Renat Dadashov, Rekrutan Aneh Wolverhampton Wanderers

Berhasil menjadi kejutan di Premier League 2018/2019 tidak membuat Wolverhampton Wanderers berfoya-foya untuk mengarungi musim kompetisi berikutnya. Nuno Espirito Santo selaku manajer klub hanya mendatangkan enam muka baru ke Molineux Stadium.

Tak menghitung Raul Jimenez dan Leander Dendoncker yang sudah terlibat dengan Wolves sejak promosi dari Championship, mereka hanya mengeluarkan dana kurang dari 50 juta Pauns pada musim panas 2019. Brighton & Hove Albion yang menduduki peringkat ke-16 di klasemen akhir Premier 2018/2019 bahkan lebih boros dibanding Wolves. Padahal Ruben Neves dan kawan-kawan berpeluang tampil di Liga Europa pada 2019/2020.

Menurut Transfermarkt, apabila mencoret biaya untuk Jimenez (34,2jt) dan Dendoncker (12,15jt), Santo hanya menggunakan uang sekitar 40 juta Pauns untuk memperkuat tim asuhannya. Akan tetapi, itu juga tak termasuk jasa Renat Dadashov yang nilai transaksinya dirahasiakan oleh pihak klub.

Nama Dadashov juga jadi pembelian paling mencolok dari Wolves di musim panas 2019. Ketika pemain-pemain lain didatangkan dari kesebelasan ternama Eropa seperti Lazio dan AC Milan, Dadashov diboyong dari divisi dua Portugal, Estoril. Penyerang kewarganegaraan Azerbaijan itu bahkan bukanlah pemain utama Estoril! Hanya empat kali bermain penuh 90 menit dari 22 kesempatan yang ia dapatkan sepanjang musim.

Dengan latar belakang seperti itu, tentu menggelitik para pendukung Wolves. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Dadashov tidak akan pernah terdengar lagi sampai pada akhirnya ia dibuang ke divisi dua Spanyol dalam beberapa tahun ke depan.

Namun, Direktur Olahraga Wolverhampton, Kevin Thelwell, memiliki opini berbeda. “Bicara soal bursa transfer, kami tak hanya berpikir tentang kondisi saat ini. Masa depan juga ada dalam pikiran kami. Dadashov adalah pemain yang menarik. Dirinya bisa menjadi pemain yang fantastis untuk Wolves di masa depan,” kata Thelwell.

Dikontrak hingga selama empat tahun, Dadashov bisa menjadi pemain Azerbaijan pertama yang merumput di Premier League. Namun sebelum bisa bergabung dengan Conor Coady dan kawan-kawan, ia akan menetap di Portugal sebagai pemain pinjaman di Pacos Ferreira.

Bersinar di Tim Muda Jerman

Foto: Index.hr

Melihat peserta Premier League merekrut pemain Azerbaijan memang sesuatu yang unik. Pasalnya, biasanya pemain Azerbaijan akan pergi ke Turki atau Jerman untuk melanjutkan karier mereka. Itu pun paling tinggi di divisi dua.

Bahkan bedasarkan data Transfermarkt, hanya ada lima pemain Azerbaijan yang membela tim divisi tertinggi Eropa di luar negara mereka sendiri: Emil Balayev (Kazakhstan), Pavlo Pashaiev (Ukraina), Ali Shirinov, Vugar Askerov (Albania), Ramil Sheydaev (Rusia). Renat Dadashov jadi yang ke-enam setelah Pacos Ferreira berhasil menjuarai divisi dua Portugal 2018/2019.

Meski kehadiran Dadashov dalam daftar pemain Wolves tergolong absurd, dia sebenarnya cukup memiliki kualitas untuk membela tim asuhan Espirito Santo di masa depan. Sejak remaja, Dadashov sudah berhasil membuktikan kualitasnya sebagai penyerang bersama tim nasional Jerman. Mencetak 17 gol dari 19 pertandingan di tim muda Der Panzer.

Dadashov memilih Azerbaijan bukan karena talentanya tidak mencapai standard Jerman. “Renat [Dadashov] sudah memperlihatkan perkembangan pesat. Dirinya bisa mencapai level tertinggi. Jika dirinya bisa dewasa, ia akan bisa jadi lebih baik lagi. Ia perlu belajar dari pemain-pemain terbaik seperti Alexander Meier,” kata Alexander Schur, salah satu pelatih yang menangani Dadashov di Eintracht Frankfurt.

Namun bagi pemain kelahiran 17 Mei 1999 tersebut, Azerbaijan adalah keputusan terbaik, sesuai dengan keinginan keluarganya. Dengan memilih Azerbaijan, ia bisa main bersama kakaknya, Rufat Dadashov yang merupakan penyerang andalan negara mantan Uni Soviet tersebut.

“Saya sudah berdiskusi dengan semua pihak dan ini bukanlah pilihan mudah. Tapi saya harus mengikuti keinginan hati,” kata Dadashov menjelaskan keputusannya. Bersama pemain kelahiran Belanda, Ozan Kökçü, Dadashov digadang akan menjadi tumpuan tim nasional Azerbaijan di masa depan.

Dibuang Eintracht Frankfurt

Foto: Twitter / @Eintracht_Eng

Dadashov mungkin bukanlah penyerang yang sempurna. Tempramen milikinya bahkan membuat kariernya di Eintracht rusak. Sekalipun dirinya adalah topskorer Eintracht U19, Dadashov sempat absen karena isu disipliner.

“Tentu kehilangan Dadashov memberi rasa sakit. Dia adalah pemain paling produktif yang kami miliki. Sudah punya pengalaman di tim senior Azerbaijan dan jadi poros permainan kami. Tapi peraturan tetap harus dijalankan,” kata Frank Leicht, mantan nakhoda Eintracht U19.

Dadashov memang dikenal sebagai pemain yang emosional. Kariernya sebagai pesepakbola baru dimulai pada 2014, tapi ia sudah 18 kartu kuning dan empat merah. Padahal berposisi sebagai penyerang, bukan bek. Berkelahi dan melukai rekan satu timnya di Eintracht, masa depan Dadashov bersama Die Adler pun diragukan. Padahal dirinya merupakan salah satu pemain potensial yang dimiliki tim muda Eintracht.

Eintracht mengontraknya hingga 2020 setelah mendaratkan jasanya dari RB Leipzig. Tapi hanya tiga bulan setelah berkelahi dengan rekan satu timnya, Dadashov langsung dilepas ke Estoril secara cuma-cuma ke Estoril.

Peluang di Wolves

Foto: Azeri Sport

Memiliki jam terbang yang terbatas, Dadashov berhasil mencetak empat gol untuk Estoril. Termasuk jadi pahlawan kemenangan Canarinhos -julukan klub- melawan Braga B dan SC Farense. Tanpa Dadashov, Estoril yang mengakhiri musim di peringkat tiga klasemen divisi dua Portugal akan kehilangan enam poin dan terlempar ke papan tengah.

Melihat semua ini, Dadashov memiliki modal untuk menjadi pemain Azerbaijan pertama di Premier League. Apalagi berada di bawah asuhan Espirito Santo yang gemar menggunakan penyerang kuat untuk menahan bola dan membuka ruang untuk rekan-rekan satu timnya.

Sepanjang karier melatih Santo, penyerang-penyerang yang ia andalkan punya karakter seperti itu. Entah itu Jimenez, Leo Bonatini, ataupun Paco Alcacer yang dikenal cepat dan handal mengekseskusi bola mati juga diminta menahan bola sampai teman-temannya ada di area yang lebih berbahaya. Memiliki postur 186 centimeter dan perbandingan dengan Alexander Meier serta Mario Gomez di masa lalunya, Dadashov bisa menjalankan tugas tersebut.

Akan tetapi, semua tergantung performanya di Pacos Ferreira serta persaingan di lini depan Wolves. Apabila Dadashov pada akhirnya terus-menerus tertutup oleh Patrick Cutrone dan Jimenez, mungkin Ozan Kökçü akan mendahuluinya di Premier League. Pasalnya Everton dan Tottenham Hotspur kabarnya memantau rekan senegara Dadashov tersebut.