo

Bayern merekrut pemain kelahiran 20 September 1999 dari tim muda Incheon United. Sejak bergabung pada 1 Januari 2018, Jeong ditempa di tim U-19 Die Roten. Pada periode awal, sebanyak 16 gol (termasuk di laga debut) dan 3 asis dibukukan sepanjang 16 laga Regionalliga, Divisi Empat Liga Jerman. Anggota timnas Korsel U-17 ini juga turut disertakan dalam rombongan pramusim ke Amerika Serikat, juga tampil di pertandingan penghormatan untuk Bastian Schweinsteiger.

“Pengalaman ini menuntunku untuk terus kerja keras, sehingga saya bisa mengambil langkah selanjutnya. Saya ingin pergi ke Eropa. Jika Anda ingin berkembang, Anda harus melakukannya. Setiap orang di Korea Selatan yang bermain baik tidak lagi di sana,” ungkapnya kepada Kicker.

Lonjakan awal kariernya cukup cepat. Sebab, sampai berusia 10 tahun Jeong masih menekuni bela diri tradisional Korsel, Taekwondo. Setahun sebelum diboyong ke Jerman, dia hanya pesepakbola muda yang ditonton 10 suporter di stadion berangin. Kini, dia menikmati banyak latihan di klub top Eropa, sembari menyerap ilmu pemain-pemain kelas atas, seperti Franck Ribery dan Arjen Robben. Keduanya sangat Jeong perhatikan sebagai senior kelas kakap yang berposisi sama dengannya.

Jika suatu saat nanti Jeong bisa menggantikan salah satu dari keduanya, tentu sangat luar biasa. Apalagi kalau koleganya dari Kanada, Alphonso Davies juga sama-sama rutin mengisi posisi sayap. Barang kali, koneksi Jeong-Davis memang tengah disiapkan untuk antisipasi pensiunnya kemitraan ‘Robbery’ yang langgeng tersohor sejak 2009. Tentu sangat ajaib kalau sektor penyerangan Bayern dihuni pemain Korea dan Kanada, dua kawasan yang tidak semua klub jamah.

Sebelum melakoni laga debut Bundesliga versus Gladbach, sebetulnya Jeong juga telah melakoni kiprah profesional dengan seragam merah. Akhir November tahun lalu, Jeong diberi kesempatan di ajang Liga Champions saat klub Bavaria bersua Benfica.

Seperti lawan Gladbach, Jeong menggantikan Thomas Mueller juga. Bedanya, dia masuk dari menit ke-81, maka lebih banyak waktu tampil untuknya daripada laga di Borussia Park. Jelas tidak mengapa, ketimbang tidak masuk ke dalam tim sama sekali atau sebatas cadangan yang tidak dipakai. Mendapatkan menit bermain jelas hal besar sebagai pemuda yang berkesempatan membela Bayern. Bagaimanapun meraih pengalaman yang diutamakan.

Oh iya, seperti lawan Gladbach, kala itu juga Bayern menang 5-1. Dua skor besar yang sama mewarnai debut-debut Jeong. Jadi, Niko Kovac mungkin kini mengerti. Agar mendapatkan skor telak 5-1 lagi, dia mesti memasukkan siapa ke lapangan.

Jeong Woo-yeong, pemain Bayern pertama asal Korea Selatan.