Usianya masih 16 tahun, tapi beban berat sudah menunggu dia. Sejak diorbitkan Luciano Spalletti dalam pertandingan Liga Europa 2018/2019 melawan Eintracht Frankfurt, nama Sebastiano Esposito digadang-gadang akan menjadi bintang di masa depan.
Padahal dirinya baru terlibat 17 menit untuk Inter. Namun, Paris Saint-Germain (PSG), Borussia Dortmund, Chelsea, Manchester City, dan Liverpool sudah mengantri meminta jasa Esposito.
Transfer Tavern bahkan mengatakan bahwa pihak the Reds sudah menyiapkan dana besar agar bisa membuat Esposito mendarat di Anfield. Dengan penyerang asal Inggris, Bobby Duncan, disiapkan menjadi tandemnya di akademi.
Akan tetapi, Gazzetta dello Sport tidak mempercayai laporan itu. Menurut mereka, Inter akan berusaha mempertahankan Esposito di Giuseppe Meazza. Nerazzurri juga menolak tawaran PSG yang kabarnya sudah berkali-kali meminta jasa Esposito.
Lahir dari Keluarga Sepakbola
https://www.instagram.com/p/BM_cYIDB0pD/
Talenta Esposito memang terlihat menjanjikan. Lahir dari keluarga sepakbola, Sebastiano bukan satu-satunya talenta dari keluarga Esposito. Kakaknya, Salvatore Esposito bermain untuk SPAL. Sementara adiknya, Francesco Pio membela Inter bersama Sebastiano.
Mereka adalah anak dari mantan pelatih Juve Stabia, Agostino Esposito. “Saya beruntung punya ayah seperti dirinya. Ia adalah orang pertama yang mengajarkan sepakbola. Bukan sekedar untuk bermain, kami juga sering berdiskusi sambil menyaksikan pertandingan di televisi. Dirinya membuat sepakbola menjadi gairah hidup saya,” aku Sebastiano Esposito.
Talenta Esposito kemudian dilihat oleh Roberto Clerici. Clerici merupakan sosok senior di akademi Brescia yang sebelumnya sudah menemukan pemain-pemain kelas dunia seperti Eugenio Corini, Andrea Pirlo, dan Gianluigi Donnarumma.
Apabila sosok seperti Clerici sudah mengakui talenta Esposito, jelas ada potensi besar tersimpan dalam dirinya. “Saya sangat berterimakasih kepada Clerici. Saya tahu betul bagaimana dunia sepakbola berjalan. Oleh karena itulah saya tidak memberikan beban kepada anak-anak. Namun Clerici menjaga anak-anak saya dan mengarahkan mereka ke jalan yang benar,” kata Agostino.
Kreator dengan Insting Predator
Tidak butuh waktu lama untuk keluarga Esposito menjadi sorotan. Terutama Sebastiano. Tidak mau terbebani, dia sudah berusaha menjaga jarak dengan saudara-saudaranya. Mungkin agar tidak bernasib sama dengan trio Hazard.
“Kami semua memiliki karakter yang berbeda. Salvatore punya kaki emas. Francesco merupakan seorang false nine yang cerdik di depan gawang. Sementara saya adalah pemain mungil dengan daya juang tinggi,” kata Sebastiano Esposito.
Dibandingkan saudara-saudaranya, Sebastiano memang dikenal lebih fleksibel di atas lapangan. Ia bisa berperan sebagai ujung tombak, penyerang sayap, gelandang serang dan kiri. Dengan operan akurat dan kegemarannya menggiring bola, Sebastiano terlihat seperti kreator yang siap menghukum lawan.
Mungkin apabila ada yang familiar dengan anime dan/atau manga ‘Giant Killing’, gaya permainan Sebastiano dapat dibandingkan dengan Luigi ‘Gino’ Yoshida dari East Tokyo United. Layaknya Gino, Sebastiano juga ahli mengeksekusi bola mati. Jika tidak, cuplikan penampilannya di Youtube mungkin bisa membantu.
Tapi, dari berbagai posisi yang bisa ia tempati, lini serang menjadi tempat terbaiknya. Paling tidak untuk saat ini. “Meski masih muda, Esposito tahu betul apa yang harus ia lakukan di dalam kotak penalti,” kata Spalletti.
Belum Sempurna
Menurut Andrea Zanchetta yang mengasuh Esposito di Inter U17, pemain kelahiran 2 Juli 2002 itu belum menemukan posisi terbaiknya. “Jangan sebut dia sebagai pengganti Icardi. Sangat sulit untuk mencari pemain yang benar-benar bisa mengisi posisi Icardi. Sebastiano memang memperlihatkan kemampuannya sebagai penyerang. Namun ia dapat bermain di mana saja,” buka Zanchetta.
“Posisi terbaiknya baru akan diketahui setelah pertumbuhan fisiknya selesai. Sementara ini, dia adalah pesepakbola pintar yang mengerti betul tentang sepakbola,” lanjutnya. Esposito sendiri mengakui hal itu. Mengatakan dirinya masih bisa main di mana saja selama tugas utamanya adalah menyerang.
“Saya senang menyerang. Sebagai seorang ujung tombak, saya berbahaya karena tahu harus menempatkan diri di mana. Tapi saya juga senang bermain di belakang penyerang. Menjadi kreator untuk pemain di depan saya,” akunya.
Kedua posisi ini adalah tempat bermainnya di tim U19 Inter Milan. Armando Madonna selaku nakhoda tim mengatakan dua posisi itu adalah tempat terbaik Esposito. Namun seperti perkataan Zanchetta, Esposito sejatinya bisa dimainkan di mana saja. “Seiring waktu, dirinya akan menemukan gaya permainan terbaiknya,” kata Madonna.
Masa Depan Masih Panjang
Foto: Sport.de
Sebastiano Esposito memiliki kontrak dengan Inter Milan hingga 2021. Tidak ada alasan untuk Antonio Conte terburu-buru mengangkatnya sebagai bagian tetap dari tim utama.
Namun, dalam waktu yang singkat Esposito memang memperlihatkan kualitasnya sebagai pemain bertalenta. Hingga 15 Juni 2019, ia telah mencetak 34 gol dari 56 pertandingannya bersama tim muda Inter. Sementara di tim nasional Italia, dirinya berhasil menyumbang 22 gol dari 20 pertandingan.
Pemain seperti Esposito biasanya baru muncul saat mereka berusia 18 atau 19 tahun. Tapi talenta milik Inter Milan ini datang dua atau tiga tahun lebih awal. Dirinya memang seperti hidup untuk sepakbola. Lahir dari keluarga sepakbola dan dibentuk untuk jadi pesepakbola.
Semoga saja talentanya tidak disia-siakan seperti saat Inter menyia-nyiakan Pirlo setelah diangkut dari Brescia.