Sejarah Panjang “El Clasico” (3): Transfer Aneh Di Stefano

Alfredo Di Stefano adalah salah satu pemain terhebat dalam sejarah Real Madrid. Ia seperti terlahir untuk mengenakan kostum putih El Real. Meski, ia semestinya pindah ke sang rival abadi, FC Barcelona.

Kisah transfer Di Stefano ini sungguh kompleks dengan berbagai klaim, pertentangan, sampai teori konspirasi. Ada tuduhan pengkhianatan sampai campur tangan Sang Diktator, Jenderal Franco.

Ruwetnya Transfer Di Stefano

Pada musim semi 1952, nama Di Stefano cukup terkenal. Usianya saat itu masih 25 tahun dan hampir selalu mencetak gol di setiap pertandingan. Bersama dengan klub Kolombia, Millonarios, ia pergi ke Madrid untuk mengikuti turnamen persahabatan. Penampilannya saat itu mendapatkan pujian yang membuat baik Barcelona dan Real Madrid mengejar tanda tangannya.

Barca menjadi yang terdepan. Sayangnya, transfer Di Stefano menjadi terhambat karena ia diklaim sudah didaftarkan oleh River Plate. Kesebelasan Argentina tersebut kurang senang saat Di Stefano tiba-tiba pindah ke Kolombia secara kontroversial tiga tahun sebelumnya.

Di Stefano sendiri mengawali karier sepakbolnya di River Plate pada 1943 atau saat usianya 17 tahun. Ia bermain tiga musim sebelum dipinjamkan ke Atletico Huracan. Hanya semusim, ia kembali lagi ke River Plate.

Pada 1949, situasi sepakbola di Argentina tidak memungkinan. Di Stefano pun pindah ke Millonarios. Kepindahan ini-lah yang dianggap River Plate tidak sah.

Barca pun memulai negosiasi dengan mengutus Ramon Trias Fargas. Ia adalah pengacara yang keahliannya di bidang hukum komersial. Menurut Managing Madrid, ia juga adalah anak pemegang saham di Millonarios. Meski alot, tapi negosiasinya menunjukkan kemajuan.

Presiden Barca, Marti Carreto lalu mengutus Kepala Scout, Josep Samitier. Di sinilah kesalahan fatal itu bermula. Soalnya, Samitier mengajak Joan Busquets untuk membantu proses transfer.

Busquets sendiri adalah warga Catalan yang tinggal di Kolombia. Ia adalah direktur dari rival terbesar Millonarios, Santa Fe. Kehadiran Busquets tentu membuat Millonaros tidak nyaman. Ia pun membuat taktik yang menyudutkan Millonarios.

Busquets memberikan ultimatum pada Millonarios untuk “ambil atau tinggalkan” pada tawaran Di Stefano. Millonarios sadar kalau mereka sebenarnya tidak memiliki hak untuk menjual Di Stefano, karena hak itu ada pada River Plate.

Selain itu, Fargas menghadapi masalah pelik saat Presiden Carreto akan mengeluarkan uang sebanyak apapun untuk mendatangkan Di Stefano. Di kemudian hari, diketahui kalau Fargas cuma diberi 20 ribu USD.

Karena menganggap Millonarios sulit dianggap bicara, Barca pun langsung menghubungi River Plate. Barca merasa kalau River Plate adalah klub sah pemilik Di Stefano. Namun, River Plate juga menolak tawaran Barca tersebut.

Alih-alih menanggapi penolakan tersebut dengan serius, Barca justru mengajak Di Stefano dan keluarganya untuk meninggalkan Kolombia. Barca ingin agar Di Stefano segera menyesuaikan diri dengan klub barunya tersebut. Ia bahkan sudah mengikuti satu laga pramusim Barca pada musim panas 1953.

Barca mendapatkan persetujuan dari River Plate yang mereka anggap sebagai pemilik sah Di Stefano. Di saat yang sama, Presiden Real Madrid, Santiago Bernabeu, mengambil peluang atas ketidakjelasan status Di Stefano ini. Bernabeu lalu menghubungi Millonarios dan membuat kesepakatan.

FIFA tidak tahu kalau Di Stefano meninggalkan Millonarios tanpa izin. Mereka pun mengesahkan transfer dari River Plate ke FC Barcelona.

Tahu dengan kondisi ini, Federasi Sepakbola Spanyol, RFEF, memutuskan tidak mengesahkan transfer itu. Soalnya, menurut RFEF, baik Millonarios dan River Plate harus mengetahui dan memberi persetujuan soal transfer tersebut. FIFA lantas melimpahkan masalah ini pada RFEF untuk membuat keputusan.

RFEF langsung mengeluarkan larangan pemain asing. Pada 15 Mei 1953, RFEF memperbolehkan Di Stefano main di La Liga tapi hanya dalam durasi empat tahun. Ia pun harus membagi waktunya itu untuk Barcelona dan Madrid. Di Stefano pun harus memulai musim pertamanya itu bersama El Real.

Kecewa dengan keputusan RFEF, Presiden Barca, Marti Carreto, dipaksa untuk mundur. Dewan klub lalu merobek kontrak dengan Di Stefano dan mempersilakan sang pemain pindah ke Madrid. Asalkan, Madrid membayar 4,5 juta pesetas yang mana merupakan biaya yang dibayarkan Barca kepada River Plate.

Apa yang Terjadi pada Transfer Di Stefano?

Di Stefano pada akhirnya bergabung dengan Real Madrid dan sisanya adalah sejarah. Meski demikian, ada sejumlah pertanyaan yang masih belum terjawab. Seperti mengapa Barca gagal sepakat dengan Millonarios? Mengapa pula RFEF tidak mengesahkan kepindahan Di Stefano ke Barca meski sudah mendapat lampu hijau dari FIFA? Lalu, mengapa pula Barca memilih merobek kontrak Di Stefano kalau mereka yakin bahwa mereka adalah pihak yang benar?

Sampai akhirnya ada pertanyaan besar lain yang tak kalah menohok: Sejauh apa peran Jenderal Franco?

Pada 1950-an, Real Madrid dianggap sebagai timnya Franco atau “klubnya rezim”. Walau demikian, campur tangan Jenderal Franco di bidang olahraga dianggap dilebih-lebihkan. Meski, ia cukup aktif menjalin hubungan dengan Presiden Bernabeu dan memberikan pengaruh signfinkan pada RFEF.

Di era itu ada sejumlah teori konspirasi yang tingkatannya cukup aneh. Sampai ada yang menyebut kalau negosiator Barca sebenarnya bekerja sebagai agen ganda untuk Madrid. Ini membuatnya sengaja menyabotase kepindahan Di Stefano hingga akhirnya pindah ke Ibukota.

Hingga saat ini, cerita soal kepindahan Di Stefano ke Spanyol masih menjadi topik yang sensitif dan membingungkan.

Para penggemar Barcelona marah karena menganggap ada tangan tak terlihat yang menjatuhkan mereka dengan menggagalkan transfer Di Stafano. Bahkan website resmi Barca menyebutnya “sebuah manuver federatif yang aneh dengan dukungan Francois”.

Sementara itu, suporter Real Madrid marah karena dianggap curang. Padahal, mereka cuma memanfaatkan kecerobohan Barca dalam transfer tersebut. Suporter Madrid juga enggan dianggap meminta bantuan Jenderal Franco.

Pada akhirnya, Di Stefano pindah ke Madrid. Ia mencatatkan debutnya dalam laga persahabatan melawan Nancy pada 23 September 1953. Sebulan kemudian, Clasico pertama di musim itu digelar di Stadion Santiago Bernabeu. Real Madrid menang 5-0 dan Di Stefano mencetak empat gol.

Di Stefano lalu membantu Madrid menjuarai Piala Eropa atau Liga Champions lima kali secara beruntun. Anda Di Stefano tidak pindah ke Madrid, mungkin Barcelona-lah yang akan mengukir sejarah gemilang tersebut.

Sumber: BBC.