Awalnya mereka susah payah lolos dari degradasi. Hanya unggul satu poin dari Toulouse yang berakhir di zona playoff degradasi Ligue 1. Semusim kemudian, kesebelasan yang sama menjadi pesaing terdekat Paris Saint-Germain (PSG).
Berhasil menahan imbang Olympique Lyon, dan mengalahkan Saint-Etienne, Marseille, serta Bordeuax dalam prosesnya. Sepanjang 38 pekan liga, Lille OSC hanya sekali keluar dari empat besar liga. Tidak tersentuh di peringkat dua klasemen sejak pekan ke-16.
Jika bukan karena dominasi PSG di Ligue 1, Lille mungkin bisa memiliki cerita yang sama dengan Leicester City di Premier League 2015/2016.
Hanya mengeluarkan semblan juta euro untuk memboyong sembilan pemain sepanjang 2018/2019, Christophe Galtier membuat Lille jadi salah satu kesebelasan paling menghibur di Eropa. Penyerang asal Pantai Gading, Nicolas Pepe, jadi bintang utama kesuksesan Lille. Terlibat dalam 33 gol dari 37 pertandingan. Tapi, Pepe mungkin tidak akan bisa seproduktif itu jika tidak ada Zeki Celik berdiri di belakangnya.
A strong pressure by @FIFAcom against Serbian football federation who were refusing to allow for junior national member Arton Zekaj of French Lille to switch sides and play for #Kosovo national football team. Arton will now play for RKS, the team that hasn’t lost in 12 matches.
— Petrit Selimi (@Petrit) May 21, 2019
Diboyong dari klub divisi dua Turki, Istanbulspor, Celik mungkin pemain paling random yang didatangkan Galtier sepanjang musim. Dibandingkan Jose Fonte, Jeremy Pied, Loic Remy, Jonathan Ikone, dan Rafael Leao, Celik bukanlah siapa-siapa.
Setidaknya Ikone dan Leao memang sudah digadang memiliki potensi besar sejak membela PSG dan Sporting CP. Tapi Celik hanyalah sekedar bek klub divisi dua Turki. Dirinya bahkan kalah popular dibandingkan Arton Zekaj yang merupakan kapten Serbia U17.
“Zeki [Celik] datang tanpa tekanan. Ia sebenarnya hanya dibeli untuk melapisi Kevin Malcuit. Saat Napoli datang membeli Malcuit, ia mulai mendapatkan kesempatan lebih. Dirinya pun memaksimalkan peluang itu,” kata Galtier.
“Kami tidak pernah mendengar namanya. Tapi Luis Campos [direktur olahraga Lille] sudah cukup lama memantau dia. Tidak banyak bicara, Zeki sebenarnya adalah pemain ambisius. Dia punya modal yang cukup kuat untuk bermain di Ligue 1,” lanjut Galtier.
Efek Luis Campos
Foto: Sabah
“Saya pertama melihatnya bermain pada 2015. Saat itu ia bermain dengan tim muda Turki. Saya sangat senang melihat permainannya. Jadi saya mengirim pemandu bakat Lille untuk terus memantau dirinya,” kata Campos.
Lille tercatat sebagai klub dengan rekor pertahanan terbaik di Ligue 1 2018/2019. Hanya kebobolan 30 kali, pertahanan Les Dogues lebih baik ketimbang PSG (32) yang berhasil mereka bobol enam kali dalam dua pertemuan liga. Celik adalah salah satu alasannya.
“Tanpa bicara Bahasa Inggris ataupun Prancis, kita semua setuju bahwa dia adalah pemaih hebat. Saya sendiri terkejut bagaimana dirinya bisa beradaptasi dengan sangat cepat,” aku Galtier. “Saya juga tak tahu mengapa bisa cepat adaptasi. Mungkin keberuntungan,” tutur Celik.
Mengawali karier di Bursaspor, Celik dibuang karena dianggap kurang bagus oleh mereka. Sebagai kesebelasan yang bertanggungjawab atas talenta Serdar Aziz, Volkan Sen, dan Enes Unal, tim berjuluk Yesil Timsahlar (Buaya Hijau) itu jelas melakukan kesalahan besar.
Pasalnya, Celik berhasil membuktikan diri sebagai aset berharga bagi Lille. Ia bahkan mulai jadi pilihan utama di tim nasional.
Tidak Sempurna tapi Krusial
Foto: NTV Spor
Terlibat dalam enam gol dari 36 pertandingan, Celik dikenal sebagai pemain yang keras di lini belakang Lille. Membersihkan bola 34 kali dari daerah pertahanan Lille, Celik juga aktif membangun serangan dengan 750 operan akurat, 34 di antaranya menghasilkan peluang untuk Les Dogues.
Masalahnya, Celik juga kerap menjagal lawan di kotak penalti. Sekalipun memenangkan 66% dari jegalannya, Celik juga memberikan tiga penalti untuk pihak lawan. “Bermain di Turki, sepakbola lebih mengandalkan fisik yang kuat. Banyak benturan terjadi. Sementara di Prancis, sedikit saja kesalahan bisa merugikan tim,” kata Celik menjelaskan permainan kerasnya.
Meski demikian, Celik tetaplah pemain penting untuk Lille. Media Turki, Yeniakit, menyebut Celik sebagai Hazard baru bagi Lille. Galtier juga pernah menolak tawaran sembilan juta euro dari Cardiff City. Padahal tawaran itu sudah empat kali lipat dari jumlah dana yang dikeluarkan Lille untuk Celik.
Nama Zeki Celik dirumorkan menjadi incaran Newcastle United, AC Milan, dan PSG di musim panas 2019. Tapi Celik sendiri mengaku ingin tetap membela Lille, main di Liga Champions dengan kostum merah dari Prancis Utara.
“Semuanya berjalan dengan baik di sini. Kami duduk di peringkat dua dan mendapatkan tiket Liga Champions. Itu luar biasa! Saya tidak pernah bermain di Liga Champions. Jadi saya ingin tetap di sini,” aku Celik. Tiket Liga Champions juga bukan satu-satunya alasan Celik ingin bertahan. Sejak merantau ke Prancis, dirinya sudah merasa Lille sebagai rumah barunya.
“Saya jauh dari keluarga. Tapi di sini saya hidup bersama komunitas Turki. Hal itu membuat saya merasa mendapat dukungan seperti di rumah. Saya merasa senang dan sangat berterimakasih atas keberadaan mereka,” kata Celik.