Los Galacticos era Presiden Florentino Perez diawali ketika Luis Figo tiba di Madrid. Transfer ini jelas mengejutkan semua orang. Selain karena biaya transfernya yang besar, juga karena Figo adalah pemain Barcelona.
Lantas, mengapa transfer ini bisa terjadi?
Karena Pemilihan Presiden Madrid
Real Madrid saat itu tengah melakukan pemilihan presiden. Kandidatnya adalah petahana Lorenzo Sanz dan penantang baru, Florentino Perez.
Perez adalah salah satu orang terkaya di Spanyol. Ia tahu kalau dirinya harus melakukan sesuatu yang hampir tidak mungkin agar bisa terpilih. Ia ingin melakukan hal yang tak terpikirkan orang-orang: membaptis ikon Barcelona menjadi pria suci dalam balutan jersey putih Madrid.
Saat itu, Figo adalah pemain terbaik di dunia. Kehadiran pemain terbaik dunia tentu memberikan status yang sangat prestisius.
Tidak mudah, bahkan tidak mungkin untuk mendatangkan Figo kalau kesepakatannya biasa-biasa saja. Untuk itu, Perez menghubungi agen Figo, Jose Feiga dan Paulo Futre. Perez menawarkan angka yang luar biasa: dibayar 1,6 juta paun di depan; tak peduli Perez menang atau kalah dalam pemilihan tersebut.
Agen Figo merasa kalau Perez tak akan menang. Sehingga mereka pun mengambil kesepakatan tersebut. Namun, yang tak mereka perhitungkan adalah kesepakatan ini bocor ke medua yang membuat situasi fans Barcelona tak terkendali.
Figo sebenarnya tetap ingin bertahan di Barcelona. Ia menyangkal segala tuduhan kepadanya bahkan menyalahkan pihak Perez. Figo bahkan bikin klarifikasi.
“Aku tidak terlalu marah melakukan hal seperti itu. Aku ingin meyakinkan para penggemar bahwa Luis Figo, dengan segala kepastiannya, akan berada di Camp Nou pada 24 Juli untuk memulai musim,” kata Figo.
Klausul Khusus yang Rugikan Figo
Di sisi lain, Perez yakin benar kalau Figo akan ke Madrid. Ia berjanji kalau ia menjadi presiden tapi Figo tidak datang, maka setiap anggota Madrid boleh menonton pertandingan kandang secara gratis untuk musim depan!
Perez punya cukup uang tak mendapatkan pendapatan dari tiket musim depan karena Figo yang gagal didatangkan. Namun, orang pintar tidak mau rugi karena segalanya harusnya sudah di hitung.
Di sinilah kepintarannya. Dalam klausul kontrak Figo, tertulis bahwa kalau Perez memenangi pemilihan tapi Figo tak mau gabung Madrid, maka Figo berutang pada klub senilai 19 juta paun sebagai kompensasi!
Dengan klausul ini, Perez tinggal membayar 38 juta paun yang merupakan klausul pelepasan Figo dan kesepakatan pun hampir pasti tercapai. Andai Figo tak mau, maka ia berutang 19 juta paun yang bisa digunakan Perez atas janjinya menggratiskan Santiago Bernabeu.
Tantangan hadir karena Barcelona pun baru memilih presiden baru. Dia adalah Joan Gaspart. Figo memohon Gaspart untuk tak menyetujui kepindahan tersebut. Namun, Barcelona nantinya harus membayar 19 juta paun atas “utang” Figo pada Perez.
19 juta paun memang angka yang biasa untuk saat ini. Namun, di era itu, 19 juta paun sama dengan biaya transfer termahal kelima dalam sejarah sepakbola. Sialnya, Barcelona harus membayar uang itu agar pemainnya tidak bergabung dengan rivalnya sendiri.
Secara finansial, jelas keputusan membayar 19 juta paun adalah kerugian besar. Lebih baik Barca melepas Figo dan menerima 38 juta paun dan menjadikannya sebagai rekrutan termahal di dunia. Gaspart pun berpikiran sama.
“Aku tak bisa melakukannya. Aku adalah presiden baru BArcelona dan aku membayar untuk fans Real Madrid untuk menonton mereka setiap pekan? Aku akan mati, mati!” kata Gaspart.
Menjadi Pemain Termahal Dunia
Figo lantas diperkenalkan di Santiago Bernabeu sebagai pemain termahal dunia. Ia pun mendapatkan jersey nomor “10” langsung oleh legenda Madrid, Alfredo Di Stefano.
Di luar kontroversi yang terjadi, Figo tetap profesional. Ia menunjukkan performa terbaiknya dan membawa Madrid menjuarai La Liga pada musim pertamanya, serta gelar Liga Champions 2002. Akan tetapi, perasaan mencekam selalu hadir setiap ia kembali ke Camp Nou.
Suporter Barcelona marah. Sungguh marah. Ia menjadi target lemparan para suporter, dan yang paling terkenal adalah kepala babi.
Perekrutan Figo kian memantik api permusuhan antara Real Madrid dan Barcelona, utamanya di era 2000-an.
Sumber: The Sportsman