Thomas Delaney, Aset Berharga Werder Bremen Musim Ini

Selalu Belajar untuk Jadi Lebih Baik

Tak lama setelah resmi menjadi pemain Bremen pada Januari lalu, Delaney mengaku senang dan tidak menyesal pindah ke klub yang tengah berada di zona degradasi itu. Dilansir dari laman espnfc.com, ia memang merasa sedikit janggal karena tidak lagi menjadi pemain Copenhagen. Namun ia meyakinkan untuk memberikan segalanya demi membantu klub barunya itu lepas dari jurang degradasi.

“Saya pikir ini adalah langkah yang penting untuk saya dan saya dapat memainkan peran yang bagus di sini. Penting bagi saya untuk tidak terbawa suasana dan fokus menemukan tempat di mana saya dapat memperbaiki tim dan juga belajar untuk diri sendiri,” tutur Delaney saat itu.

Delaney memang dianggap sosok pekerja keras. Di Copenhagen ia juga menjadi figur penting dan berpengaruh pada tim sehingga pada 2015 ia dipromosikan sebagai kapten. Bersama Copenhagen, Delaney sukses meraih empat gelar Liga Denmark dan empat gelar Piala Denmark. Selama dua tahun berturut-turut pula ia dipilih menjadi pemain terbaik klub, yaitu pada 2015 dan 2016. Tak heran jika di klub lamanya itu ia menjadi ikon yang sangat dihormati.

Mei lalu saat Copenhagen secara resmi menjadi juara Liga Denmark, sebuah selebrasi dirancang sedemikian rupa oleh klub. Sebuah helikopter melayang di atas stadion kebanggaan mereka, Telia Parken dan lalu mendarat di tengah lapangan. Hal yang tidak diketahui para pendukung Copenhagen, ada sosok Delaney yang bergerak keluar helikopter sambil membawa trofi juara. Nama Delaney pun bergaung di seisi stadion.

Delaney menjadi pemain yang spesial karena keinginannya untuk terus berkembang. Steve Harris dalam sebuah kolom di laman outsideoftheboot menyebut Delaney begitu gigih menjadikan dirinya sendiri pemain yang komplit. Tak hanya ingin kuat dengan kakinya, pemain dengan tinggi 182 cm ini mengasah kemampuannya dalam menyundul bola.

Sejak 2012-2015, Delaney menjadi pemain yang rutin tampil bersama Copenhagen. Namun ia tidak pernah mencetak lebih dari tiga gol di tiap musim. Tren berlanjut di hampir sepanjang musim 2015-2016. Namun memasuki akhir musim, penampilannya berubah di mana ia menjadi lebih tajam. Dalam tujuh laga terakhir ia mencetak tiga gol yang lahir dari bola mati. Sejak saat itu duel udaranya menjadi lebih baik, sundulannya menjadi ancaman gawang lawan.

Pada dasarnya menyundul bola sangat jarang menjadi kekuatan utama bagi gelandang tengah seperti Delaney. Namun dalam sepakbola modern, segala hal harus bisa dikuasai terutama jika lini depan buntu. Seorang gelandang dituntut ikut merangsek menyerang ke pertahanan lawan dan menciptakan peluang, baik dari tendangan maupun sundulan. Selain itu, tendangan bebas juga bisa menambah kesempatan gelandang untuk mencetak gol. Kemampuan-kemampuan inilah yang terus diasah Delaney.

Dalam sebuah sesi wawancara dengan Deutsche Welle Sport, dengan profesional ia menjelaskan bahwa kedatangannya ke Jerman adalah untuk meningkatkan kualitas dirinya dan tim.

“Anda bisa melangkah ke dua arah saat pindah ke klub baru. Anda bisa pergi karena uang, atau pergi untuk memperbaiki diri dan itulah mengapa saya di sini. Saya tidak datang ke sini untuk degradasi tiap tahun. Saya datang ke sini untuk memberi dampak (yang bagus) dan menjadi pemain penting.”

Terbukti kini Delaney menjadi sosok gelandang tajam yang bisa menciptakan gol dari situasi apapun. Ia juga dengan cepat menjadi idola publik Bremen. Bahkan di musim 2017-2018 ini ia langsung dipercaya mengemban jabatan kapten, terlepas dari cederanya kapten utama Zlatko Junuzovic.

Musim ini, Delaney pastinya berharap Bremen membantunya berkembang menjadi pemain yang lebih hebat dengan bersaing di papan atas Bundesliga. Di sisi lain, Bremen juga berharap Delaney tak segera meninggalkan klub jika ia tampil istimewa. Sebab besar kemungkinan klub papan atas lain menggodanya untuk pindah, termasuk Everton yang hingga Agustus kemarin masih berusaha mendaratkannya di Inggris.